Sorry

10.2K 627 1
                                    

"Sorry". Ucap Glaniel.

Aku menghapus air mataku lalu melepas pelukannya.

"Gak pa-pa lain kali jangan diulang. Itu konyol banget". Ucapku yang masih menghapus sisa air mataku.

"Iya janji". Ucapnya menunjukan jari kelingkingnya didepan wajahku. Aku menaikan sebelah alisku.

"Perjanjian". Sambungnya lagi sambil terseyum. Aku hanya mengangguk lalu mengaitkan jari kelingkingku dijari kelingkingnya.

"Glaza!!". Teriak suara laki laki dari belakang badanku membuatku menoleh ke asal suara.

"Hari ini abang ada pelajaran tambahan. Abang pulang jam 4 kamu pulang sendiri ya". Ucap Samuel yang nafasnya tidak teratur.

Astaga gue lupa tadi kan gue smsnya gue ada dikelas pasti dia cape nyariin gue sambil lari lari.

"Gak pa-pa bang biar Glaza pulang sendiri. Yaudah abang yang semangat yaa belajarnya". Ucapku sambil mengepalkan tanganku keatas memberinya semangat.

"Oke, lohh ada lo juga". Ucap Samuel yang melihat ke arah Glaniel.

"Hehe yoi gue gak ikut pelajaran tambahan yah bilangin bu Tari. Gue gak enak badan". Ucap Glaniel yang kutau itu pasti kebohongan dan akal akalan nya saja supaya tidak mengikuti pelajaran tambahan.

"Yaudah gue duluan man". Samuel berlari menjauh. Aku berjalan keluar sekolah. Glaniel terus mengikutiku.

"Lo ngapain sih ngikutin gue!". Teriakku.

"Mau tau rumah lo". Ucapnya aku menghembuskan nafas berat.

"Aduhh Glaniel udah deh lo kan bawa motor lo pulang aja sana duluan. Ngapain ngikutin gue jalan kaki". Ucapku kembali berjalan.

Kudengar langkah kaki menjauh. Baguslah kalo ada dia bisa gila lama lama.

Saat aku sudah berjalan lumayan jauh dan lama tiba-tiba saja motor ninja hijau berhenti didepanku. Orang yang mengendarainya membuka kaca helm hitamnya itu.

Aku membulatkan mataku saat aku tau itu Glaniel. Aku ingin berjalan ke arah kiri tapi Glaniel memundurkan motornya. Aku berjalan ke kanan dia memajukan motornya. Membuatku tidak bisa melaju jalan.

"Lo mancing emosi gue ya! Gue mau pulang awas". Ucapku sambil berkacak pinggang.

"Naik". Glaniel mengulurkan tangannya ke arahku. Aku menaikan sebelah alisku dan melipat kedua tanganku didepan dadaku.

Aku menatapnya penuh ancaman agar dia membiarkan aku lewat.

"Cepet". Ucapnya lagi. Aku masih kekeuh untuk tidak menuruti kemauannya.

Kulihat dia turun dari motornya. Baguslah supaya aku bisa jalan melewatinya. Saat aku hendak berjalan ke arah kanan Glaniel menggendongku seperti karung beras.

"Lepasinn!!". Teriakku terkejut sambil memukul punggungnya.

"Abis lo gak jawab omongan gue. Gue fikir mungkin lo gak nyampe naiknya karna lo itu pendek". Ucapnya naik ke atas motornya dan mendudukiku dibagian belakang motornya.

Aku menatapnya tajam. Saat aku hendak turun Glaniel melajukan motornya dengan cepat lalu menge-remnya mendadak. Membuat tubuh mungil ku menabrak punggungnya itu.

"Duduk yang bener atau gue kaya tadi lagi supaya duduk lo jadi bener". Ucapnya melihatku dari kaca spion.

Oke gue ngalah.

Aku duduk dengan benar. Memegang pinggangnya erat. Dengan kecepatan penuh Glaniel melajukan motornya.

"Apart gue tuhh depan belok kanan. Cat warna biru langit". Ucapku menunjuk ke arah belokan dekat masjid itu. Dia mengangguk paham lalu terus melaju.

Glaza & GlanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang