Night In One Light

9.3K 615 1
                                    

"Pacar". Ucapku singkat kepada Ayah sambil terus menaiki tangga dengan hati-hati.

Kubuka pintu kamarku lalu menutupnya kembali saat aku sudah berada didalamnya.

"Wait here". Bisiku membaringkan Glaza diatas kasurku dan menyelimutinya. Aku bergegas mandi.

Glaza POV

Aku membuka mataku. Mengerjapkan mataku berulang kali lalu melihat sekeliling.

"Kamar cowok ya?". Ucapku menguap lalu memejamkan mataku. Tak lamanya aku langsung terduduk dan membulatkan mataku.

"Kamar cowok!!". Teriakku lalu langsung melihat badanku.

"Baju utuh, celana utuh, rambut rapih hahh bagus deh". Aku menghela nafas lega saat tau tidak terjadi apa-apa denganku.

"Gue gak bakal apa-apain lo kok!". Aku menoleh ke asal suara. Aku terkejut kaget saat tau Glaniel hanya menutupi bagian bawahnya saja dengan handuk sampai pinggangnya itu.

"Glaniell lo gila ya!!!! Cepet pake baju lo!!!!". Teriakku dengan kencang.

"Woii santai aja dong nanti nyokap bokap ngira gue apa-apain lo lagi". Jawabnya santai. Aku hanya menghela nafas berat.

Cukup lama aku menutup mataku. Lama banget sih kaya cewek aja. Batinku.

"Udah belom?". Tanyaku. Tapi tidak ada jawaban aku mencoba membuka sedikit mataku.

"BOOO!!". Teriak Glaniel tepat didepan wajahku.

"Glaniel gak lucu!!". Aku merengek lalu melemparkan wajahnya dengan bantal.

"Wah ngajak perang bantal". Ucapnya sambil nyengir.

Kami perang bantal sekarang. Aku terus mengejarnya kadang dia mengejarku. Aku tertawa dengan keras saat kepala Glaniel membentur lemari besar yang ada dikamarnya ini.

"Aduhh aduh perut gue sakit". Ucapku memegang perutku akibat terus menertawainya. Ekspresi wajahnya lucu banget pas kepentok pintu sumpah. Batinku

"Sakit tauu". Glaniel mengerucutkan bibirnya menatapku.

"Uuuu tayangg mana yang sakit". Ucapku meledeknya.

"Gak lucu tauu". Ucapnya mengelus kepalanya dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya melempar bulu angsa ke arahku.

Yaaa, kamarnya berantakan dengan bulu angsa yang ada di bantalnya itu. Kamarnya jadi berantakan sekali. Tapi aku juga heran kenapa sebelumnya kamar Glaniel sangat rapih? Bukannya anak cowok itu selalu berantakan yah kamarnya?. Fikirku terus bertanya tanya.

"Glaniel?". Ucap seorang perempuan dibalik pintu aku menoleh ke arahnya.

"Ya, Bunda". Ucap Glaniel aku menunduk sopan saat tau itu Bundanya. Sebenarnya antara malu dan takut juga sih. Karena perang bantal tadi membuat kamar Glaniel berantakan.

"Ajak pacarmu makan malam dibawah ya". Ucap Bundanya lalu berlalu pergi aku menatapnya kaget. Lalu aku mengalihkan mataku menatap Glaniel tajam meminta penjelasan.

"Kalo gak dibilang pacar nanti gue mau jelasin apa? Soalnya gue bawa lo kerumah. Sebelumnya belum ada cewe yang gue kenalin ke orang tua gue". Ucapnya menggaruk tengkuk lehernya yang kuyakini tidak gatal.

"Udah yuk". Sambungnya lagi menarik tanganku keluar kamar. Glaniel dan aku menuruni anak tangga dengan pelan. Aku terus menunduk saja.

Astaga gue masih pake baju sekolah!!!. Batinku dan aku menepuk keningku pelan. Glaniel menyuruhku duduk disamping kursi meja makannya. Aku menurut saja.

Glaza & GlanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang