Vio memandang langit sore dengan tatapan kosong, sudah satu bulan ia tak diijinkan keluar rumah oleh kakaknya terutama binta. Bosan tentu saja, ia hanya bisa mengawasi kebun bunganya lewat hp. Membosankan kata kata itu terus terniang dikepala vio. Apa lagi tiap malam mimpi itu kembali muncul. Membuat vio sesak nafas tiap malamnya.
Pintu kamar dibuka dan kak davi muncul dengan setelan jasnya yang masih rapi. "Bosan cantik?" Tanya kak davi lembut. Vio hanya tersenyum kecut. Ia malas membalas semua sapaan kakak kakaknya. Ia cuma mau mandiri bukan mau kabur. Lagian dia pasti balik lagi kok ke rumah ini. Vio menghela nafas panjang, itu membuat davi semakin merasa bersalah. "Vio cantik bicara lah, kakak ngga mau kamu tiba tiba jadi pendiam gini." Tapi vio masih acuh, ia benar benar malas.
Dengan pelan ia meninggalkan kak davi dan menuju tempat tidurnya. Meraih komik sinchan yang ia jauhkan td. Merasa diacuhkan oleh sibungsu davi langsung berinisiatif menggendong vio keluar kamar. Vio menatap kakaknya garang ia hafal dengan tingkah kakak pertamanya itu.
Vio sudah bersiap siap saat davi melemparnya ke kolam renang. Davi yakin vio akan marah marah karena vio benci badanya basah. Tapi kembali ia terkejut vio hanya diam. Keluar dr kolam pun ia diam tanpa kata kata. Ia menarik handuk yang ada di kursi malas. Tanpa kata ia meninggalkan davi yang masih tak percaya.
Etna dan binta yang berpapasan dengan vio di ruang tengah pun dicuekin. Saat binta akan mengejar vio etna menahanya. "Dia belum stabil dan kamu pasti akan marah marah padanya" nasehat etna.
Binta pun hanya bisa menghela nafas panjang. Ia masih kepikiran tentang permintaan vio yang membuatnya resah. Etna melihat kerutan diwajah adiknya lalu menepuk pelan bahu binta. "Semua akan baik baik saja binta, vio masih belum stabil dia masih ragu dan marah. Mengertilah kadang perempuan itu ingin menyelesaikan masalahnya sendiri." Nasehat etna membuat binta mengalah.
Sementara dikamar vio selesai mandy, ia menghubungi papahnya jika kesal begini. Tapi suara merdu yang membosankan dari seorang wanita membuat vio tambah kesal.
Vio menatap malas langit sore ini, dia merasa seperti tahanan dirumahnya sendiri. Apalagi mimpi mimpi itu terus menghantui vio, dia harus bagaimana. Jika ia berbercerita pada saudara saudaranya pasti berakhir dengan ahli jiwa. Dia kan tidak gila, hanya istimewa.
Mungkin itu alasan kenapa ibu dan kakaknya meninggalkan ia dan ayahnya dulu. Mereka takut, jijik atau mungkin malu mempunyai saudara dan suami yang aneh. "Ayah apa yang harus vio lakuin" gundam vio pelan. Hanya miftha yang bisa menerima vio apa adanya. Karena mereka hampir mirip tapi beda. Miftha nama itu membuat vio merasa bersalah.
Risky hanya dia yang jadi penghubung mereka sekarang. Tapi tidak untuk hari ini, vio akan menghubunginya nanti setelah masalahnya dengan 4 bersaudara itu selesai.
Malam itu tubuh vio menggigil suhu badannya naik secara drastis. Vio bergerak tak nyaman karena badanya yang sakit semua. Ini yang ia benci jika ia mandi ato berenang di siang hari. Badannya akan protes, pusing, dipersendian terasa sakit, mual dan lemas. Vio mencari letak hp nya. Hanya itu alat yg bisa membantunya untuk saat ini. Menekan tombol 1 pada layar dan ia hanya berharap semoga binta belum tidur.
Binta sedang bermain ps dengan natan diruang tamu. Tapi dari tadi ia tak konsen sehingga dengan mudah natan mengalahkannya di setiap permainan. "Males main lah kalah mulu kamu bin ngga asik" celetuk natan gemas. Karena hanya binta lawan seimbang buat natan kalo soal ps. "Ngga konsen kak kepikiran vio terus" jawab binta sambil mengusap wajahnya. "Bin hp kamu dari tadi getar mulu, ada panggilan udg y buat cabut gigi" canda etna yang dari tadi sibuk mengelus elus si mopy.
Binta meraih hpnya yang ada di nakas, saat ia melihat log panggilan ia langsung lari ke lantai atas. Sikembar hanya bisa saling lempar tatapan bingung. Beberapa menit kemudian terdengar bunyi pintu didobrak. Davi yg dari tadi serius didepan laptop terpaku sejenak lalu dia berlari ke arah dapur. Si kembar makin bingung dengan kelakuan saudara saudara mereka. Saat etna akan meneruskan gamenya ia melihat binta menggendong vio sambil buru buru. Sesaat etna sadar apa yang terjadi. "Binta jangan bawa kerumah sakit disini saja" cegah etna sambil menata bantal bantal yg berserakan di karpet. Terdengar umpatan natan saat ia tau kondisi vio. Ia bergegas mengambil kunci motor dan keluar. Binta menidurkan vio di karpet bulu yang penuh bantal itu. Sementara etna memberesi bekas bekas snack yang ia makan tadi. Davi datang sambil membawa baskom dan benerapa handuk kecil. "Bin ambil termometer di p3k di kamar mamah" perintah davi. Davi langsung mengompres dahi vio dan sendi sendi vio. Vio mengeram lembut saat davi mengganti kompresnya. Ia tak rela kenyamanan itu hilang.
Binta agak khawatir saat tahu angka di termometer itu. 39,5. Saat ia akan memanggil ambulans davi menghentikannya. "Vio nanti bakal tambah marah jika dia bangun dirumah sakit" kata davi pelan. "Tapi kak kalo ini ngga turun panasnya bisa fatal" sahut binta. "Kak davi benar bin, vio tak suka rumah sakit kamu hafal itu. Ia akan tambah marah pada kita" celetuk etna yang baru datang. Saat binta akan membantah tiba tiba vio menjerit histeris dan membuka matanya.
Ketiga kakaknya terkejut dengan reaksi vio,tapi saat ingin memeluknya mereka sadar badan vio masih terasa sakit jika disentuh. "Ssst tenang vio tenang" davi mengusap pelan kepala vio. Seketika itu vio menangis histeris, sambil memejamkan matanya. "Kak mama kak mama sama papa kak" gundam gundam itu membuat ke 3 kakaknya tak mengerti.
Davi merasa ada yang aneh dengan kelakuan vio akhir akhir ini. "Mereka kenapa sayang? Kamu kangen sama pap mama? Mau ke NY?" Tanya etna sabar. Vio menggeleng keras sambil menangis, mimpi itu nyata ia tau itu. Hal itu yang ia takutkan sejak semalam firasatnya tak enak. Tepat saat itu natan datang dengan pucat pasi. "Kak kita kerumah sakit sekarang" ucapan natan membuat vio makin histeris. Tanpa perduli rasa sakitnya vio langsung memeluk natan erat. "Kak ayo kak ayo bawa aku kemereka" rengek vio. Davi langsung mengambil kunci mobil dan disusul oleh adik adiknya.
Binta memangku vio selama diperjalanan, "udah vio bentar lagi sampai". Ingin rasanya vio memberi tahu mereka tapi entah kenapa lidahnya terlalu keluh. Ia sadar kalo yang baru tau soal kecelakaan ini baru dia dan natan. Natan pun dari tadi hanya diam ia fokus menyetir dijalanan yang lumayan ramai ini.
Sesampainya di pintu rumah sakit vio langsung lari mengikuti feelingnya. Ia tak perduli apa yang ia kenakan. Bahkan ia tak memakai alas kaki.
"Bisa jelasin kekita?" Tanya davi ke adiknya. Binta yang akan menyusul vio pun mengurungkan niatnya. Natan menghela nafas panjang. "Tadi aku mau cari paracetamol untuk vio ke apotik tapi baru sampai apotek aku dapat telfon dari rumah sakit kalo papa mama kecelakaan" penjelasan natan membuat ke 3nya melotot. Mereka langsung masuk ke rumah sakit dan bertanya tempat ortu mereka dirawat.
Saat sampai disana ia sudah melihat vio duduk didepan pintu ugd sambil memeluk lututnya. Binta langsung memeluk vio tapi vio menolaknya ia ingin sendiri. Bayang bayang itu menari di kepala vio. "Jangan jangan dekati aku, aku mohon." Bisik vio lemah disela sela tangisnya. Ke 4 kakaknya gundah mereka tak mungkin bertanya karena kondisi vio sedang tak memungkinkan sekarang.
3 jam berlalu dan lampu ugd pun dimatikan. Yang pertama sadar akan hal itu adalah davi. "Keluarga bapak rama" panggilan itu membuat semua berdiri. "Kami anak anaknya dok" jawab davi cepat. "Operasi berjalan lancar, keduanya selamat. Hanya saja nyonya rama mengalami patah tulang dikaki dan tangannya" perkataan dokter membuat mereka lega setidaknya ortu mereka masih selamat.
Vio pun demikian dia tak henti hentinya bersyukur walapun masih menangis. Ia lelah sangat apa lagi suhu badannya belum stabil. "Kak vio capek" kata kata itu meluncur sebelum ia tak sadarkan diri.
....
Binta menatap vio sendu, ia sakit melihat orang yang ia cintai terbaring tak berdaya. Ortu mereka sudah sadar tadi pagi tapi vio malah belum sadar hingga sore ini. Bahkan papa jadi ikut ikutan khawatir dengan keadaan vio. Suhu badan vio belum turun itu yang menambah rasa khawatirnya.
"Istirahat lah binta biar natan yang menjaga vio, masak semua orang dikeluarga ini sakit mendadak" kata etna sambil memberikan roti pada binta. Binta memakan roti tersebut dalam diam.
"Kalian tau ada yang aneh dari vio, ia sudah tau kalo mama kecelakaan padahal yang pertama tau baru aku" kata kata natan membuat ke 3 saudaranya tersadar. Davi menghembuskan nafasnya secara kasar. Etna mengusap wajahnya dengan lelah, hanya binta yang masih diam sambil menatap wajah vio. "Jika vio kembali mendapat bayangan dia akan tertekan kak. Kembali menjadi vio yang murung itu akan menyesakkan" ujar binta datar.
Saat davi akan membalas perkataan binta ia melihat vio membuka matanya perlahan. "Kamu udah siuman sayang, minum dulu ya" davi menyodorkan gelas kearah vio. Sementara binta membantu vio untuk bangkit. Vio tersenyum lemah ke arah binta dan meminum air itu sampai habis. "Maafin kakak ya cantik membuat mu demam seperti ini" kata davi sambil mengelus lembut kepala vio. "Vio baik baik saja kak" sahut vio sambil tersenyum lemah.
"Kak papah sama mamah gimana keadaannya?" Tanya vio setelah dokter selesai memeriksanya. "Mereka sudah membaik vio, kamu tidur y" bujuk etna lembut. "Kak aku baru bangun tidur masak tidur lagi. Aku bosan kak" rengek vio. "Terus kamu mau apa?" Tanya natan. "Ketemu papah mamah boleh ngga?" Tanya vio penuh harap kearah ke 4 kakaknya. "Vio darimana kamu tau kalo mamah sama papah kecelakaan?" Tanya binta setelah sekian lama bungkam. "Aku telfon papah sebelum kak davi masuk kekamar, tp g diangkat. Firasatku jadi ngga enak, eh bener papah kecelakaan." Spontan vio berbohong. "Ooh firasat, ya udah yuk aku anter ke kamar papah" binta langsung memapah vio ke kamar sebelah. Dimana papah dan mamah mereka sedang dirawat.
......

KAMU SEDANG MEMBACA
me and my brothers
RomantikBanyak typo banyak kesalahan tp ini asli buah dr otak saya walaupun harus diperes dulu. Untuk reader setia Terimakasih untuk vote nya dan kesetiaannya untuk mengikuti cerita ini. Untuk yang baru mau baca silahkan tanpa vote tak masalah asal ngga di...