Untuk semua pembaca setia ceritaku, terima kasih banyak apresiasi kalian, aku bener2 gak tau mau bilang apa selain makasih banyaaakkkk. Love you guysss.
Syafa tersentak saat tiba2 tangannya di tarik paksa keluar ballroom, langkahnya terseok2 karena tak bisa menyamai langkah kaki laki2 yang menyeretnya paksa.
"Apa apaan ini mas?" Teriak syafa setelah berhenti di taman samping hotel miliknya, menatap berang ke arah lawan bicaranya.
"Azka dan syifa, anak siapa mereka?" Syafa tak menjawab, dia terbelalak, tubuhnya menegang, sumpah serapah yang akan di lontarkannya hilang seketika, kepalanya blank, tak berfungsi mendengar pertanyaan pria atau lebih tepatnya mantan suaminya. Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya 'azka dan syifa anak siapa' berulang kali.
"Aku gak mau mengulang pertanyaanku syafa, mereka anak siapa?" Azzam menggeram pelan tak mendapat dari syafa
"Apa maksud pertanyaanmu mas?" Tanya syafa balik, setelah menemukan kembali suaranya, tersadar dari keterpanaan.
"Kau tak menjawab pertanyaanku."
"Aku tak akan menjawabnya sebelum tau maksud dari pertanyaanmu mas, mereka anak siapa bukankah itu bukan lagi urusanmu." Jawab syafa sengit, dia sudah berbaik hati memberi kelonggaran pada pria ini, memaafkan semua kesalahannya, mencoba berteman baik, tapi seperti azzam semakin melunjak, menyeretnya dari pesta keluarganya sendiri, dimana letak otak pria ini.
"Aku hanya ingin memastikan apa yang aku dengar."
"Apa yang mas dengar?"
"Mereka anak mu." Jawab azzam tak begitu yakin. Syafa menatap azzam tak percaya, siapa yang membicarakan hal tak penting di pesta pernikahan abangnya.
"Lalu?" Tak ada yang perlu di tutupin lagi, syafa mengikuti alur, apa yang di inginkan azzam.
"Apa benar?"
Syafa menarik nafas panjang sebelum akhirnya menjawab pertanyaan azzam. "Mereka anak2ku. Mas sudah mendapat jawabannya, sekarang biarkan aku kembali ke pesta." Syafa melewati azzam, hanya beberapa langkah, langkahnya terhenti mendengar pertanyaan dari mulut azzam.
"Bagaimana mungkin? Rahimmu."
Syafa membalikkan badannya, menatap tajam ke arah azzam.
"Rusak?" Lanjut syafa, syafa berdecih lirih, ternyata azzam masih mempercayai sahabatnya itu pikir syafa dalam hatinya. "Di situ letak kesalahan mas sebenarnya, mas lebih mempercayai sahabat mas di atas segalanya, termasuk istrimu." Dia meredam emosinya yang menguar sejak tadi.
"Syafa." Ucap azzam putus asa.
"Mereka anakku, lahir dari rahim yang mas dan sahabat mas anggap rusak, aborsi?" Ujar syafa sinis. "Aku tak mempunyai teman pria selain abang2ku, mas tau itu. Dan mas menelan mentah2 apa yang keluar daru mulut sahabat yang mencintai mas itu? Oh salah terobsesi tepatnya, aku bahkan menanyakan dimana letak otak mas sekarang." Sambung syafa.
"Mereka anakmu dan alvin?" Pertanyaan bodoh menurut syafa, alih2 menanggapi ucapannya pria di depannya memberikan pertanyaan bodoh lagi. syafa memejamkan matanya, mengatur emosinya kembali, dia tak habis pikir dengan pria yang berdiri satu meter di depannya, bagaimana bisa dia berfikir azka dan syifa anak alvin, pria depannya pikir perempuan macam apa dirinya, bahkan bersentuhan dengan alvin hanya sekali, di saat ia butuh pegangan saat melahirkan anak2nya.
"Bodoh." Hanya itu yang keluar dari bibirnya. Di saat dirinya mencoba berbalik alvin menyahuti pertanyaan azzam.
"Mereka bukan anak2ku." Suara alvin menyahut dari belakang syafa. "Aku akan bersyukur kalau mereka benar2 anak2ku." Jawabnya enteng, dengan gaya coolnya alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Pilihan
General FictionKetika takdir berkata lain, di situlah cinta hanya jadi omong kosong baginya. Karena takdir memainkannya hingga ke titik dimana ia kehilangan apa yang dia sebut sebuah harapan.