Di suatu ruangan,
"Hari ini, kamu masih harus melakukan beberapa pemotretan lagi." ujar seorang laki-laki dengan gaya perempuan.
Avril saat itu tengah duduk santai sambil sibuk dengan ponselnya.
"Ah, bosan. Aku mau batalin aja!" gerutu Avril.
"Hei, kalo kamu seenaknya batalin kaya gitu. Kita harus bayar ganti rugi." nasehatnya.
"Bayar saja, apa salahnya melakukan itu!" ujar Avril santai.
Avril seakan tidak serius dengan ucapannya. Tatapan matanya terus tertuju pada ponselnya. Nasehat yang didengarnya seperti angin sepoi-sepoi saat itu.
"Sejak masuk dunia ini, kamu selalu sulit untuk dimengerti. Belajarlah untuk sedikit profesional, Ril?" nasehatnya lagi.
"Sudahlah, Lery. Jangan paksa aku lagi." gerutu Avril sambil berlalu.
Lery hanya bisa berdecak menahan rasa frustasi dengan sikap Avril yang tidak pernah sama, layaknya remaja usia belasan yang labil.
'Kalau kamu bukan putri dari keluarga kaya, kamu tidak akan bersikap kekanak-kanakan seperti ini Ril. Dulu kamu memohon-mohon agar bisa menjadi seorang model padaku, begitupun pada ayahmu yang sangat selektif itu. Sekarang...' Lery hanya bisa menarik napas panjang.
***
Langit nampak berubah warna. Senja tiba dengan cepat tanpa bisa dicegah.
Bunga tengah berjalan cepat untuk mengejar waktu. Setelah kuliah dia harus bekerja. Saat ingat itu, Bunga selalu ingin menangis. Saat dia melihat langit mulai gelap. Itulah saat dia harus mulai bekerja di tempat yang sebenarnya tak dia kehendaki.
Bunga berjalan cepat sambil mengingat ucapan Ibunya beberapa hari lalu.
Ayahnya pulang malam lagi dalam keadaan yang bisa di bilang tidak berbentuk karena dipukuli. Ibunya marah saat tahu orang yang mengantar ayahnya meminta uang untuk membayar kekalahan judi ayahnya.
'Kamu lihat, ayahmu berhutang agar bisa berjudi. Sekarang, aku lagi yang harus membayarnya. Oh.... kenapa ini harus terjadi padaku. Pernikahan ini benar-benar membuatku ingin mati saja.' gerutu Ibunya Bunga.
Bunga hanya bisa terpaku di depan pintu kamarnya sambil melihat keadaan ayahnya yang tak berdaya di lantai, dengan bau alkohol yang cukup menyengat.
Setelah orang-orang itu pergi Ibu Bunga mulai menumpahkan kekesalannya.
'Aku benar-benar menyesal kawin lari sama laki-laki kere macam kamu. Bisanya cuma judi sama mabuk-mabukkan. Aku juga menyesal harus melahirkan anak darimu yang sama tak bergunanya.' ujar ibu Bunga penuh amarah.
Bunga hanya bisa menangis mendengar ucapan ibunya yang kasar.
Melihat itu, ibu Bunga makin emosi dan menghampiri Bunga.
'Urusi ayahmu, aku muak melihatnya!' ujar ibu Bunga penuh emosi.
Ingatan itu berakhir saat dia sampai di depan halaman pintu kontrakan. Ada dua orang polisi tengah berbicara dengan Ibunya dan dapat dilihat dari kejauhan raut kekesalan dari wajahnya.
Bunga diam, memperhatikan dari kejauhan hingga polisi itu selesai dengan urusannya.
Bunga masuk dan mendapati ibunya tengah menangis tersedu di kursi. Bunga mendekati ibunya perlahan, lalu duduk disampingnya.
"Ayahmu berulah lagi, polisi datang dan mencarinya karena diduga dia ikut campur dalam pengedaran narkoba. Sekarang dia jadi buronan." cerita ibu Bunga terlihat kesal.
Bunga merangkul ibunya, tapi dengan kasar ditolaknya. Bunga ingin memberi kekuatan pada ibunya tapi penolakan yang selalu dia dapat.
Malamnya,
Bunga telah memakai seragam pelayan seperti biasa dan mulai melayani pelanggan dengan baik, walaupun kadang ada tangan jahil yang mencolek salah satu bagian tubuhnya. Bunga mencoba bersabar dengan tidak menanggapi dan langsung pergi.
Di lain sisi,
Seorang pria baru saja masuk ke dalam klub malam. Dia datang bersama temannya.
"Ini klub milikku. Gimana menurutmu, Farhan?"
Farhan menatap sekilas, "Lumayan!" jawabnya.
Adi tersenyum, "Dari dulu seleramu tidak pernah berubah." komentarnya.
Akhirnya mereka pun duduk di satu kursi dan duduk bersebelahan. Mereka memesan salah satu minuman dan kembali mengobrol.
"Aku butuh bantuan dana, kamu bisa bantu aku kan, Han?" tanya Adi tiba-tiba.
"Tergantung," jawab Farhan datar sambil memperhatikan sekitar.
"Kita akan bagi hasil. Keuntungannya bisa kita bagi dua. Tempat ini sudah mulai berkembang, dan dana yang aku miliki belum sampai di target." penjelasan Adi.
Farhan fokus di setiap sisi ruangan. Saat itulah seorang gadis dengan seragam pelayan melewatinya. Untuk sesaat Farhan tertegun, jarak yang cukup dekat membuatnya yakin kalau gadis itu baru menangis. Dari wajahnya Farhan terlihat ingin tahu.
"Bagaimana Han?" tanya Adi lagi.
Adi mengalihkan perhatiannya dari gadis itu, sehingga saat berbalik yang didapatinya adalah sekumpulan orang yang tidak ingin dilihatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang terluka
RomanceSetiap orang memiliki beban dan masalah di hidupnya. Begitupun aku, ini masalah dan hidupku.