Chapter 6

160 13 0
                                    

THANKS :*

thanks my brother! Love you!
Batinku berteriak kegirangan melihat Cameron dengan seseorang/? Perempuan berambut putih, kulit pucat dengan jubahnya yang berwarna putih juga. Aku tidak mengetahui warna matanya karena mereka berdua membelakangiku

Dan setelah beberapa menit berpikir aku langsung konek bahwa itu bukanlah Orphillia/M.M, melainkan hantu wanita pemberi pesan kematian a.k.a banshee [selengkapnya cari di internet yeah ;)]

Muka Cameron, pucat?! Dia menatap Karell dengan tatapan bengis, sedangkan Karell menatap Cameron dengan tatapan ―lo ngapain disini?―

"NGAPAIN-NGAPAIN GIMANA?!! CALLISTA KENA CAKAR CEBERUS!! AKU NYAMPE IKUTAN KESAKITAN DISANA!!! AKU KHAWATIR DIA KENAPA-KENAPA! DAN KAMU TADI HANYA NONTON-IN DIA DOANG?!!" Teriak Cameron penuh amarah, jujur, ini baru pertama kali aku melihat Cameron marah besar, bahkan terakhir kali ia memarahiku hanya ―sedikit― membentak lalu lima menit kemudian langsung meminta maaf

"Aku hanya mau buat dia siap siaga kalau perangnya mendadak." Jawab Karell santai.

"CK! TAPI LO KAYAK GA PUNYA
PE-RA-SA-AN!! LIAT ITU CALLISTA NYAMPE BAJUNYA ROBEK-ROBEK!! BANYAK LUKA!! LO GA KASIHAN?!!" Teriaknya lagi yang sekarang justru memelukku lalu membenamkan wajahnya dileherku.

"DASAR GATAU MALU!!"

BUGH!

Cameron menonjok Karell, lebih tepatnya lewat banshee yang ia perintahkan

Hidung Karell langsung mengeluarkan darah. Dia me-lap-hidungnya dengan kasar dan menatap Cameron dengan tatapan tajam

Karell mengeluarkan senjata, senjatanya... what?? Panah, tapi.. bownya itu terbuat dari.. apa itu? Warnanya abu-abu, seperti dari kristal. Ya, Kristal.. trus anak panahnya di bagian 'mata' nya itu ada seperti permata, berarti keras.

Karell menyiapkan panahnya, langsung menembaki banshee tersebut, banshee tersebut menghindar, tapi di panah yang ke-lima banshee tersebut terkena di bagian jantungnya dan phush! Berubah menjadi debu..

Cameron sepertinya shock, tapi sesudah itu ekspresi shocknya langsung digantikan oleh seringaian, sepertinya dia memanggil puluhan pasukan mumi.

Puluhan mumi itu mengerumuni Karell, Karell kewalahan menembaki puluhan mumi itu ―karena senjata yang ia pakai hanya bisa menembaki satu-satu, walaupun tidak terbatas tapi mengeluarkan banyak tenaga― Cameron tambah mengeratkan pelukannya, aku hanya bisa membalas pelukannya dengan mengelus punggungnya.

"Sudahlah Cam.. tidak apa, aku gapapa kok.. kalo aku mati baru lo boleh kayak gituu." Ucapku sambil melepas pelukannya lalu tersenyum tulus.

"Ya udahlah. Maaf ya, aku hanya terlalu takut aja, kamu tau kan seberapa pentingnya kamu? Apalagi kamu kembaranku." Ucapnya dengan nada penuh  penyesalan

Aku mengangguk lalu mengusap pipi Cameron penuh sayang lalu mengacak rambutnya.

"Hhhhh.." katanya lalu tangannya menghadap para mumi itu lalu para mumi langsung pergi dan kembali ke alamnya.

"Karell, aku minta maaf ya.. aku ga bisa ngendaliin emosi kalau Callista kenapa-kenapa." Lanjutnya yang sekarang memelukku lagi.

"Oke. Permintaan maaf di terima, aku juga minta maaf karena ga terlalu merhatiin, aku orangnya kalau ngajarin kayak gini, aku gaakan ngasih bantuan, itu supaya kalau tiba-tiba diserang, dia sendiri, dia bakalan bisa ngatasin. kalau begitu, kamu jaga Callista ya. Biar aku panggil monsternya." Ucap Karell panjang lebar dengan diakhiri oleh kalimat perintah

"Tunggu tunggu tunggu. Lo itu Orphilia Lucretia juga?!" Ucap Cameron tak percaya seraya melepaskan pelukannya.

"Ya. Lebih tepatnya setengah Lucretia dan Vampire." Ucapnya.

The Unexpected PowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang