Stitches

8.1K 525 0
                                    

Glaza POV

Aku terus memandangi tubuhku didepan cermin besar. Aku menatap leherku yang terdapat dua tanda merah dibagian bawah telinga dan dekat pundak.

Bagus yang dekat pundak dapat tertutupi oleh kerah baju sekolahku. Aku memoles krim untuk menyamarkan warna merah akibat Glaniel itu. Menebalkannya sedikit dengan bedak.

"Akhirnya gak keliatan juga". Gumamku sambil melihat-lihat leherku takut kalau masih terlihat merah.

"Adikku sayang!". Teriak bang Samuel yang memelukku dari belakang. Yaa, aku dan Samuel sudah rapih ingin berangkat sekolah seperti biasa. Ini kan sudah kembali ke hari senin.

"Apa sih bang, minggir ah gue mau pake dasi". Ucapku yang masih sibuk mencari dasiku dilemari dekat kacaku.

"Eummm abang kan baru aja sembuh dari galau dek". Ucapnya mengerucutkan bibirnya itu. Aku memakai dasiku tak melihatnya.

"Pantess ya adek sendiri dicuekin! Ditinggal lagi, gak dikasih tau atau gak dianter gituu ke kelas baru waktu itu". Ucapku sedikit membentak dan mencubit pinggangnya setelah selesai memakai dasi.

"Aww! Dek lepas ahh! Maaf abisnya Dinda mutusin abang gara-gara di handphone abang ada chat sama cewe. Tapi---".

"Uuuu pantes yaaa! Makanya jangan genit-genit!". Ucapku mencubit pinggangnya lagi.

"Aww dek lepas! Ihh abang gak genit tau ceweknya aja yang kecentilan karna abang ganteng". Cengirnya. Aku menginjak kakinya.

"Kalo abang berani nyakitin cewe jangan anggep kalo Glaza ini adek abang lagi!". Teriakku melipat kedua tanganku didepan dadaku.

"Iya-iyaa Abang gak kaya gitu kok. Abang selalu jaga perempuan". Ucapnya mengacak rambutku pelan. Aku tersenyum tipis.

"Janji". Ucapku mengacungkan jari kelingkingku.

"Janji". Jawabnya mengaitkan jari kelingkingnya di jari kelingking ku.

"Yuk berangkat". Ucapku menarik tangannya.

"Yahh dek tapi abang gak bisa bareng hari ini". Balasnya. Aku kembali menoleh ke arahnya lalu menaikan satu alisku meminta penjelasan dari Samuel.

"Eummm abang mau jemput Dinda abang udah balikan lagi sama dia". Ucapnya ragu-ragu.

"Ohhh yaudah kalo gitu hati-hati". Ucapku menepuk pundaknya pelan. Samuel mengangguk lalu keluar apartemenku.

"Astaga gue lupa bawa buku matematika. Bang lo duluan aja". Teriakku saat tau Samuel berhenti berjalan.

"Oke. Lo hati-hati". Teriaknya.

"Iyaa bang!". Teriakku juga berlari ke arah kamar.

"Dek bentar!". Aku menghentikan langkahku tepat didepan pintu kamarku.

"Apa lagi?". Tanyaku menatapnya bingung.

"Satu lagi ketinggalan". Samuel mencium keningku. Aku tersenyum tipis.

"Yaudah dek abang berangkat ya". Ucapnya yang hanya kujawab anggukan kepalaku. Samuel sudah berangkat duluan.

Aku mencari buku matematika ku. Setelah ketemu aku berjalan keluar dari apartemenku. Saat aku membuka pintu keningku tiba-tiba saja ada yang memukul.

"Aduhhh". Ucapku menyentuh keningku.

"Aduhh maaf gue kira lo ada didalem, baru gue mau ngetuk pintu lo". Ucap seorang laki-laki. Aku mengerucutkan bibirku.

"Nathan!". Teriakku saat melihatnya dia hanya menunjukan deretan gigi putihnya saja.

"Maaf yaa sakit ya?". Ucapnya aku hanya mengangguk pelan sambil mengelus keningku lembut.

Glaza & GlanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang