Kini aku sedang berada di apartemenku. Bersama Samuel, Adinda dan Glaniel. Adinda sedang sibuk menata rambutku sebaik mungkin.
Yaa, hari ini aku akan mendatangkan acara pernikahan Nathan dengan Gadis. Aku menggunakan dress putih yang panjangnya seatas lutut. Memakai kalung sebagai perhiasannya. Rambutku dibiarkan tergurai rapih menjuntai sampai pinggangku.
Glaniel dan Samuel menggunakan kemeja kotak-kotak yang sama dan levis saja. Mereka tidak ingin terlalu repot dan terlihat mewah.
"Selesai". Ucap Adinda saat selesai menyisir rambutku. Aku tersenyum puas melihat hasil karya Adinda padaku.
"Makasih kak". Ucapku tersenyum manis.
"Sama-sama". Jawab Adinda ramah.
Karena semua sudah siap dan rapih. Kami memutuskan untuk berangkat ketempat tujuan. Glaniel tidak ada henti-hentinya menggenggam tanganku. Aku menatapnya dan tertawa kecil.
"Nathan cuma mantan aku. Gak lebih". Ucapku menggengam tangan Glaniel juga. Memberinya kepastian kalau Nathan hanya masa laluku.
"Tapi--".
"Percaya sama aku Niel". Ucapku melihatnya dengan tulus. Glaniel menghembuskan nafasnya dan kembali fokus pada kendaraannya.
Mobil Samuel dan Glaniel terparkir rapih sejajar dengan mobil yang lainnya. Aku turun dari mobil dibantu dengan Glaniel.
"Tenang". Ucapku menggenggam tangan Glaniel yang mulai mendingin. Glaniel tersenyum tipis.
Aku berjalan masuk. Adinda dan Samuel sudah lebih dulu berjalan. Kulihat sekeliling. Banyak teman SMA ku dulu yang juga datang kesini.
"Haiii Mara!!". Teriakku melambaikan tanganku. Mara yang tau kehadiranku langsung berlari kecil dan memelukku.
"Aaaa gue kangen banget!". Ucap Mara memelukku erat. Aku tertawa kecil menatap Mara.
"Hai Dit lo dateng?". Tanya Glaniel saat tau Adit berjalan dibelakang Mara.
"Iyaa sama calon". Jawab Adit merangkul pinggang Mara.
"Heh! Kuliah dulu". Ucap Mara mencubit Adit. Aku dan Glaniel hanya tertawa saja.
"Kalo gitu gue salaman dulu deh sama Nathan. Byee". Ucapku berlalu pergi dengan Glaniel.
Nampaklah disana Nathan dengan gagahnya berdiri bersama Gadis. Menyambut setiap tamu undangannya dengan penuh rasa kebahagiaan. Rasa sesak itu sudah hilang. Namun, tergantikan rasa gugupku saat ini.
"Selamat ya Nath". Ucapku bersalaman dengan Nathan. Nathan dan Gadis tersenyum manis.
"Makasih ya Za". Ucap Gadis. Aku memeluk Gadis dan menatapnya.
"Lo cantik". Ucapku tersenyum senang. Glaniel juga mulai merasa lebih tenang dibanding yang tadi.
"Abang gue udah nikah!". Ucap Glaniel bersalaman ala lelaki. Aku dan Gadis tertawa pelan menatap keduanya.
"Kapan nyusul?". Tanya Nathan.
"Secep---"
"Kuliah dulu ya kan Niel". Ucapku menyenggol lengan Glaniel. Glaniel menatapku tajam saat aku memotong pembicaraannya.
"Rencananya mau kuliah dimana?". Tanya Gadis menatapku.
"Gue sama Glaniel dapet beasiswa di Amerika". Ucapku antusias. Aku sangat tak sabar pergi ke Amerika.
"Wah bagus dong selamat ya". Ucap Gadis. Aku mengangguk dan tersenyum.
"Bunda sama Ayah gak bisa dateng Nath. Mereka lagi ke Jerman". Ucap Glaniel mengotak-atik handphonenya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Glaza & Glaniel
Fiksi RemajaGlaza, seorang perempuan culun yang berniat mencari kesetiaan teman dalam hidupnya. Hanya itu, jika dia sudah menemukan teman yang benar tulus dengannya Glaza akan merubah dirinya menjadi Glaza yang cantik seperti model. Tapi semua tidak berjalan se...