For me there's only you

5.6K 277 33
                                    

Vio tersenyum menatap natan yang sedang memandikan mopy. "Kakak..." teriak Vio sambil memeluk Natan dari belakang. Natan hanya tersenyum melihat tingkah Vio. "Heii jangan ganggu aku Vi, kasihan Mopy kedinginan" kata Natan sambil meneruskan kegiatannya. Gonggongan Mopy seakan mengiyakan perkataan Natan. Vio akhirnya mengalah dan dan menyingkir. Mending ia mengganggu Binta tapi dari pagi ia tak melihat orang itu.
Harusnya ia tak sibuk karena hari ini hari Minggu, paling yang sibuk kak Etna karena galerinya penuh. Melihat papah dan mamahnya saling berpelukan di ruang tv membuat Vio tersenyum. Mereka alasan Vio kuat selama ini, bayangan bayangan itu sudah tak nampak akhir akhir ini membuat Vio bernafas lega. Karena dengan begitu ia tak harus pergi ke psikiater.
Karena dirumah tak ada yang bisa diganggu ia pun berniat pergi. Membuat kekacauan sedikit tak masalah kan. Otak kecilnya memberi ide untuk jalan jalan keluar rumah. Mumpung penjagaan lagi longgar. Karena insiden di bandara itu mereka semua berubah tambah hiperprotektif ma Vio.
Bermodalkan jaket dan dompet ia pergi ke garasi. Mendorong motor maticnya pelan pelan keluar garasi. Setelah sampai depan rumah ia menyalakan motornya dan kabuuurrr. Dalam hati ia tersenyum bangga.
Hari ia ingin ke Mall sudah lama ia tak jalan jalan sendiri. Karena biasanya salah satu dari mereka pasti ikut. Masalah perkebunan pun mulai membaik. Vio mulai dari awal lagi namun sekarang ia mulai melirik bunga lain. Walaupun belum terrealisasi tapi ia sudah punya feeling jika nanti ada orang yang iseng lagi.
Dia tau jika ada yang menyabotase usahanya, dan itu pasti orang dalam atau orang yang sangat hafal seluk beluk kebun tersebut.
Vio meneruskan berkeliling, ia mengunjungi beberapa toko. Ia ingin memberikan hadiah untuk keluarganya. Dimulai dari mamah ia menemukannya, dalam hati pasti mamahnya marah marah. Tapi itu urusan nanti.
Setelah itu untuk para lelaki ia sudah punya bayangan membelikan apa saja. Biarlah uangnya ludes kali ini, toh ia jarang memberikan hadiah pada keluarganya. Ia sampai ditoko baby, Vio menatap baju bayi itu dengan penuh minat. Baju kembar itu terlihat imut. Jika ia dan Binta menikah akankah ia punya anak kembar. Pasti sangat enak jika langsung mempunyai anak dua kembar laki laki dan perempuan.
Vio menggelengkan kepalanya menghilangkan semua angannya. Karena itu mustahil, walaupun ia sadar Binta mempunyai rasa yang lebih padanya. Vio menjinjing belanjaannya, ia kembali berjalan. Vio melihat jam yang sangat bagus untuk Binta. Buru buru ia membelikannya ia ingin yang ini untuk ulang tahun binta yang sebentar lagi. Kali ini tabungan Vio benar benar ludes. Tapi Vio puas, seluruh keluarganya mendapat hadiah bahkan Gina dan Miftha.
Saat ia mencari hpnya ia baru sadar jika ia lupa membawa hp. Waah gawat sampai rumah ia pasti disidang. Tapi ia harus terima resikonya. Dengan was was ia pulang kerumahnya. Bahkan saat sampai di pintu penjagaan Vio dihentikan oleh satpam. Satpam kompleks berkata jika ke 3 kakaknya sudah bolak balik menanyakan keadaannya.
Siiaal ini tambah menakutkan, Vio tambah dag dug dug. Mana udah jam 10 malam ini lewat dari jam malamnya. Ingin rasanya Vio menghilang terus tiba tiba sampai di kamarnya. Tapi ia tak punya Doraemon.
Vio menghela nafas panjang dan langsung menuju rumahnya. Sampai rumah ia melihat mobil Miftha terparkir. Hadeh makin mampus aja ini situasi. Vio memasuki rumah dengan pasti.
"Vio pulang......." ucapnya lemah. Hening tak ada suara apapun.

Saat ia melihat kearah keluarganya semua mukanya menyeramkan bahkan Miftha. "Maafin Vio pergi ngga pamit, hp Vio juga ketinggalan. Vio juga ngelanggar jam malam Vio" kata Vio. Tapi tetap tak ada sahutan. Dengan ragu Vio meletakkan tas belanjaannya. Mukanya udah jelek banget menahan nangis. Ia membagi hadiahnya. Walaupun semua tak bergerak hanya mengawasi apa yang akan Vio lakukan. "Itu hadiah buat semuanya sebagai ucapan makasih Vio" Vio semakin merundukkan kepalanya. Karena tak ada jawaban Vio berinisiatif untuk pergi dari situ,ia pengen nangis dikamarnya.

Takut pasti ia tak pernah didiamkan oleh keluarganya. Tapi saat ingin menaiki tangga kunang kunang berterbangan dikepalanya. Vio meruntuk dalam hati karena seharian tadi ia lupa makan.
Vio memilih duduk di tangga pertama karena badannya sangat lemas. Saat kunang kunang itu bertambah banyak ia melihat Binta berlari kearahnya dengan muka yang menakutkan. Tapi belum sempat ia menangis Vio melihat kegelapan.

me and my brothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang