Dua bulan kemudian,
Bunga duduk di sebuah sofa panjang, dia tersenyum saat melihat seorang lelaki menghampirinya. Senyuman yang ditunjukkan oleh Bunga tak terlihat tulus, lebih sebagai sebuah formalitas. Lelaki itu membalas senyuman Bunga lalu duduk disampingnya.
"Kenapa hari ini kamu tidak menghubungiku?" tanya lelaki itu sambil merangkul Bunga.
"Maaf, ada sedikit masalah di tempat kerjaku. Ada apa kamu datang kemari, Farhan?" tanya Bunga, dengan halus dia melepaskan rangkulan Farhan dari pundaknya.
Farhan sedikit kecewa dengan sikap Bunga, "Kenapa sikapmu selalu seperti ini. Lebih baik, kamu keluar saja dari pekerjaanmu. Aku akan memberikan apa pun yang kamu inginkan."
Bunga menatap tajam Farhan,"Ya, ya, ya aku mengerti. Tapi kamu kan, juga bekerja padaku. Seharusnya kamu mematuhi perintah atasanmu." ujar Farhan beralasan.
"Baiklah, saat ini aku lupa tempatku. Aku minta maaf." Bunga segera berdiri dari duduknya, "Apa yang harus saya lakukan, pak?" ujar Bunga dengan nada sesopan mungkin.
"Ah, jangan seperti itu aku tidak nyaman mendengarnya." Farhan ikut berdiri lalu memeluk Bunga. Bunga sama sekali tak membalas pelukan itu dia hanya diam, dengan tatapan dingin.
Tak lama pintu diketuk dari luar, Bunga melepaskan pelukan Farhan untuk membuka pintu. Farhan tidak suka karena ketukan di pintu itu sangat mengganggunya.
Ternyata yang mengetuk pintu adalah Ardi, dia ingin bertemu dengan Farhan dan bicara beberapa hal dengannya. Dengan terpaksa Farhan pergi menghampiri.
"Ada apa?" tanya Farhan.
"Ini mengenai Tio." ujar Ardi sedikit berbisik.
Farhan agak panik, dia segera mengajak Ardi untuk bicara di tempat lain. Bunga yang melihat itu merasa curiga. Dia tahu ada sesuatu yang tengah Farhan tutupi darinya.
***
"Kenapa tidak menghubungiku saja. Dan malah datang ke apartemenku? Apa kamu lupa, kalau Bunga ada disana?"
"Tapi ini penting. Sudah dua bulan, Tio dikirim ke luar kota. Tak ada lagi alasan baginya untuk tetap disana. Perjanjian yang dia ingat hanyalah sebulan, tapi akhirnya dia bisa mendengar semua alasan dan melanjutkan pekerjaanannya hingga dua bulan." ujar Ardi mencoba menjelaskan.
"Buat saja alasan lain untuknya." seru Farhan sedikit kesal.
"Dia bilang akan mengundurkan diri jika anda memintanya untuk tetap bekerja disana. Apa kita biarkan saja dia mengundurkan diri?"
Farhan menarik napas panjang, "Biarkan dia kembali, tempatkan dia di kantor pusat."
"Apa anda yakin?" Ardi mencoba meyakinkan jawaban yang didengarnya.
"Janji adalah janji, aku bukanlah orang yang suka mengingkarinya. Tapi, ingat ! Awasi dia, jangan sampai dia bertemu dengan Bunga."
Ardi mengerti, dia segera pergi setelah pembicaraan mereka berakhir. Sedangkan Farhan masih diam merenungi keputusannya.
***
Tio datang ke rumah Hari, karena orang yang pertama yang harus dia temui memanglah Hari.
Namun, apa yang Tio temui? Dia hanya mendapati kontrakan yang dulu ditempati Hari. Kini telah diisi oleh orang lain. Setelah ditanyakan pada pemilik kontrakan, diketahui kalau Hari telah pindah dengan ibunya semenjak kurang lebih sebulan yang lalu. Tidak ada yang tahu keberadaan mereka.
Mendengar penuturan seperti itu, Tio jadi khawatir. Dia segera pergi ke rumah peninggalan ayah angkatnya. Dan kekhawatirannya terjawab sudah. Rumah itu telah diisi oleh oranglain, tidak ada lagi anak-anak jalanan di dalam sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang terluka
RomanceSetiap orang memiliki beban dan masalah di hidupnya. Begitupun aku, ini masalah dan hidupku.