Part 20

13.1K 480 35
                                    

Kemungkinan 5 part lagi selesai, tapi gak tau deh, galau. Hehehehehe

Yang di mulmed itu nyomot anaknyee artis yang kembar, lupa namanya siapa.

So enjoyyy.

Rasanya nano2, di umur yang ke 18 tahun aku sudah memilik dua anak sekaligus, sepasang lagi, cowok dan cewek. Belajar menjadi ibu yang siaga 24 jam dalam seminggu tanpa cuti, lelah sudah pasti, tapi gak sebanding dengan kabahagiaan yang aku rasakan. Menjadi ibu tidaklah gampang, harus belajar banyak dan aku sangat berterima kasih sama mama yang juga ikut andil menjaga mereka berdua.

Melahirkan normal dengan sedemikian rupa sakitnya, terbangun 3 jam kemudian karna tangisan si kecil, sungguh menakjubkan, dan kamar sudah banyak hadiah2 kecil entah dari siapa.

"Kamu sudah sadar? Mereka kelaparan mungkin." Itu suara alvin, aku tak melihat mama dan papa di ruangan ini.

"Mama ke kantin, beli cemilan. Kamu gak apa2? Apa perlu aku panggilkan dokter?"aku menggeleng.

"Anak2 ku, tolong." Pintaku lirih, sakit di berbagai tempat, membuatku takut hanya untuk berjalan ke arah box bayi yang tak jauh dari tempat tidurku.

Alvin mengambil salah satu dari mereka, sedikit takut alvin meremukkan mereka, tapi melihat alvin yang luwes menggendong salah satunya, sedikit lega. Aku menyambut salah satu dari mereka dengan perasaan bercampur aduk, setetes air mata jatuh di pipi anakku, aku menghapusnya pelan.

"Welcome to the world baby girl." Ujarku pelan. "Ini bunda sayang." Air mataku kembali menetes, mencium pipinya yang gembil, ahh.... bahagianya ujarku dalam hati. Syifa, tertidur pulas dalam dekapanku.

Tangisan dari dalam box menyadarkan aku, ternyata ada yang gak sabar menunggu giliran.

"Hei.... boy, don't cry." Alvin mengelus pipi anak keduaku. Kaget banget, sepasang?? cewek dan cowok?? Gak ada kalimat yang bisa aku katakan selain syukur alhamdulillah, mengaruniakan aku sepasang baby yang lucu2.

Setiap berdiam diri seperti ini, mau tak mau ingatannya kembali ke 9 tahun lalu, di hari ia melahirkan sumber kebahagiannya.

"iiiihhhhh.... Bunda lagi2 ngelamun, mikirin apa sih bun?" Tanya syifa dengan suara khas anak berumur 9 tahun, tapi jangan salah meskipun baru sembilan tahun dia bisa menjadi seorang gadis dewasa.

"Bunda gak mikirin apa2, cuma lagi ke inget sesuatu." Ujarku, membelai rambut panjang syifa, yahhh mereka sudah berumur 9 tahun, gak kerasa padahal rasanya baru kemaren aku melahirkan mereka.

"Palingan juga mikir 'kok kita cepet banget besarnya, ke inget pas lahiran'." Oke anakku yang satu itu entah ketularan dari siapa, punya sikap yang nyebelinnya ngalah2in bang fandi. "Jangan bilang bunda sekarang ngembandingin aku sama om fandi, bundaaa.... aku lebih ganteng dari kedua om2ku." Ohh.... my.... god... dia benar2 menyebalkan.

"Oke.... kalian sudah ngumpul jadi satu gini, nyebelinnya double." Ujarku bangkit dari kursi balkon rumah kami, iyaa rumah aku bangun buat mereka, bersebelahan dengan rumah mama dan papa. Hasil dari jerih payahku selama ini, menjadi dokter spesialis bedah di rumah sakit terbesar disingapura, setidaknya aku tak terlalu merepotkan mama sama mama dengan belajar dengan sungguh2 sampai detik ini.

Aku mendengar tawa cekikikan dari belakangku, ck... mereka benar2 menyebalkan.

"Bunda...." ujar syifa manja, ahhh kalau sudah kayak gini pasti ada yang mereka inginkan.

"Kali ini apa?" Aku bersedekap menghadap mereka berdua, ku lihat mereka berbisik2, dan menyenggol satu sama lain. "Azka... apa?" Tanyaku pada si biang menyebalkan.

Suami Pilihan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang