Maaf mulmednya menyimpang, lucu sihh.
Syafa POV
Sebut saja aku wanita yang gak tau malu, meminta duluan untuk melakukan itu. Aku tau mas azzam takut untuk minta, apalagi kami sama2 lelah dan berhubung umurku yang terlalu muda, sangat amat tak mungkin dia memintanya lebih dulu.
Semuanya berjalan sabagaimana mestinya, walaupun mas azzam murka, salahku sendiri memutuskan hal yang sangat krusial tanpa berdiskusi dengannya. Memang sebelum menikah mas azzam tidak pernah membicarakan hal itu, hanya pengenalan pribadi masing2.
Mandi sebelum subuh sudah sering tapi bedanya aku harus mandi junub kali ini. Dengan badan yang rasanya seperti di pukulin orang sekampung, yang benar saja, ini baru sekali gimana temen2nya yang memang sudah melakukan itu dan berkali kali dalam semalam. Ku gelengkan kepalaku, menarik selimut untuk menutupi tubuhku yang saat ini tidak mengenakan apa2. Berpijak di lantai yang dingin, di daerah kewanitaanku rasanya sangat sakit membuatku terjatuh, pekikanku membuat mas azzam yang tidur menggeliat, dan matanya terbuka. Melihatku yang terduduk di lantai, dia berdiri tanpa menghiraukan kalau dia tidak mengenakan apa2, yang bener aje meskipun ane bininye kan gak harus telanjang juga kali.
"Mas...." teriakku, ku lihat dahinya berkerut bingung. "Kenakan apapun jangan telanjang gitu."
"Kenapa? Bukannya tadi kamu sudah melihat semuanya." Godanya, iya melihat dan menjelajahi semuanya, tapi kan dalam konteks yang berbeda.
"Please.... " ucapku memelas. Mas azzam meraih boxernya, kembali berjongkok di depanku.
"Sekarang, istriku yang cantik mau kemana?" Tanyanya.
"Kamar mandi." Jawabku lirih.
"Seharusnya kamu membangunkan mas dulu. Temen2 mas bilang, kalau pertama kali sakitnya banget2, jangankan untuk jalan, gerakin dikit aja kerasa sakitnya." Aku menunduk, iya sakit banget. Terus gimana dong, masak iya minta mas azzam buat gendong aku. Saat sedang asik dengan pikiranku sendiri, mas azzam sudah mengangkatku, ku kalungkan tanganku di lehernya.
Mas azzam mendudukkan ku di kloset. Dia mengisi air di bathup, memberikan sedikit aroma terapi.
"Aku mandi di shower aja mas. Berendamnya tar kalau udah keramas." Mas azzam menghentikan aktifitasnya, menatapku tak setuju. "Syafa pasti akan berendam, setelahnya, janji." Mas azzam mengedikkan bahunya.
"Di buka selimutnya." Aku mendelik ke arahnya tak setuju. Hei enak aja main buka.
"Mas sudah melihatnya syafa." Dia tersenyum geli melihat reaksiku.
"Tapi konteksnya berbeda."
"Ohh.... apa perlu kita melakukannya sekali lagi disini, biar kamu tak malu buat buka bukaaan." Mataku semakin membuat, apa katanya. Melakukan di kamar mandi? Dalam mimpi pun gak akan pernah mau.
"Masssss...." teriakku, dia terkikik dan keluar dari kamar mandi, begitu pintu itu tertutup, ku buka selimut yang melilit di tubuhku, ku lempar sembarangan. Merayap di dinding kamar mandi, aku seperti anak balita yang baru belajar jalan. Dan ini karna mas azzam, gak lagi, kalau tau akan seperti ini, bener kata orang penyesalan selalu datang belakangan. Aku berdecak kesal, untuk nyampe aja memerlukan waktu lebih dari lima menit.
Dingin, segar, setelah melakukan ritual mandi besar. Melirik ke arah bathup, berendam sebentar, mungkin akan sedikit merilekskan ototku yang kaku. Kali ini hanya sebentar untuk nyampe ke arah bathup, tidak seperti tadi yang, uuuggghhhhh membutuhkan banyak waktu.
"Syafa.... kamu gak apa2 kan?" Teriak mas azzam dari luar.
"Aku gak apa2 mas." Jawabku. Ku pejamkan mataku, menikmati pijatan air hangat di pori2 kulitku. Ini menenangkan.
Ku dengar pintu kamar mandi di ketuk, lagi. "Ini lebih dari setengah jam syafa, kamu bener gak apa2?" Tanyanya lagi. Ternyata sudah lama banget aku mandi.
"Iya sebentar mas, ini sudah selesai kok." Aku berdiri, meraih handuk yang tak jauh dari tempatku berdiri.
"Mas..." panggilku. Dia menoleh, ku lihat dia menelan ludah susah payah, tatapannya mulai menggelap. Alarm di kepalaku berbunyi, ku ambil baju sembarang dan melompat ke kamar mandi lagi.
Setelah berbaju lengkap, di kamar ku lihat mas azzam bersandar di kepala ranjang.
"Mandi mas." Ujarku. mas azzam beranjak tanpa menjawabku, rahangnya sedikit mengeras, tanpa melihat ke arahku mas azzam mengambil baju yang di perlukan dan masuk ke kamar mandi. 'Salahku apa?' Batinku. Hei tadi itu kan gak sengaja, kenapa dia marah. Sudahlah... tar juga baik sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Pilihan
General FictionKetika takdir berkata lain, di situlah cinta hanya jadi omong kosong baginya. Karena takdir memainkannya hingga ke titik dimana ia kehilangan apa yang dia sebut sebuah harapan.