part 2

16.6K 639 4
                                    

Jam 7 rumah sudah mulai rame, syafa yang cek bebek tak mau ambil pusing dengan keributan yang bunda buat dengan bibik2 di rumah, yang menyiapkan ini dan itu.

"Dek kamu gak siap2? Sebentar lagi tamunya dateng." Tanya bang irfan.

"harus siap2 gimana lagi sih bang, adek walaupun gini2 masih kelihatan cantik." Jawabku masih tetap memainkan piano.

"Maksud abang bukan gitu, adek abang meskipun make daster tetep cantik, abang tau itu. Apa kamu gak mau lebih.... yahh sedikit make up mungkin atao gimana gitu"

syafa terkikik geli dengan apa yang irfan ucapkan, iya sih seharusnya dia tampil secantik mungkin. Tapi tampil alami dengan hanya bedak baby kan gak masalah.

"Kok malah ketawa sih dek." Irfan mengerucutkan bibirnya,
Hey dia cowok kan?? Kenapa kayak cewek yang lagi ngambek.

"Allah mencintai kesederhanaan bang." Syafa menyandarkan kepalanya ke lengan irfan. "Abang tau kan, syafa gak pernah yang namanya make2 gituan, tampil apa adanya, tapi tetep elegan."

" Jadi..... berhentilah memainkan piano itu, kita kebawah, nyambut tamunya." Seketika syafa menegang, usahanya sejak tadi menenangkan diri hancur.

"Abang duluan aja, syafa nyusul." Tapi apa yang dia lakukan, memainkan kembali grand pianonya, tidak menyadari banyak telinga yang mendengarkan permainannya.

Someone Pov

Memasuki kediaman gadis itu, keluargaku di suguhi dengan dentingan piano yang sangat indah, aku baru tau kalau keluarga anggara menyukai piano. Ahhh.... hampir 5 tahun tak bertandang ke rumah ini, banyak yang berubah. Cat rumah yang lebih kalem, tidak monoton seperti dahulu.

Kami di sambut om anggara dan tante ros, irfan dan fandi. Aku mengernyit mengedarkan pandangan, kemana gadis kecil ku.

"Syafa masih di atas, yang main piano itu syafa." Ujar fandi seakan tau tatapanku.

" silahkan duduk." Om anggara mepersilahkan kami. " irfan... tolong panggilkan syafa, anak itu gak bisa lepas dari pianonya"

" gue boleh ikut gak fan?"

"Sejak kapan lo ijin, biasanya juga langsung nyelonong aja."

"ini kali pertama gue menginjak kaki kesini lagi setelah 5 tahun."

"Yahh.. yyaaahhhh.. setelah fakum 5 tahun mampir, sekali mampir langsung ngelamar adik gue, ck." Ejeknya

"Salahkan adik lo yang tiba2 minta nyariin calon suami." Ucapku agak sebal, bagaimana tidak, gadis kecil itu meminta om anggara untuk mencarikan calon suami, yang benar saja. Bahkan umurnya belum 17 tahun.

"Lo tumben lesu fan, biasanya yang paling banyak stok semangat dibanding irfan dan gue." Tanyaku pada fandi yang sejak sampai di restoran italy sudah mengacak2 rambutnya, penampilannya yang biasanya mempesona, entah lari kemana. Yang ada di depanku ini bukanlah fandi.

"Adek gue."

Degg

Ada apa dengan gadis kecilku

"Dia minta papa mencarikan suami." Aku langsung tersedak makanan yang ku kunyah.

"Apa???!!!"

" dia minta di carikan calon suami." Sambung irfan yang sejak tadi tak bersuara.

Aku tediam cukup lama, tidak ada pilihan lain, aku akan melamarnya. Bagaimana bisa gadis itu, ck.... aku menunggunya sampai dia dewasa, tapi diaa arrrgggghhhhh.

"Gue yang akan melamarnya."

"Apa????!!!!" Kali ini irfan dan fandi yang teriak.

"Broo... ini gak lucu."

Suami Pilihan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang