"Bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya Bunga perhatian.
"Lebih baik. Terima kasih atas bantuannya." ungkap Tio.
Tio mencoba menegakkan badannya, tapi badannya justru terasa sakit semua.
"Jangan banyak bergerak dulu, luka di tubuhmu belum benar-benar pulih." nasihat Bunga.
Akhirnya Tio tidak melanjutkan niatnya, "Kamu yang menjagaku?" tanyanya kemudian.
"Ya, beruntung ada orang baik yang tersedia mengantarmu kemari. Dia juga yang membayarkan tagihan rumah sakit." cerita Bunga.
Tio tidak berkomentar, dia seperti memikirkan sesuatu tapi Bunga sama sekali tak mengerti dengan sikap Tio saat itu.
"Kenapa kamu dipukuli preman-preman itu, kamu membuat masalah ya?"
"Itu urusanku, kamu tidak usah tahu." jawabnya singkat.
"Hh...begitu. Semenjak kamu kutolong malam itu, aku pikir ini sudah menjadi masalahku juga." komentar Bunga.
"Hanya masalah kecil. Aku kan sudah mengucapkan terima kasih." Tio mencoba beralasan.
"Terima kasih tak cukup. Ayo katakan apa masalahnya?"
"Cerewet sekali, kamu tidak mengenalku dan tak memiliki hubungan apa pun denganku jadi tidak usah ikut campur."
Bunga merasa apa yang Tio katakan benar. Itu membuatnya terdiam, mungkin merasa menyesal karena begitu tak sopan menanyakan masalah oranglain yang bahkan tak memiliki hubungan apa pun dengannya.
"Ya, aku memang tidak seharusnya ikut campur." sesal Bunga.
Melihat Bunga, Tio merasa bersalah. Dia menyesal berkata seperti itu padanya.
"Aku harap kamu cepat sembuh. Aku sebenarnya sangat khawatir. Hanya kamu orang baik yang kukenal di dunia malamku. Jika terjadi sesuatu padamu, siapa yang akan menolongku. " ujar Bunga seadanya.
Bunga beranjak dari duduknya dan berlalu pergi, tepat di depan pintu dia berbalik.
"Aku harus masuk kuliah hari ini, nanti siang aku pasti datang lagi kemari." ujar Bunga kemudian.
Tak butuh waktu lama, Bunga telah menghilang dari balik pintu. Tio benar-benar sangat menyesal, tapi dia tidak mau membuat orang lain khawatir padanya. Karena jika itu terjadi, dia akan merasa terbebani.
Bunga adalah gadis pertama yang dia kenal sebagai gadis yang teguh pada prinsip dan tidak pernah terjerumus di dunia malamnya. Dia yang selalu menjaga prinsipnya untuk tetap mempertahankan harga diri, mempertahankan sesuatu yang bahkan orang lain tak percaya masih dia pertahankan.
Tio sangat kagum dengan pilihan Bunga yang dia pikir sangat tidak salah. Di tengah kesulitan yang mendera, dia selalu mencoba bertahan. Walaupun Tio tahu, caranya menangis di pinggir jalan sendiri bukanlah jalan terbaik.
Kepergian Bunga membuat Tio ingat masa kecil. Tio yang baru menginjak usia 7 tahun harus melihat kedua orangtuanya yang beradu argumen dan saling menyalahkan. Pertengkaran selalu terjadi diantara mereka seperti sinetron televisi yang selalu bersambung.
Hingga suatu hari, "Kita cerai!"
Kalimat itulah yang akhirnya dia dengar. Orangtuanya memutuskan untuk bercerai. Di pengadilan keduanya memperebutkan hak asuh.
Tio akhirnya memutuskan untuk kabur dari rumah dan menjalani hidupnya sendiri. Dengan begitu, dia bisa bebas. Tidak usah mendengar pertikaian orangtuanya lagi.
Sekalipun dia ikut salah satu dari mereka, dia pikir hidupnya tak akan pernah bahagia. Ibu atau pun ayahnya memiliki kesibukan yang selalu membuatnya terlupakan. Tak ada yang perduli bagaimana perasaannya. Bahkan hingga dia dewasa, orangtuanya tak pernah mencari. Mungkin mereka telah melupakan dirinya.
Tio akhirnya ditampung oleh seorang pria baik. Dia mengajari Tio bertahan hidup dan menasehatinya untuk tetap pada keyakinan dan pilihannya, apa pun itu. Pria itu tak pernah bertanya darimana asal Tio. Dia tidak pernah bertanya kenapa Tio berada di jalanan dan hal-hal sensitif lain. Bahkan dengan baiknya dia menyekolahkan Tio hingga SMA, sebenarnya bukan hanya Tio tapi banyak anak jalanan lain yang ditampung dan diperlakukan sama seperti Tio.
Pria itu meninggal beberapa tahun lalu, karena kanker paru-paru dan Tio sangat kehilangan pria yang sudah dia anggap sebagai ayah itu.
'Tio, aku percaya padamu. Aku tahu hanya kamu yang memiliki jalan pikiran yang sama denganku. Aku mungkin tidak bisa melanjutkan perjuangan membantu anak-anak terlantar lagi. Aku harap kamu melanjutkannya, setidaknya berilah mereka pelajaran yang baik. Aku tidak bisa mengajarimu dengan baik, tapi kamu belajar dengan baik. Hingga saat ini aku tidak pernah tahu asal usulmu dan masa lalumu tapi aku tahu itu adalah pilihanmu.'
'Apa maksudmu, aku tidak mengerti?'
'Aku hanya merasa usiaku sudah tidak panjang lagi. Itu saja.'
'Jangan bicara sembarangan seperti itu. Kamu adalah orang baik yang menjadi panutan di hidupku, banyak pelajaran yang kudapat darimu. Mana mungkin kamu tak memberikan pelajaran apapun padaku.'
'Kadang aku merasa pilihan yang kujalani ini salah, aku mementingkan ini dibandingkan keluargaku. Hingga mereka pergi meninggalkanku begitu saja. Tapi setelah tahu, mereka hidup lebih baik setelah tak bersamaku itu membuatku tak menyesal dengan pilihanku saat ini. Begitupun kamu, aku tahu kamu punya alasan untuk memilih jalan ini.'
Itu percakapan terakhir Tio dengan pria yang sudah dia anggap ayah sejak dia menampung dan mengajarinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang terluka
عاطفيةSetiap orang memiliki beban dan masalah di hidupnya. Begitupun aku, ini masalah dan hidupku.