Vio bingung harus bagaimana menutupi matanya yang segede bola pingpong. Ia bangun terlalu pagi jam 4 pagi bahkan ini belum subuh. Vio menghela nafas panjang, ia ingat semalam menangis lagi tanpa henti sebelum akhirnya tertidur.
Vio menyalakan hp nya dan baru 2 menit selesai loading hpnya tak pernah berhenti berbunyi. Notifikasi dari bm line wA sms sampai gmail pun ia dapat dari siapa kagi kalo bukan kakak kakaknya. Vio menghela nafas kasar, ia harus turun mencari es batu untuk mengkompres matanya.
Saat vio membuka pintu kamarnya ia terkejut melihat binta dan etna tertidur di depan pintu kamarnya dengan keadaan duduk. Vio merasa bersalah tapi ia tak ingin kedua saudaranya tau tentang matanya. Dengan pelan pelan vio keluar kamar dan menuju ke dapur. Sepertinya pesta berlangsung sampai tengah malam karena suasana masih terlihat sama belum dibereskan. Vio menuju kedapur yang bersebelahan dengan teras belakang. Vio mengambil beberapa bongkah es dan tak lupa ia menaruh 2 sendok didalam frezer. Perlahan ia menempelkan bongkah bongkah es tadi. Udara dingin berhembus kencang, vio membawa mangkok dan juga handuk kecil ke teras belakang. Ayam jago sudah terbangun dan berkokok saling bersahutan. Vio merasa matanya cukup ringan daripada waktu bangun tadi.
Kembali kedapur dan ia menyelesaikan tahapan terakhir agar matanya terlihat biasa. Menempelkan sendok yang telah beku sambil bersender di tembok teras.
Setelah ia memastikan bahwa matanya sudah kembali vio mengambil sapu dan menyapu halaman belakang. Tak berapa lama matahari telah terbit, pekerjaan vio pun selesai.
Vio kembali ke kamarnya ia masih melihat etna dan binta tertidur. "Kak bangun kak udah pagi, pindah gih" membangunkan etna adalah pilihan pertama ia tau kakaknya yang satu ini bisa diandalkan. "Vio kamu ngga papa? Kok kamarnya dikunci?" Tanya etna setelah ia sadar vio di depannya. "Udah nanti vio ceritain, pindah kamar kak nanti masuk angin" kata kata vio pun di lakukan oleh etna. Sekarang giliran monster satu ini.
"Binta .., bin bangun udah pagi, badan kamu ngga pegel apa?" Vio mengguncang badan binta keras. Saat binta membuka mata ia langsung menatap mata vio lekat dan dalam hitungan detik vio sudah ada dipelukan binta.
"Jangan lakuin hal itu lagi, jangan sendirian. Berbagi denganku vii, aku ada untukmu. Hanya kamu, jangan seperti semalam jangan menangis sendiri" kata kata binta membuat vio terhenyak. Binta tau ia menangis semalam, ia takut binta juga tau penyebabnya. Bakalan jadi perang kalo binta tau.
"Kamu salah denger kali bin, aku ngga nangis kok nie lihat mataku ngga sebam" elak vio. Binta menghela nafas kasar dan menarik vio untuk masuk kedalam kamarnya.
"Kamu memang bisa bohong pada semua orang kamu memang bisa bikin orang lain percaya vii. Tapi tidak dengan ku, aku kenal kamu, aku tau kamu bahkan terlalu mengenalmu. Kamu terluka semalam, oleh siapa vio dan karna apa? Kamu tak pernah menangis selama itu sendirian. Kamu hilang dari pesta, tak ada kabarnya. Pasti kamu disakiti, sama siapa vii?"
Vio menggeleng pelan. Ia tak akan bilang apapun, ia tak ingin ada permusuhan. Melihat vio tak tak kunjung menjawab binta langsung mengambil koper vio dan memasukkan baju baju vio dengan sembarangan.
"Bin apa yang kamu lakuin, kita mau kemana binta, kamu mau apa" cegah vio saat melihat binta memberesi kopernya.
"Kita pulang vio, kita balik ke malang hari ini. Persetan dengan sopan santun. Aku ngga ingin kamu disini tersiksa." Jawaban itu membuat vio terteguh.
"Tapi bin aku ngga papa sungguh, aku cuma inget ayah." Cicit vio agar binta percaya. Binta melotot, ia benar marah sekarang. Tanpa perduli koper lagi binta meraih tas tangan vio dan menarik vio keluar rumah. "Bin kita mau kemana, papah mamah ma kakak kakak kita masih disini. Lagian ngga enak sama pakde anjas." Tolak vio sambil berontak.
"Persetan dengan rumah ini vio dan segala penghuninya, papah mamah sama kakak kita pasti tak keberatan. Jika tau yang sebenarnya" binta menuju keluar rumah. Ia melihat gemi keluar dari kamarnya.
"Kami pulang, bilang sama ayah kamu terimakasih" kata binta judes. Gemi yang tak tau apa apa langsung menatap vio bingung.
"Dan jangan tatap vio seperti itu, permisi" mendengar nada sinis dari binta vio hanya menggeleng pelan sambil meminta maaf ke gemi lewat mata.
Ia sudah didalam mobil menuju ke bandara binta dengan sigap mengambil penerbangan 7.15, yang berarti masih 1 jam dari sekarang. Selama pejalanan binta hanya diam namun vio tau rahang binta mengeras. Ia tinggal menunggu kapan binta memuntahkan segalanya. Vio mengusap pelan lengan binta memberikan gerakan rileks untuknya.
Mereka masih sempat sarapan di resto dekat bandara, tapi masih dengan suasana diam. Sampai mereka dipesawatpun binta masih diam. Vio hanya bisa pasrah, ia menatap gumpalan gumpalan awan disana.
"Mandi lah vii, aku tau kau tak nyaman" itu kata kata yang muncul setelah sekian lama binta bungkam. Sekarang mereka ada dikamar vio, binta membuka pintu balkon dan duduk disana. Ia tak terkejut saat mendengar dering hpnya.
"Assalamualaikum mah"
"Waalaikaumsalaam, binta maksud kamu apa bawa balik vio kemalang tanpa pamit"
"Buat apa mah binta pamit sama orang yang ngga menghargai kedatangan vio. Binta ngga mau vio nangis lagi"
"Tapi bisa diomongi baik baik kan binta" sahut sang papah sepertinya ini dispeaker.
"Binta capek pah liat vio nangis terus apa salah vio coba"
"Dasar anak manja bisanya cuma nangis" terdengar celetukkan dari seorang wanita yang binta yakini itu ara.
"Hei nyonya kusumo yang terhormat, semanja manjanya vio ia tidak mengadu domba mulut ku dan mertuamu itu dasar ular"
"Binta bicara apa kamu, mana sopan santunmu" bentak sang pakde. Mendengar itu binta tertawa keras.
"Maaf pakde ku yang terhormat, sudah cukup anda mempermalukan vio selama ini. Sudah cukup kebencian pakde selama ini. Saya diam karena saya menghormati anda. Tapi setelah saya dengar sendiri kalo anda kemarin bilang vio hanya sampah dikeluarga kusumo anda yang terhormat saya tak bisa tinggal diam. Tidak ada keluarga yang mempermalukan anggota keluarganya sendiri di khalayak umum" binta bener bener emosi.
"Dia bukan keluarga ku, dan dia memang sampah"
"Mas.."
"Ayah...."
"Kauuu...."
Binta mendengar suara terkaget tapi binta hanya bisa tersenyum sinis.
"Terimakasih pak tua dengan begitu saya yakin keputusan saya untuk keluar dari keluarga kusumo itu benar"
"Binta apa apaan kamu....." tak mau mendengar ocehan baik dari mamahnya ato yang lain binta memutuskan sambungan telefon.
Binta menghela nafas panjang saat ia berbalik ia melihat vio menatapnya dengan nanar.
"Bin...." panggilan itu menyayat hati binta. Ia langsung memeluk vio erat, membawa kepala vio untuk bersandar padanya.
"Kamu ngga boleh gitu bin, ini salah bin. Minta maaf pada pakde bin mungkin kamu tadi hanya emosi" bisik vio lirih.
"Ngga vio, ini ngga salah. Dan ini bukan salah kamu, ini mau ku sendiri. Aku ngga mau kamu terluka lagi, mereka udah cukup bikin kamu sakit" tolak binta. Vio mengeratkan pelukannya sambil terisak.
"Tapi aku udah maafin mereka binta, mereka ngga salah. Aku memang sampah disini aku yang cuma bisa bikin kalian celaka"
"Ngga kamu bukan sampah, kamu mutiara aku. Terserah mereka mau bilang apa tapi kamu milik aku. Kamu berharga buat aku dan keluarga aku." Tapi vio tambah menangis sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Dengerin aku vio, aku tau selama ini kamu ditekan oleh pakde. Aku tau kamu sering dicaci oleh ara. Aku diam vio karena aku tau kamu ngga suka kalo kami bertengkar. Tapi kemarin batas ku vio. Kesabaran ku sudah habis. Aku tau kamu tak mendapatkan sergam, gimana kamu di caci oleh pakde. Bahkan aku denger sendiri kalo pakde hina kamu didepan kolegannya. Aku marah vio bahkan aku kecewa saat didepan kamar mu aku mendengar kau menangis semalaman. Aku tak mau orang yang aku sayang dihina oleh orang lain,walaupun itu keluarga ku sendiri."
Mendengar itu vio menangis didekapan binta.
"Aku ingin kamu berbagi dengan ku vio, rasa sakit hatimu, kemarahanmu bahkan kekecewaanmu malam itu. Tapi kau memilih mengunci pintunya"
"Aku... aku...."
"Kau tak menganggap aku ada vii, setelah selama ini. Kenapa kau pendam sendiri vio, kau anggap aku ini apa?" Nada suara binta menyayat hati vio.
"Bin... bukan maksud aku gitu, aku ngga mau keluarga ini musuhan karna aku. Aku sadar binta aku tak punya darah kusumo jadi aku tak masalah jika dikucilkan. Aku ngga mau kamu jadi pembangkang"
"Tapi daripada aku kehilangan kamu, aku lebih baik keluar dari keluarga kolot ini."
"Tapi bin....."
"Sst kamu berharga buat aku, kamu matahari aku jadi tetap bersamaku."_________
Vio merasakan usapan lembut dikepalanya. Usapan seorang ibu membuat vio menggeliat manja. Sudah lama ia tak dimanjakan seperti ini. Walaupun ia punya mamah tapi ia sungkan memintanya. Tiba tiba vio tersadar, ini tangan siapa.
Vio membuka matanya dan menemukan sang mamah tidur disampingnya sambil memperhatikannya.
"Maaah... " panggil vio lirih, ia takut dan merasa bersalah. Tak ada jawaban membuat vio menangis dalam diam.
"Maafin vio mah, vio udah bikin rusuh. Mamah jangan marah sama binta, binta cuma emosi kok mah. Nanti vio bilang sama binta buat minta maaf. Mamah marahkan sama vio"
"Hei hei kenapa kamu yang minta maaf, kenapa kamu yang salah. Harusnya mamah yang minta maaf ngga bisa ngelindungi anak gadis mamah satu satunya. Harusnya mamah yang sadar kalo kamu tertekan disana, harusnya mamah yang selalu disamping kamu. Maafin mamah sayang, maafin mamahmu ini yang ngga pecus jaga kamu. Mamah..." vio membekam bibir sang mamah sambil menangis.
"Vio sayang mamah, vii ngga nyalahin mamah ato siapapun harusnya vio bersyukur masih ada yang mau nerima vio dan ngga buang vio"
"Ngga ada yang akan buang kamu sayang, ngga akan pernah ada. Kamu berharga buat kami, kamu malaikat kami" sang mamah memeluk vio erat.Diruang keluarga..
"Sayang kamu ngga disana bin, papah hebat lho nonjok pakde sampai pingsan" celoteh natan.
"Yang bener bang?" Binta menatap sang papah horor.
"Beneran, gemilang mau bales tapi ditahan sama kak davi. Kata kata papah sebelum balik yang bikin aku terharu" imbuh etna.
"Paling 'jangan ganggu anak gadis ku lagi' "tiru binta.
" 'saya tidak akan minta maaf atas pukulan yang tadi, itu hanya peringatan kecil. Jika ada yang mengganggu keluarga saya apalagi vio saya akan bunuh dengan tangan saya' " kini davi yang bicara.
Binta menatap sang papah shock, kalo ini mamah mereka ia tak akan kaget. Mengingat sifat mamah yg ceplas ceplos dan posesif. Tapi kalo papahnya yang easy going dan sopan tentu ia kaget.
"Ngga usah melotot gitu bin, itu ngga seberapa. Papah harusnya makasih sama kamu yang ngelindungi vio. Dan bawa vio balik kesini" kata papah sambil tersenyum.
"Jadi papah ngga marah kalo aku keluar dari keluarga kusumo?" Tanya binta pelan.
"Ngga ada keluarga kusumo disini, ini keluarga kita. Harta kita yang paling berharga" jawaban itu membuat binta tersenyum._______
Maaf kalo ceritanya melow dan bahasanya acak acakan. Harap makhlum saya cuma iseng nulis, jadi tidak bisa sebaik yang lain.....
28 april 2016

KAMU SEDANG MEMBACA
me and my brothers
रोमांसBanyak typo banyak kesalahan tp ini asli buah dr otak saya walaupun harus diperes dulu. Untuk reader setia Terimakasih untuk vote nya dan kesetiaannya untuk mengikuti cerita ini. Untuk yang baru mau baca silahkan tanpa vote tak masalah asal ngga di...