Sejauh apapun kita menjauh maka cinta akan mendekati...
Sejauh apapun kita melupakan maka cinta akan mengingatkan...
Sejauh apapun kita pergi maka cinta akan membawa kembali..
Aqilah♥
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°°•°•°
Glaza POV
"Naik cepet!". Ucap Glaniel setelah menurunkan kaca mobilnya dan menatap lurus kedepan tanpa menatapku.
"Gak usah dingin juga kali sama gue". Ucapku berlari kecil dan naik kedalam mobilnya-Nathan.
Setelah masuk kedalam mobil Glaniel melajukan mobilnya dengan berjalan sangat lambat. Aku menggerutu saja dalam hati. Kenapa harus dia yang menjeput? Kenapa bukan Nathan saja?
"Bisa cepet ngendarainnya?". Tanyaku pelan-pelan menatapnya.
"Gak". Jawabnya singkat, jelas dan padat.
"Gue pengen cepet ketemu Nathan!". Nada bicaraku mulai naik satu oktaf tapi tetap tidak dipedulikannya.
Glaniel mengerem mobilnya mendadak. Tubuhku sedikit terpental kedepan. Kalau saja aku tidak menggunakan selt belt pasti kepalaku sudah membentur dashboard.
"Glaniel lo apa-apaan-". Ucapku terputus saat Glaniel memelukku erat. Mobil sudah ditepikan dipinggir jalan tadi.
"Glaniel lepas gue-".
"Gue mau kaya gini sebentar aja". Ucapnya lirih. Tangan kekarnya makin memeluku erat.
Deg
Aku pernah merasakan ini. Yaa, aku pernah mendengar seseorang berkata seperti ini. Aku lupa siapa yang mengucapkannya.
Tiba-tiba saja otakku seperti berputar-putar. Mencari memori dalam otakku yang habis diobrak-abrik. Kepalaku makin sakit saat aku mencoba mengingatnya.
"Niel-".
"Please Za sebentar aja". Nafasku tercekat. Kepalaku makin sakit.
Glaniel yang tau nafasku mulai menipis melepaskan pelukannya.
"Maaf-maaf duh kekencengan yah meluknya apanya yang sa-".
"Kepala gue sakit. Gue liat bayangan yang terus berputar di otak gue arghh". Ucapku menjambak rambutku. Menahan sakitnya.
"Obat lo dimana!!". Ucap Glaniel panik.
"Di... Ta...tas... Ba..bagian..depan". Ucapku terbata-bata saat nafasku mulai sesak. Keringat mulai bercucuran dikeningku. Glaniel dengan tangannya yang cekatan mencari-cari apa yang ia cari.
"Nihh obat lo". Ucap Glaniel memberiku obat penurun sakit kepalanya dan botol minum berisi air putih yang memang selalu ia bawa.
Aku meneguk satu pil obat dan air mineral sekaligus dalam satu teguk. Nafasku kembali normal. Glaniel yang tiada henti-hentinya terus mengelus punggungku.
"Maaf". Ucapnya lirih lalu kembali melajukan mobil. Aku memijat keningku pelan lalu bersandar pada kaca mobil.
Siapa bayangan itu?. Batin ku bertanya-tanya.
********
"Aduhhh udah-udahh!!". Teriakku menggeliat berusaha menjauhkan tangan Nathan yang sedari tadi menggelitikku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Glaza & Glaniel
أدب المراهقينGlaza, seorang perempuan culun yang berniat mencari kesetiaan teman dalam hidupnya. Hanya itu, jika dia sudah menemukan teman yang benar tulus dengannya Glaza akan merubah dirinya menjadi Glaza yang cantik seperti model. Tapi semua tidak berjalan se...