marah

6.7K 318 9
                                    

Vio menatap ke 4 kakaknya dengan garang. Yang jadi tersangka malah pada nunduk. "Jadi siapa yang bikin brondol jambu aku ayo ngaku" tanya vio kesekian kalinya. Tapi mereka tetap bungkam. "Non yang mangkas kan pak udin, jangan marahin mas masnya non" kini pak udin angkat bicara. "Pak vio tau pak udin ngga akan berani bikin si jambu brondol kalo ngga ada perintah dari ke 4 cowok ini" tegas vio. Pak udin pun mengangguk.
Dalam hati mereka memaki etna, ini ide si pelukis edan itu. Tapi memang benar jambu biji itu sudah berbunga sangat banyak. Kalo jadi buah pasti vio ngga akan berhenti makan. Mamah yang mereka harapkan malah kabur arisan. Tak ada yang buka suara aura vio menyeramkan.
"Ok ngga mau ngaku? Vio punya hukuman buat kalian" vio tersenyum penuh makna. Tapi saat akan bicara suara hp mengusiknya. Saat melihat siapa yang menghubunginya vio tersenyum senang.
"Hallo kak, gimana kabar? Udah sampai?" Berondong vio.
Ke4 kakaknya hanya bisa bengong, tumben vio angkat telefon lembut banget. Apalagi binta dah penasaran habis.
"Iya kak vio juga kangen. Oleh oleh vio mana? Kerumah ngga vio jemput ya?" Vio terdiam dan memutuskan sambungan.
Vio menatap ke empat kakaknya. Sekilas ide masuk dikepalanya.
"Kak natan kunci mobil" todong vio, natan menatap vio ragu.
"Cepetan..." sergah vio. Natan memberikan kuncinya.
"Kak davi kunci mobil, kak etna juga binta juga" kini giliran yang lain yang dipalak. Setelah semua terkumpul vio tersenyum sumringah.
"Mobil motor kuncinya vio sita, nanti kalo mau pergi biar pakek motor vio ato kalo ngga mobil mamah. Sampai waktu yang vio tentuin, ngga boleh protes." Vio menatap binta tajam.
Ia masih kesal dengan mereka, biar aja sehari ngga bawa mobil sendiri.
"Vio mau pergi ngga boleh ada yang ikut dan ngga boleh ada yang ikutin vio" kata kata vio membuat binta tak terima.
"Kok gitu vii, setidaknya satu dari kita harus ikut, siapa yang mau nyopirin kamu?" Protes binta.
"Vio nyetir sendiri, pokoknya ngga ada yang boleh ikut atau buntutin vio, kalo ketauan vio ngga mau pulang" ancam vio serius membuat ke empat kakaknya melotot.
"Aaah gara gara kamu kak jadinya gini kan, tau gitu aku buka suara" kata binta sambil melotot ke etna.
"Lho kok ngga setia saudara kamu bin, kamu juga malah kasih semangat sama pak udin" elak etna.
"Udah udah mau debat kayak apa juga jambu vio udah brondol, pokoknya ngga bisa diganggu gugat. Vio pergi bilang sama mamah juga" pamit vio tanpa mencium pipi kakak kakaknya.
Davi menghela nafas panjang, bisa tambah panjang cerita ini kalo mamah tau vio pergi bawa mobil sendiri.
Tapi mereka bisa apa coba saat ratu bertitah semua tunduk kan apa lagi salah mereka lumayan berat.

Vio menatap pintu kedatangan penumpang di bandara,, tapi kok sepi. Saat menelusuri area dekat bandara vio menangkap sosok gadis tengah mengobrol dengan seorang laki laki.
Sepertinya mereka akrab sekali, vio yang penasaran langsung mendekat dan astaga...... Vio menutup mulutnya agar tak teriak, disana ada gina dan miftha. Calon kakak iparnya dan sahabat lamanya, ingin rasanya vio kabur tapi ini bukan kebiasaannya.
Sambil menetralkan wajah dan perasaannya vio melangakah.
"Kak gina udah lama, maaf nunggu ya" sapa vio sambil tersenyum. Kedua insan itu menatap vio bersamaan.
Gina dan vio terkejut saat miftha memeluk vio erat. Spontan vio balas memeluk miftha. Ada perasaan lain yang menyebar dihati vio. Kenyamanan itu masih sama, bahkan tak menghilang. Dan kehangatan pelukan miftha juga sama seperti pulang kerumah.
Vio merasakan getaran dibahunya. Bisikan lirih miftha membuatnya bungkam. "Aku merindukan mu vii, sangat merindukanmu. Maafkan aku vii maafkan aku." Tekejut saat vio tau mifthanya menangis, vio mengelus bahu miftha dengan lembut. Saatnya berdamai, vio juga sudah cukup lelah dengan masalalunya.
"Cup cup cup,,, jangan nangis ya om,vii ngga punya permen buat om. Kalo kita beli es krim om masih nangis ngga?" Tanya vio jahil. Mendengar itu miftha langsung sewot. Ini anak ngga bisa apa lebih romantis dikit. Miftha mendengus keras dan mengeluarkan suara dari hidungnya. Spontan vio langsung mendorongnya. Miftha terkekeh pelan, melihat vio melotot.
"Udah miftha jangan bercanda, kasihan vio." Gina melerai keduanya. Vio menatap keduanya dan menaikan alisnya. "Kalian pacaran?" Pertanyaan itu spontan membuat miftha dan gina tergelak. "Vio kau lupa kalo aku punya riski, dan gina juga sudah punya tertarget sendiri" elak miftha sambil masih tertawa.
"Yaah gagal niat vii mau comblangin ma kak davi" ceplos vio spontan. Miftha yang pertama mencernanya langsung tertawa dan gina langsung merah padam.
"Aii kok kamu tau kalo kak gina naksir palung mu itu, liat noh mukanya udah kayak tomat mentah" goda miftha.
"Palung apaan sih mif, gagal fokus akunya" kini giliran gina yang bengong.
"Palung pangeran sulungnya si vio, mereka kan 4 pangeran serangkai." Jawab miftha ngaco.
"Udah udah, vio capek ayo makan, kebetulan vio bawa mobilnya kak etna. Baru kemaren dateng" ujar vio bangga.
"Buset itu mobil ngga lecet kan Aii, bisa dibotakin etna kalo sampai lecet" omel miftha yang kenal banget ma kepribadian ke4 kakak vio. Vio tersenyum sambil cengegesan, saat sampai ke parkiran miftha ma gina langsung bungkam. Bamper depan mobil sport merah ini peyok. Miftha langsung pucat pasi.
"Aku ngga mau naek mending aku naek taksi aja ke apartemen riski" tolak miftha lagi.
"Tenang aja mif, ini pelajaran buat kak etna. Udah vio yang tanggung akibatnya. Ke rumah vio ya, vii dah masak enak lho." Bujuk vio. Gina yang tak paham pun cuma ikut masuk kedalam mobil.

me and my brothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang