I will

3.7K 207 15
                                    

Berita sadarnya Vio membuat semua keluarga dan teman dekat mereka berbondong bondong datang kerumah sakit. Namun saat mereka sampai disana ada terselip rasa kecewa. Karena Vio tak mau ditemui siapapun. Hanya Miftha dan bundanya, mereka belum tahu alasannya kenapa Vio tak mau ditemui.

Miftha belum keluar sejak ia memberikan pesan lewat BBm jika Vio sudah sadar. Pintu kamar terkunci dari dalam, bahkan Binta dari tadi mengetuk dengan keras dan paling sering. Jika ia tak ingat ini rumah sakit ingin rasanya ia dobrak pintu itu.

Akhirnya mereka mengalah, 30 menit berlalu akhirnya Miftha keluar. Namun saat Binta akan masuk kedalam Miftha mencegahnya. "Tidak untuk kali ini Bin, aku mohon. Vio masih terguncang, ia bahkan tak mau bicara banyak. Hanya menangis dan menangis. Bunda sedang membujuknya jadi bersabarlah". Pinta Miftha. "Kau pikir aku percaya, aku harus masuk Mift aku merindukannya". Sahut Binta keras kepala.

"Bugh...." sebuah tinjuan mendarat di pipi Binta. "Jangan egois Binta, ini tentang mental Vio. Jika kau tak sabar akibatnya buruk untuk Vio dan anakmu. Kau mau Vio gila haaa??? Kau tahu betapa susahnya membujuk Vio untuk bicara?". Teriak Miftha kalap.

Davi, Etna dan Natan seketika terdiam, awalnya mereka marah namun setelah Miftha meledakkan emosinya mereka sadar. Miftha hanya melindungi orang yang mereka sayangi.

..........

Vio menatap enggan makanan yang ada di hadapannya. Nana yang mengetahuinya langsung mengusap tangan Vio lembut. "Kamu pengen apa sayang? Pengen makan apa?". Ditanya sang bunda seperti itu membuat Vio malu. Namun ia benar benar tak bisa menahan keinginannya.

"Pengen ayam kfc bun, tapi disuapin ma kak Davi". Jawaban itu lirih namun langsung membuat bundanya tersenyum lebar. Setelah 2 hari akhirnya Vio mau bicara walaupun tak banyak.
"Bunda telfonin ya, ada lagi?" tanya Nana penuh harap.
"Kak Davi nggak boleh ngomong cuma nyuapin Vio, dan ayamnya paha semua 3 biji". Agak aneh tapi sang bunda langsung menghubungi Davi.

Davi yang baru akan sarapan langsung tancap gas tanpa pamitan dengan keluarganya. Bahkan ia lupa tak membawa tas kerjanya. Tentu semua orang terheran heran termasuk Gina yang sebelumnya ada disampingnya.

Dalam hati Davi bersyukur Vio mulai mau berinteraksi dengan keluarga dan orang lain. Selama 2 hari sejak kesadarannya Vio hanya mau Miftha dan Bundanya. Itupun tanpa bicara Vio banyak terdiam dan termenung. Tapi pagi ini saat bunda bicara dengan cepat. Vio nyidam dan orang yang disebut pertama kali untuk ditemui adalah Davi.

30 menit Davi sudah sampai didepan kamar Vio, ia mengetuk pintu itu pelan. Miftha memberikan pesan saat Davi memasuki kamar. Davi menatap Vio dengan mata berbinar dan haru. Benar kata Miftha kondisi Vio saat ini masih rentan. Jadi Davi memilih tidak bicara. Ia mulai membuka makanannya, saat ia akan menyuapkan nasi Vio menolak.

Tak ada obrolan sama sekali, hanya 2 orang yang saling berinteraksi. Vio sendiri tak berani memandang wajah Davi terlalu lama. Ia hanya merunduk atau membuang wajah jika mereka saling menatap.

Ada sedikit senyum saat ia melihat cincin yang melingkar di jari tangan Davi. Makanan yang hanya biasa saja terasa nikmat saat Davi yang menyuapi. Tak terasa 3 paha ayam ludes tanpa sisa, hanya dalam waktu 15 menit. 

Bukannya Vio tak mau berbicara dengan kakak sulungnya. Tapi rasa sesak itu ada, bukan karena amarah tapi karena malu. Vio mengusap pelan perutnya yang mulai membuncit. Dengan pelan Vio menggenggam tangan Davi dan membimbingnya untuk ikut mengusap perutnya.

Vio membayangkan jika Binta yang mengusap perutnya. Jujur sebenarnya ia merindukan Binta. Ia merindukan senyum suaminya itu. Tapi dia enggan menemuinya, ya dia memang egois. Bersikap kekanak kanakan, padahal ia tahu tak hanya ia yang terluka. Tapi semua orang dan itu disebabkan karena dia.

Fikiran itu kembali memenuhi kepalanya, bahwa dia adalah sumber dari kekacauan ini. Jika saja ia tak ada atau setidaknya jika ia menyadari lebih cepat siapa Riski sebenarnya. Semua tak akan seperti ini. Jika ada yang terluka seharusnya hanya dia, bukan orang lain atau bahkan keluarganya.

Davi yang melihat kerutan hebat di dahi Vio langsung menarik Vio kedalam pelukannya. Mengayunkan lembut badan Vio dan memberikan ketenangan. Davi tahu saat ini Vio hanya butuh sandaran. Namun akan sulit jika Vio masih menutup diri seperti ini.

Perlahan tubuh Vio mulai melemas, dengkur halus mulai terdengar. Davi tersenyum lega, tapi saat ia akan membaringkan Vio. Tangan Vio menggenggam erat sisi kemejanya.

Sepertinya ia harus pasrah tidak masuk kantor dan pegal pegal beberapa jam kedepan.

..........

Binta sendiri sudah tak tahan, ia masih diluar ruangan menunggu Davi keluar dari kamar Vio. Ia merindukan istrinya, sangat merindukan senyum dan binar diwajah Vio.

Hari ini ia mengguatkan diri bahwa ia akan memperjuangkan Vio dan hubungan mereka. Ia akan menuruti segala keinginan Vio. Kecuali perpisahan, ia tak akan mengabulkan satu hal itu. Karena ia sudah terbiasa dengan keberadaan Vio dan ia juga sudah tergantung pada istrinya.

Akhirnya setelah menunggu beberapa jam Davi keluar dengan muka kusutnya. Davi hanya mengangguk saat Binta menerobos masuk kedalam.

Binta dan Vio saling bertatap mata saat Binta masuk kedalam ruangan. Semua perasaan tercampur menjadi satu dan menyesakkan dada. Tanpa kata tanpa penolakan Binta merengkuh tubuh kurus itu. Binta menangis tersedu sedu, ia tak malu lagi tentang fakta bahwa ia adalah laki laki dewasa.

Saat ini yang paling penting adalah Vio selamat dan ia dipelukan Binta. Vio sendiri sudah lelah dengan egonya. Ia memerlukan suaminya, ia perlu bersandar agar tak goyah. Ia lelah menghadapi segalanya sendirian.

"Aku merindukanmu Aii, aku terlalu takut kau tinggal pergi seperti dulu. Katakan aku harus bagaimana agar kau tak pergi dariku Vii. Kau nafasku dan kau tahu aku tak bisa tanpamu sayang". Kata Binta lembut sambil menatap lembut wajah Vio.

"Tapi Bin, aku cacat. Aku bahkan mungkin tak bisa berjalan normal. Kita tak sepadan Binta, kau terlalu sempurna untukku". Ucap Vio pelan.

"Jika kaki mu yang menjadi masalah, aku akan membuat kaki ku sama denganmu. Jika kau berfikir aku terlalu sempurna akan ku rusak wajahku agar aku tak sempurna dimatamu Vii. Agar kamu mau tetap disampingku Vio". Jawaban Binta membuat Vio terisak haru.

Ia jahat jika ia menolak Binta, dan ia bodoh jika ia mempungkiri hatinya bahwa ia juga tak bisa jauh dari Binta.

"Jika aku minta apapun apakah kau akan mengabulkannya Bin?".
"Jika wajar akan ku lakukan, namun jika perpisahan taka akan ku lakukan".
"Jika aku memintamu untuk menjadi sandaran ku selama aku bernafas?".
"I will and I do... My life only your mine Vii. Kamu dan anak anak kita nanti". Jawab Binta sambil mengusap kepala Vio penuh dengan cinta. Dan Vio memejamkan mata untuk menikmati usapan itu

Untuk saat ini Vio merasa tenang dan damai, nanti jika ada masalah Vio akan menyelesaikannya sendiri.

___________

17122016
Dikit ya??? Emang dikit,,,, nggak puaas?? Tunggu chapter selanjutnya....😇

Makasih udah disempet sempetin baca...

Billiz

me and my brothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang