crush

1.6K 51 18
                                    

Hallloooo
Kambek egen sama gue muah.
Tadi gue lupa bikin AN di prolog.
Hehe
Singkat cerita ini second story gue yang udah pernah gue publish. But, gue nge unpub karna gue ngerasa agak gak enak dibaca wkwk. Gue harap para pembaca dark yang lama bisa ketemu lagi sama gue disini wkwk. Fyi dulu cerita ini gue publish dengan judul hurting little stupid. Jadi kalo tiba2 movie  nongol di pemberitahuan lo itu berarti hurting little stupid. Jalan cerita masi sama kok cuma bedanya ini lebih tertata walaupun gue tau itu masi sama aja #cry. Dahhhh, sekian AN dari gue, bhay!

"pagiii, stev," perempuan berparas manis tapi manja itu memanggil kakak kelas yang sedari masa orientasi SMP ia sukai itu. Mengingat bahwa Stev dan Vio masih berada di SMA dengan yayasan dan komplek sekolah yang sama dengan SMP mereka dulu. Laki-laki manis dengan sejuta kharisma dan bakat yang dapat membuat semua orang jatuh padanya.

Perempuan itu tersenyum, orang yang dipanggil hanya melirik sekilas dan melenggang pergi dengan wajah tanpa ekspresinya. Dia adalah Steven Presscote. Kakak kelas yang menjabat sebagai ketua osis SMP dan SMA di sekolah yang ditempati oleh perempuan manis itu. Viola Granuvidia Crasha atau sering dipanggil Vio.

"Jutek amat, ih," Vio melenggang pergi ke kelasnya dengan senyum sumringahnya seperti pagi-pagi sebelumnya. Dengan langkah tanpa beban dan yakinnya seperti pagi-pagi sebelemnya.

Verlina bergidik ngeri, "anjos," Verlin menatap Vio dari atas sampai bawah, "ada tai senyum-senyum," perempuan itu menggeleng-geleng dramatis. Yang ditanya tetap senyum-senyum sambil meletakan tas nya di kursi samping Verlina.

Viola dan Verlina. Siapa yang tidak tau mereka berdua? Dua sahabat yang tidak pernah dipisahkan. Bukan seperti persahabatan orang diluar sana, mereka tidak pernah bertengkar secara serius. Selalu bersama dan terkenal sangat freak dan aneh. Tentu saja dengan penggemar yang menggenang dari anak SMP hingga SMA. Pernah sekali mereka bertengkar karena sebuah pena di koperasi yang hanya tinggal satu. Mereka sukses bertengkar di depan koperasi kurang dari lima belas menit.

"Tadi pagi gue ketemu Steven, nying!" bisiknya antusias dengan wajah khas perempuan itu, "sumpah gue ga kuat," Vio teriak tertahan kepada Verlina. Sebenarnya tidak perlu berbisik, sudah menjadi rahasia umum bahwa Vio yang terkesan mengejar Stev sedari SMP. Padahal semua orang tidak ada yang tahu, itu semua berawal dari Steven sendiri.

"terus dia gimana?" tanya Verlina berusaha antusias mendengar cerita Viola.

"Ya gitu," memutar matanya mendengar pertanyaan Verlin, "but, dateng barengan sama dia itu kaya sehari tanpa lo nyebut tai."

"Tai," Verlina menyebutkan kata yang tidak pernah absen dia katakan dalam sehari, "ya itukan karna lo selalu nandain jam dia datang kesekolah, Nyet," Verlin memutar matanya malas melihat sahabatnya yang kelewat lebay.

"iyasih, tapi itu bisa jadi jodohkan, Nyet? Ah bahagia gue pagi ini," Vio menghirup udara sekitar dengan senyum bahagia yang masih merekat, "gue yakin banget Steven itu pasti suka sama gue. Kalo ngingat gimana dia seringnya ngasih coklat ke gue waktu baru awal MOS dengan inisial 'V'," Vio menerawang keatas membayangkan bagaimana Steven dulu sangat sering meletakan coklat ataupun tak jarang bunga di laci Vio. Dia mengetahui itu semua karna ia pernah memergoki Steven meletakannya di laci mejanya. Awalnya Vio tidak terlalu peduli dengan laki-laki satu ini yang notabene adalah ketua osis, tapi seiring berjalan waktu Vio mulai menyukai setiap kata-kata manis dan pemberian dari Steven. Ejekan-ejekan teman sekelasnya pun berperan penting pada perasaan Vio saat ini.

People change and these things happen.

"Anjing!" Verlin menatap Vio tak percaya, "masi inget aja lo, Nyet," Verling geleng-geleng tak percaya.

MOVIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang