Entah apa yang syafa pikirkan saat itu, tapi memang menikah muda merupakan salah satu impiannya sejak dulu, alasannya sangat klise, dia pengen anaknya gak terpaut jauh umurnya dan agar dia bisa jadi sahabat, kakak dan ibu sekaligus. Niatnya memang baik sih tapi siapa sangka di umurnya yang baru menginjak 16 tahun dia akan menyandang status baru, seorang Istri.
Jangan salahkan abahnya yang salah menangkap maksud dari ucapannya sebulan lalu, salahkan syafa yang kurang menjelaskan maksud dari ucapannya itu.
"Abah... kalau memang nanti ada yang melamar syafa, kalau memang menurut abah baik buat syafa, syafa terima."
Semua mata langsung tertuju padanya, bagaimana anak bungsu dari keluarga Anggara membicarakan soal pernikahan di meja makan
.
"Dek.... kamu gak salah makan kan?" Tanya fandi. Ia kaget, bagaimana tidak, syafa adek satu2nya membicarakan soal lamaran. Big wow banget."Syafa serius abah, syafa mau abah memilihkan calon imam nantinya" ucap syafa menyakinkan papanya. Aneh memang, di saat semua anak papanya memanggil, dia sendiri yang memanggil abah.
" oke" jawab muhammad zainul anggara.
"Papa" protes yang lain.
"Pa... syafa masih muda untuk memikirkan itu, aku sama bang irfan saja masih belum memikirkan itu" protes fandi.
"Kalau gitu kalian cepet nyari calon istri sebelum di langkahi syafa." Ucapnya enteng, sambil menyendokkan nasi.
Dan pagi ini ketika sarapan, syafa di kejutkan dengan ucapan abahnya yang ganteng ampun2.
"Dek... nanti malam akan ada tamu, mereka datang melamarmu." Syafa langsung tersedak nasi goreng seafood favoritnya. Bunda syafa memberikan air putih dan syafa langsung meminumnua hingga tandas.
Sedangkan irfan dan fandi, cuek bebek. Daripada ikut2an nanti kena imbasnya, untuk cepet2 menikah.
"Secepet ini bah, oh my goodness, abahku yang gantengnya sejagat raya, syafa memang pengen menikah muda. Tapi ya gak secepet ini, syafa aja masih make seragam sekolah, maksud syafa kan nanti, setelah lulus sekolah" protes syafa, syafa memang masih sekolah walaupun sudah kelas 3.
"Lhoh jangan salahkan papa dong, kan adek sendiri yang minta, lagian kan sebentar lagi kamu lulus, bulan maret. Sekarang januari, 3 bulan lagi. menyiapkan pernikahan juga butuh waktu."
"Syafa mau fokus buat ujian dulu, kalau memang butuh waktu buat nyiapin pernikah. Nanti setelah syafa sudah ujian. Syafa berangkat dulu, assalamu'alaikum." Syafa beranjak dari duduknya menyalami semua anggota keluarganya.
Di sekolah syafa gak konsen, dan semua guru menegurnya karna melamun sepanjang pelajaran. Seorang syafa si kutu buku melamun di jam pelajaran, sebuah fenomena baru buat semua teman sekelasnya, bagaimana tidak si kutu buku, murid teladan dan murid kesayangan semua guru, MELAMUN.
" kamu kenapa sih fa?? Di kelas melamun dan sekarang cuma ngaduk2 makanan" tegur vita.
"Sepertinya..... sebentar lagi aku menikah" ujar syafa dan langsung dapat hadian semburan kuah bakso di wajahnya.
"Oh maaf.. aku gak sengaja, kamu gak bercanda kan? Hellowww ini syafa lhoo bukan si kety mariti itu" tanya vita. Syafa yang menatap kesal ke arah vita, langsung meninggalkannya begitu saja.
Vita membuntuti syafa ke toilet, membantu syafa membersihkan jilbabnya dari kuah bakso tadi.
" maaf ya sya, aku bener2 gak sengaja." Ucapnya penuh sesal.
"Aku tau kamu kaget, tapi gak make nyembur pake kuah bakso juga kali vit, bau tauu."
"Ya maaf"
**************
Sepulang sekolah syafa tidak langsung pulang, karna masih ada eskul yang harus di ikuti sampe nanti jam 5 sore, dia memang kelas 3 tapi guru musiknya memintanya untuk tetep ngikuti eskul satu itu untuk ngajarin adek kelasnya. Syafa sebenernya males, tapi lebih males lagi pulang. Dia butuh ketenangan, dan alat musik salah satu yang bisa menenangkannya. Yahh... dia butuh piano.
" kak syafa galau ya?" Tanya salah satu adek kelasnyaSyafa mengangkat alisnya. "Soalnya dari tadi yang di mainin galau semua"
"Ohh.. gak, cuma lagi banyak pikiran. Kalian gak pulang?" Tanyanya.
"Habis ini kak, kak syafa gak pulang?"
" ini mau pulang, bunda sudah nelfonin dari tadi. kakak duluan yah, assalamu'alaikum."
Jarak sekolah dari rumahnya tak terlalu jauh, gak sampe 10 menit sudah nyampe. Tapi kali ini syafa sengaja melambankan laju kakinya, dia tak ingin cepet sampai ke rumahnya. Padahal bundanya sudah menelfonnya dari jam 3 tadi untuk segera pulang.
Dan akhirnya adzan magrib dia baru nyampe depan rumahnya. Bundanya sudah menunggunya di depan pintu. Siap untuk menceramahinya.
"Bunda kan udah minta buat gak pulang terlalu sore dek, ini magrib baru sampai" omel bunda syafa.
"Maaf bun.... syafa kan punya tanggung jawab yang gak bisa syafa tinggalin gitu aja, syafa kan tadi juga udah bilang akan syafa usahakan, bunda kan juga tau jadwal syafa setiap rabu pasti pulang sore banget."
"ya sudah kamu siap2 gih, jangan lupa dandan yang cantik." Teriak bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Pilihan
General FictionKetika takdir berkata lain, di situlah cinta hanya jadi omong kosong baginya. Karena takdir memainkannya hingga ke titik dimana ia kehilangan apa yang dia sebut sebuah harapan.