selesai

3.3K 193 1
                                    

Vio menangis dipelukan bundanya, saat ini ia butuh sandaran. Ia tak ingin berhubungan dengan siapapun saat ini. Rasa sakit dan marah karena tamparan Binta masih membekas. Selama ini Binta tak pernah melakukan hal kasar padanya. Dan untuk saat ini cukup membuatnya trauma.

Nana hanya bisa mengelus rambut anaknya pelan. Ia sebenarnya tak rela jika anaknya di perlakukan kasar. Tapi ada sebab dan akibat tentunya kenapa semua ini sampai terjadi. Ia harus dewasa mengingat ini menyangkut dua belah keluarga.

"Nak jangan menangis lagi, sekarang kamu sudah menjadi ibu. Kamu harus kuat buat anak anakmu. Masalah tak akan selesai jika kamu berlari". Nasehat Nana dengan lembut, ia tahu Vio masih emosi. Vio hanya diam, yang dikatakan bundanya benar. Sekarang waktunya ia bersikap dewasa.

"Baik bun, Vio akan bersikap dewasa. Vio akan selesaikan masalah ini. Jika memang berpisah jalan terbaik tak apa Vio terima, Vio akan coba untuk ikhlas". Vio menggenggam tangan bundanya seperti mencari Kekuatan.

____

Fina menatap Binta dengan kesal, mengapa anaknya begitu bodoh. Setelah mendengarkan penjelasan Binta tentang apa yang terjadi. Ia merasa gemas sendiri.

"Kamu tahu nak, Vio itu cemburu. Selama ini kamu sibuk seminar kesana kemari. Vio dirumah sendirian mengurus si kembar. Mengurus kamu, rumah kalian. Dan sifat kamu yang menuntut Vio selalu ada buat kamu, tapi apa kamu selalu ada untuk Vio. Dia istrimu Bin, bukan pembantu mu. Mamah tak membela siapapun, tapi menurut mamah kamu salah disini". Nasehat Fina, walaupun ia tahu Binta pasti membantahnya.

"Tapi mah, kelakuan Vio keterlaluan. Dia menghina Mayank mah, yang nggak ada sangkut pautnya dengan masalah ini". Dan ternyata benar, Binta masih membantah.

"Jika kau diposisi Vio aku tak yakin laki laki yang dekat dengan Vii tidak akan selamat. Jangan berubah Binta, ingatlah saat awal kau mencoba mendapatkan Vio. Jangan sampai ego mu mengalahkan segalanya. Fikirkan si kembar, dan kalau mamah boleh beri saran. Wanita baik baik itu tak akan mencoba mendekati pria yang beristri jika tak ada maksud apapun". Setelah mengatakan itu Fina memilih untuk pergi.

Sementara Binta masih terdiam mencerna semua kata kata Fina. Ia menatap foto pernikahannya yang terpajang di ruang keluarga. Lalu foto kedua anak mereka yang baru beberapa hari. Semua kenangan kembali berlomba lomba membanjiri pikirannya.

Ia meruntuki kebodohannya lagi, mengapa ia terlalu sibuk tentang pekerjaan. Padahal di sini ada surga yang menantinya. Binta menatap tangan kanannya, tangan yang telah melukai tulang rusuknya. Dan saat itu air mata turun, kenapa ia melakukan ini semua.

Bergegas ia berlari nmenuju rumah sakit tempat Alvin dirawat. Dalam hati ia berdoa semoga belum terlambat.

________

"Om kenapa Alvin harus minum jus jambu setiap hari om, Alvin bosan ganti jus alpukat boleh om?". Tanya Alvin saat ia harus meminum segelas jus jambu sore ini. Chiko maklum untuk anak seumuran Alvin memang agak susah jika harus memakan masakan yang sama setiap harinya.

"Ya udah sini om yang minum jus jambu nya. Tapi nanti kalau Alvin makin lama disini om nggak manggung ya". Chiko pura pura akan meminum jus yang ada. "Jangan om nanti moma marah sama Alvin, Alvin nggak mau moma nangis lagi". Alvin langsung mencegah Chiko yang akan meminum jusnya.

"Cucu kakek pinter banget, moma pasti seneng banget liat Alvin sembuh". Rama mengisap kepala cucunya dengan sayang. Sementara Alice sedang bersama Arini dikantin. Tadi Vio sudah dalam perjalanan ke rumah sakit. Rencananya besuk Alvin sudah boleh pulang. Karena Db yang Alvin derita belum sampai pada tahap serius.

Terdengar pintu kamar dibuka, muncullah Binta dengan wajah paniknya. Melihat kedatangan ayahnya Alvin langsung membuang muka. "Tuh ayah datang Vin, bawaiin Alvin bubur ayam, Alvin mau?". Tanya Rama saat melihat reaksi Alvin.

"Alvin nggak mau sama ayah, ayah jahat udah mukul moma. Ayah juga bikin moma nangis, Alvin nggak suka!!!". Jawaban Alvin membuat semua orang terkejut terutama Binta. "Alvin ayah minta maaf ya, maafin ayah udah bikin moma nangis". Binta mencoba meraih tangan anaknya. Tapi gagal Alvin menarik tangannya dan memalingkan wajahnya.

"Ayah pembohong, tiap Alvin bikin moma marah atau nangis. Pasti Alvin dimarahi, harusnya Alvin jaga moma. Tapi kok ayah bikin moma nangis?. Ayah nggak boleh ketemu moma, Alvin nggak mau moma nangis". Isakan Alvin mulai terdengar.

Hati Binta terasa teriris mendengar kalimat itu. Bahkan anaknya membencinya. Bagaimana reaksi Vio nanti, ia harus meminta maaf. Bahkan saat Alice kembali dari kantin ia tak mau mendekati Binta. Sama seperti Alvin ia memandang Binta penuh aura permusuhan. Jika Binta mendekat maka Alice akan bersembunyi di belakang Rama. Dan ini membuat Binta merasa tersiksa.

.....

Vio menatap wanita didepannya dengan serius. Ya dia memutuskan menemui Mayank secara pribadi. Bukan untuk meminta maaf. Tapi untuk mencari tahu apa tujuan Mayank mengganggu rumah tangganya.

Dan ternyata wanita ular ini benar benar tak tahu malu. Ia bahkan dengan terang terangan memandang remeh Vio. "Langsung saja sebenarnya apa maumu?". Tanya Vio lantang. "Ceraikan Binta dan menjauhlah dari Binta". Jawab Mayank tak tahu malu. Vio tersenyum sinis, ia merasa sedikit geram dengan tingkah laku Mayank yang bermuka dua.

"Apa yang membuatmu yakin Binta akan memilih mu jika aku bercerai dengan Binta?". Tanya Vio sedikit bersabar.
"Karena aku cantik, menarik, seksi, muda, kaya, dan yang pasti aku lebih pantas bersanding dengan Binta dibandingkan kamu yang..... Kuno". Jawab Mayank dengan nada mengejek.

"Kau lupa jika Binta mempunyai dua orang anak. Dan aku tak yakin mereka mau bersamamu". Kata Vio memancing Mayank.
"Tidak aku tidak lupa, dan aku tidak ingin memiliki mereka. Kamu ibunya jadi kamu yang harus merawat mereka". Dan benar saja umpannya disambar.
"Aku hanya menginginkan Binta bukan anak anaknya. Aku tak mau merawat anak yang bukan darah kandungku". Tegas Mayank yang membuat Vio marah

"Dasar ulat jalang, pelacur murahan". Maki Vio dengan sinis dan tentu berbuah tamparan untuk Vio. Namun Vio segera membalasnya. "Aku akan mengabulkan permintaanmu dengan senang hati". Vio berjalan meninggalkan Mayank yang masih kesakitan. Tak disangka Binta juga berjalan kearah mereka.

"Obati jalangmu sebelum ia mati kehabisan darah". Kata Vio sinis saat mereka berpapasan. Vio dapat melihat raut khawathir dari wajah Binta. Dan itu membuat Vio sakit. "Besok jangan lupa tanda tangani surat cerai kita". Kata Vio agak keras sambil terus berjalan.

Ternyata semuanya harus selesai sampai disini, Vio harus merelakan segalanya. Keluarga kecilnya telah hancur berantakan. Dan semua hanya karena keegoisan dan salah paham.

______

31122016

Billiz

me and my brothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang