Wanita akan lebih terbiasa sendiri jika sering ditinggalkan sang lelaki. Jangan sampai jika saat lelaki membutuhkan wanita itu lagi namun wanita itu telah bersama yang lain. Tetap ingat, penyesalan selalu datang di akhir.
Aqilah♥
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
"Nathan pacar gue. Wajar dia mukul lo tadi". Ucapku tiba-tiba membuat ketiganya kaget ---yaa, Nathan, Glaniel dan Gadis.
"Udah aku bilang dia udah sama Nathan dan kamu masih ngotot mau sama dia". Ucap Gadis melihat Glaniel yang tengah terbangun sekarang.
"Gue fikir kejadian tadi buat gue tau artinya tulus dari lo. Lo yang ajarin gue buat cinta dan sayang sama lo tapi lo lupain semua itu dan lo malah pacaran sama kakak gue sendiri. Hebat buat lo Za". Glaniel terkekeh. Aku menunduk dan memejamkan mataku. Memang ini seharusnya dan satu-satunya cara supaya Glaniel jauh dari gue.
"Gue fikir lo bener sayang gue tapi lo pacaran sama kakak gue". Ucapnya tersenyum tipis "thanks". Sambung nya lagi seperti bisikan kecil lalu dia berlalu pergi diikuti Gadis yang mengejarnya.
Aku tak kuat menahan air mataku lagi. Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Menunduk dan akhirnya runtuh semua air mataku dan tubuhku yang sudah jatuh terduduk sekarang.
"Zaa?". Nathan mengelus punggungku. Aku masih terisak dengan tangisku.
Samuel! Gue butuh lo! Gue butuh pundak lo. Abang, lo kemana semenjak punya pacar dan lo gak peduli sama hari-hari gue! Gue ngerasa sendiri dan itu sakit.
Aku meremas baju dibagian dadaku dengan kencang. Kenapa?! Kenapa sakit sekali.
Kurasakan hangat pada tubuhku. Yaa, Nathan memelukku dengan posisi tanganku meringkuk didadanya.
Nathan terus mengelus punggung dan terkadang rambut ku. Sedikit rasa sakitku hilang.
"Makasih". Gumamku pelan dan menatap lurus-lurus kedepan. Masih dalam dekapan Nathan tentunya.
"Sama-sama". Balasnya membuatku tersenyum tipis dan tanpa sadar aku tertidur dalam dekapannya.
Nathan POV
Aku terus menatap matanya yang tertidur pulas. Wajahnya yang terlihat damai tanpa masalah.
Jari telunjukku kini bergerak menyelipkan rambutnya dibelakang telinganya.
Senyumku terukir naik. Tersenyum melihatnya terlihat tanpa beban. Aku memposisikan dirinya tidur dan lengan kananku sebagai bantalnya.
Bahkan dia memeluk erat pinggangku. Aku menelusuri jari tunjukku diwajahnya.
"Eummm". Gumamnya membuatku menjauhkan jari telunjukku.
"Udah bangun?". Tanyaku.
Glaza yang sadar memeluk pinggangku lantas menjauhkannya.
"Maaf". Gumamnya yang sudah duduk dan menunduk memainkan jari-jemarinya.
"Gak pa-pa gue tau lo butuh sandaran". Ucapku tersenyum saat tau ada rona merah dipipinya.
"Eumm jam berapa sekarang?". Tanyanya polos melihat sekeliling.
"Empat pagi". Jawabku seraya berdiri dan merapihkan bajuku.
"Eumm yaudah gue mau buat sarapan dulu biar bang Samuel gak cerewet minta sarapan pagi". Ucapnya keluar kamar. Aku mengangguk pelan menatap punggungnya yang sudah menjauh.
Aku mengitari ruangan kamarnya. Melihat-lihat foto keluarganya yang ternampang rapih dikamarnya.
"Diary?". Gumamku saat melihat diary berwarna hitam berpolkadot putih. Aku melihat sekeliling. Memastikan bahwa Glaza tak melihatnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/58827826-288-k81263.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Glaza & Glaniel
Teen FictionGlaza, seorang perempuan culun yang berniat mencari kesetiaan teman dalam hidupnya. Hanya itu, jika dia sudah menemukan teman yang benar tulus dengannya Glaza akan merubah dirinya menjadi Glaza yang cantik seperti model. Tapi semua tidak berjalan se...