~XXIV~

2.5K 84 0
                                    

Vril, aku telah berusaha dengan sangat keras agar orangtuaku mau mempertahankan keutuhan keluarga kami. Aku merasa sangat hancur saat ayahku malah menghilang dan ibuku pun memutuskan hal yang sama. Dia meminjam uang yang besar pada seseorang dan memintaku untuk membayarnya. Aku tidak tahu apa yang mesti kuperbuat, tak ada lagi yang bisa kupercaya saat Tio malah menghilang dan akhirnya aku memutuskan berhenti kuliah.

Tak ada lagi pegangan hidup, tak ada lagi yang bisa kuharapkan. Aku putus asa, aku lelah terus menerus menghadapi kenyataan yang selalu tidak sesuai harapan. Aku merasa bahwa Tio adalah tumpuan untukku, tapi ternyata di waktu yang sama semua orang pergi meninggalkanku. Aku marah, aku sakit hati, dan dalam hati seringkali kugumamkan kalimat 'aku ingin mati, aku ingin mati' begitu seterusnya. Tapi aku tak mampu melakukan itu. Aku tak mampu untuk mati, aku belum ingin mati. Itu karena kupikir Tio mungkin akan kembali nanti. Hingga kenyataan lain membuatku tersentak, Tio merusak kepercayaanku.

Selama ini, aku menjual seluruh harga diriku pada orang yang meminjamkan ibuku uang. Sejujurnya aku belum bisa mempercayainya, tapi hanya dia yang saat itu berada disampingku. Walaupun aku merasa terkekang tapi kupikir hanya ini yang bisa kulakukan, hingga suatu hari seorang wanita datang dalam kondisi mabuk menemuiku. Dia memakiku, dan mengatakan kalimat-kalimat yang sangat kasar. Saat itu aku berpikir, apa yang bisa kuharapkan dari lelaki itu. Dia mungkin hanya perduli pada apa yang masih kumikili, kupikir kami bisa menjadi teman saling berbagi, tapi ternyata tidak. Aku tidak tahu alasan yang mendasari kebaikannya, dan satu waktu aku merasa bahwa, dia hanya menganggapku mainan. Tak lebih.

Saat kita bertemu waktu itu, aku sudah menyerah. Aku sudah berada pada titik jenuh, entah apa yang telah merasukiku hingga tanpa sadar aku berniat untuk bunuh diri. Beruntung, aku kembali ke dunia nyata sebelum aku benar-benar mati.

Saat ini, situasi telah berbalik. Dia sudah tak lagi mau melihatku, tapi rasa bersalahku sangat besar sampai aku sendiri tak bisa untuk bersikap tak perduli. Dia terluka karena aku, dan sebelum dia pingsan dia mengatakan kalimat yang begitu menakutkan. Kalimat perpisahan, kalimat yang selalu aku benci karena ibuku juga Tio pernah mengatakannya. Bahkan ayahku sendiri sering mengatakan hal sama dikala dia mabuk, bahwa akhir dari kehidupannya sudah sangat dekat. Sambil menangis dia meminta maaf karena telah menjadi ayah yang sangat buruk. Hingga dia pun menghilang tanpa penjelasan, menghilang bersama rasa sakit yang dia derita selama ini.

Sekarang...hanya kamu yang dapat kupercaya. Hanya kamu yang kupikir bisa menjadi tumpuan untukku. Beban yang selama ini kutanggung menjadi terasa begitu berat. Setiap kali aku mengenal seseorang aku selalu bertanya, 'bisakah aku memercayainya?'. Untuk terakhir kali aku akan mencoba percaya pada oranglain. Aku akan mempercayaimu, Vril. Jika kamu merasa terbebani karena permohonanku ini, katakan saja, maka aku akan mengerti.

Avril masih melamun dalam diamnya, sejak kedatangan tak terduga Bunga kemarin. Dia jadi bingung sendiri. Dia sangat kasihan pada kehidupan Bunga yang begitu sulit. Jika dibandingkan dirinya, pengalaman hidup Bunga lebih pahit. Tak memiliki teman, kehilangan orangtua, hidup menjadi oranglain dengan menjual seluruh harga dirinya dan terkurung dalam rasa sakit yang sulit untuk diungkapkan.

Avril takut tak bisa memegang kepercayaan Bunga dan malah menyakitinya untuk kesekian kali. Mempercayai dan dipercayai oranglain adalah hal yang sulit. Avril bisa menjadi seorang teman, tapi dia tak sanggup menjadi tumpuan, karena dia sendiri rapuh.

Avril mengetahui bagaimana rasanya hidup tanpa ada seorang pun yang dapat dia percayai. Kesepian walaupun berada dalam keramaian, tertawa tapi hati menjerit penuh luka. Jika saja, setiap orang berusaha untuk sedikit lebih mengerti, lalu berpikir tentang alasan dibaliknya. Mungkin tak setiap orang bisa perduli terhadap hal-hal yang dianggap sepele seperti itu. Dulu saja, teman-teman yang dia kira baik ternyata hanya berniat memanfaatkan dirinya, lalu setelah merasa tak berguna dia diabaikan.

Hati yang terlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang