Untuk antusias kalian di part 25, makasiihhhh banyakkk ya guyssss aku sampe terhura lhohh. Banyak banget yang nyumpahin azzam pasti, hahahahaha udah tak niatin bakal ada part dimana azzam di sumpahin. Hehehehe
Maaf baru bisa update, karena beberapa alasan *sok sibuk, biasa*. Aku udah baca berulang kali part ini agak aneh sama kayak part 23/24, muter2 di tempat, semoga kalian suka.
Tak ada yang bisa dilakukan selain menunggu empunya membuka pintu kamar, alvin belum datang. Bermenit2 mereka lewati dengan kegelisahan yang tak terkira. Banyak hal yang mereka takutkan, mengingat bagaimana histerisnya syafa berteriak tadi.
"Daddy... " Teriak azka melihat alvin yang masih lengkap dengan baju kantornya.
"Dia masih di dalam?" Tanya alvin tenang, mencoba tenang lebih tepatnya. Bagaimana kawatirnya dia sepanjang perjalanan, dan memaki2 pengguna jalan sepanjang perjalan dari bandara tadi. Alvin mengusap rambut azka pelan. "You okey?" Alvin tersenyum yang selalu bisa membuat azka tenang.
"We're fine dad."
Alvin mendekat ke arah pintu kamar syafa, mengetuk pelan "sya... ini aku." Hanya itu yang di ucakan alvin dan langsung mendapat respon dari pemilik kamar yang membuka pintu kamarnya.
Melihat keadaan syafa kali ini, alvin benar2 harus meredam emosinya. Mata bengkak, hidung yang merah dan suara serak syafa tak luput dari perhatiannya.
"Al...." sedetik kemudian tubuh syafa jatuh dalam pelukan alvin. Alvin langsung membopong syafa ke arah tempat tidur, menidurkannya pelan.
"Mama sama papa istirahatlah, biar aku, irfan dan fandi membawa syafa ke rumah sakit." Alvin menghadap ke arah orang tua syafa yang memandang kawatir. "Dia akan baik2 saja setelah di rawat, kemungkinan faktor capek, stress atau dehidrasi. Gak perlu kawatir." Lanjut alvin menenangkan pasangan paruh baya di depannya. Alvin bertumpu pada kedua lututnya mensejajarkan tingginya dengan syifa dan azka." Kalian percaya sama daddy kan?" Tanya alvin pada kedua anaknnya. Mengakui mereka sebagai anak membuat dadanya menghangat, ia menyanyangi kedua anak di depannya tak peduli mereka darah dagingnya atau bukan, yang ia tau hanya mereka adalah anaknya. "Sekarang yang harus di lakukan anak daddy, mandi, sholat dan makan lalu istirahat. Nanti daddy telfon gimana keadaan bunda." Alvin menatap kedua pasang mata di depannya, banyak luka disana. Alvin lalu Memeluk kedua anaknya." Daddy loves you." Detik berikutnya kedua meraung.
"I hate him daddy." Ucap azka di sela tangisannya.
"Its ok, daddy here." Alvin mengusap punggung keduanya pelan. "Aaahhhh.... daddy kecewa, apa daddy gak cukup buat kalian." candaan alvin sukses membuat kedua anaknya berhenti.
"daddyyy....." teriak keduanya. Alvin tertawa melihat azka dan syifa cemburut.
"Aissshhhh.... baju daddy basah ni, ini ingus juga nempel disini." Alvin berpura2 jijik melihat bajunya yang basah.
"I hate you daddy." Ujar azka dan syifa lalu pergi dari hadapan alvin.
"I love you too guys."
"So, jadi bawa syafa ke rumah sakit?" Tanya irfan. Alvin mengangguk.
"Kami ikut." Ucap vita dan dinda yang langsung mendapat gelengan keras dari kedua suami mereka.
"Jaga mama papa sama anak2. Biar kami yang jaga syafa."
Fandi menggendong syafa bridal style, membawanya turun ke mobil yang sudah trsedia. Irfan di balik kemudi dengan alvin di sebelahnya.
"Kali ini azzam lagi?" Tanya alvin membuka pembicaraan.
"Hmm."
"Brengsek.." Alvin mengumpat. Alvin memukul dasbor mobil milik irfan, dia gak ambil pusing kalau nantinya dasbor mobil alvin pecah. "Kali ini dia benar2 akan mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Pilihan
General FictionKetika takdir berkata lain, di situlah cinta hanya jadi omong kosong baginya. Karena takdir memainkannya hingga ke titik dimana ia kehilangan apa yang dia sebut sebuah harapan.