Cry In Your Hug

8.7K 557 2
                                        

Aku akan menjadi hujan mu walaupun aku harus merasakan sakitnya jatuh berkali-kali.

Aqilah ♥

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Glaza POV

Pagi ini aku masih berada dirumah Glaniel. Sebenarnya aku sudah membuka mataku sejak jam lima pagi tadi. Aku ingin mengubah posisi tidurku. Tapi tangan Glaniel yang memelukku erat membuatku mengurungkan niatku untuk bergerak atau beranjak bangun.

Bahkan sekarang sudah jam 7 pagi. Aku masih terjaga dalam posisiku yang masih sama sejak aku membuka kedua kelopak mataku ini.

Dan tadi aku mendengar pintu yang berulang kali terbuka dan tertutup kembali. Sepertinya bunda Glaniel ingin membangunkan kami tapi dia mengurungkan kembali niatnya itu. Bisa saja bukan?.

Keadaanku membaik dari yang semalam. Bahkan aku sudah bisa tidur menyamping, membebaskan tanganku bergerak kemana saja.

Rasa pegal, sakit, dan perih nya menghilang. Untung saja ini hari minggu jadi besok aku bisa sekolah seperti biasa. Kudengar suara pintu terbuka. Aku ingin melihatnya tapi posisiku membelakangi pintu dan sedang dipeluk Glaniel dari belakang.

Segitu lelahnya dia? sampai jam segini belum bangun juga bergerak sedikit pun tidak. Tidur hanya satu gaya dari awal beranjak tidur hingga bangun.

"Niel?". Suara Gadis. Aku mengenal betul suaranya itu. Tubuhku menegang. Ada rasa sedikit takut kalau-kalau dia punya niat jahat untukku lagi. Apalagi Glaniel yang tidurnya seperti kerbau.

Kudengar suara langkah kaki mendekat. Tubuhku makin menegang, kututup bibirku rapat-rapat dan tanganku menggenggam erat bedcover Glaniel.

"Emmm". Glaniel menggumam. Glaniel makin mengeratkan tangannya pada pinggang mungilku.

"Niel bangun! Kita sarapan pagi dulu". Kurasakan tubuh Glaniel yang seperti digoncang-goncangkan.

"Haaaa apa sih!". Glaniel melepas tangannya yang melingkar pada pinggangku membuatku dapat merasa lega.

"Sarapan dulu". Ucap Gadis. Aku mengubah posisiku menghadap Gadis dan melihatnya. Gadis melihatku tajam lalu kembali mengarahkan pandangannya pada Glaniel.

'Dasar ular'.

"Suruh bi Iyem bawain sarapan gue. Gue masih cape dan ngantuk. Jadi tolong keluar kamar gue sekarang". Jelas Glaniel. Aku menganga mendengar ucapan Glaniel. Benar-benar cowok malas.

Baru saja aku ingin beranjak bangun tapi tangan Glaniel kembali melingkarkannya pada pinggangku. Aku terkejut saat Glaniel memelukku dalam posisi aku menghadapnya.

Wangi parfum vanillanya menyeruak ke dalam rongga hidungku. Aku terpaku diam, tenggorokan ku terasa kering untuk berbicara, nafasku seperti terhambat batu besar.

"Niell--". Ucapku gugup. Gadis melipat kedua tangannya didepan dadanya dan menatapku penuh kebencian.

"Hmm?". Ucapnya yang memotong pembicaraanku.

"Gue mau mandi". Ucapku asal.

"Please temenin gue bentar lagi aja". Ucap Glaniel yang kembali menutup matanya rapat-rapat.

"Kalo Bunda tauu nanti kita dimarahin bangun siang". Ucapku mendongak menatap wajahnya sedang tidur. Ganteng. Loh?

"Nanti biar gue bilang Bunda. Gue mau habisin waktu sama lo nanti kalo udah disekolah lo pasti berubah jadi macan galak". Aku masih terdiam. Gadis mencubit kaki mulus ku.

Glaza & GlanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang