Demam

333 23 0
                                    

Reagan berjalan menuju rumah Vio setelah mandi lagi dan mengganti pakaiannya. Setelah tadi Vio ambruk di depan pintu rumahnya, Reagan membopong Vio menuju kamarnya. Beruntung pembantu rumah tangga yang biasa membantu pekerjaan rumah tangga Vio belum pulang, meskipun nyaris pulang. Jika tidak ada pembantu rumah tangga Vio ini, mungkin Reagan dengan terpaksa yang akan mengganti baju basah Vio atau tidak sama sekali.

Reagan menuju dapur rumah Vio yang identik dengan rumahnya. Hanya saja tataannya yang berbeda. Reagan dapat dengan mudah mengetahui dimana letak kamar-kamar yang ada di rumah Vio.

Lagi-lagi karna rumah mereka yang identik.

Laki-laki itu membuat segelas coklat panas dan segera berjalan ke arah kamar Vio yang berada di lantai dua. Reagan memasuki kamar berwarna ungu putih itu. Hampir seluruh perabotnya berwarna ungu putih jika gitar akustik yang tergantung di bagian dinding itu juga berwarna ungu putih. Bahkan karpet berbulu yang didepannya ada TV ini pun berwarna ungu putih. Reagan meletakan segelas coklat panasnya di meja dekat permadani yang tidak jauh dari tempat tidur Vio. Laki-laki itu berjalan ranjang Vio dan melihat wajah polos perempuan itu.

Melihat wajah polos perempuan itu membuat Reagan berpikir, apa benar gadis sepolos ini dengan gencar mengejar sahabatnya sendiri. Reagan sendiri geli mengingat Vio yang sangat tidak tau malunya selalu mengganggu Stev tanpa tau sikon.

Reagan merasa aneh.

Dipegannya kening Vio menggunakan punggung tangannya. Badan Vio terasa seperti api. Reagan berlari menuju dapur dan mengambil sebaskom kecil air hangat dan mini handuk. Diperasnya handuk yang sudah ia celupkan tadi lalu diletakannya di kening perempuan itu. Reagan menarik selimut perempuan itu sampai dadanya.

"Lo seharusnya tau kodrat lo sebagai perempuan.

Reagan kembali duduk lalu menyesap coklat panasnya yang masih mengepul. Mengecek ponselnya yang menandakan ada pesan masuk.

Vio sudah pulang?

–Tante Sher–

Reagan mulai mengetik pesan balasan untuk Sheryl.

Vio udah dirumah sama Reagan, Tante. Badannya agak panas.

–Reagan–

Seketika ponsel Reagan berbunyi menandakan ada pesan masuk. Kurang dari satu menit setelag laki-laki itu mengirimkan pesannya.

"Ha—"

"Halo, Reagan?" Tanya suara di sebrang sana tampak khawatir dengan sedikit teriakan.

Reagan berusaha tersenyum agar tidak membentak orang ini, "iya, tante, ini Reagan."

"Reagan gimana sama Vio?" Suara itu terdengar sangat cemas.

Reagan menarik nafas, "Vio tadi pingsan tante. Badannya panas dan tadi agak menggigil," Reagan mencoba menjelaskan keadaan Vio, "tadi Vio ngajak Reagan untuk nekad nerobos ujan pake motor."

Sheryl menghembuskan nafas berat mendengar kondisi anak sematawayangnya, "ya udah kalo gitu. Kalo Vio udah bangun, bilang aja tante mungkin bakal pulang larut malam. Oh ya, tante bisa minta tolong sama Reagan?"

Reagan menaikan sebelah alisnya, "boleh, tan."

Mungkin Sheryl tersenyum senang di sebrang sana, "Reagan jagain Vio sampe tante pulang ya? Kalo Reagan mau tidur di rumah tante juga gapapa. Reagan bisa tidur di kamar Vio. Atau Reagan bisa ke kamar sebelah, kamar kosong untuk tamu."

Reagan mengerutkan alisnya, hendak berbicara tapi dipotong Sheryl, "tolong ya, Reagan. Tante percaya sama Reagan."

Sambungan terputus.

MOVIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang