Usia kandungan Vio kini sudah mencapai 9 bulan. Dan seluruh keluarga benar benar cemas. Pasalnya kandungan Vio terbilang sangat besar. Memang semua normal, namun tingkah laku Vio yang kadang menakutkan. Disaat semua ngeri melihat besarnya ukuran perut Vio. Vio malah cuek saja, ia bahkan tak perduli naiknya berat badan yang sangat signifikan.
Jadwal kelahiran diprediksi 1 minggu yang lalu, namun sampai sekarang Vio bahkan belum mengalami kontraksi yang sangat berarti. Binta sendiri merasa sangat was was, karena tak segan Vio membantah ucapannya.
"Ayah, moma pengen kue puthu didepan kompleks. Beliin ya...". Rengek Vio dengan manja. Binta hanya bisa geleng geleng kepala. Memang Vio tak mengalami morning sick seperti wanita hamil pada umumnya. Tapi Vio itu masih nyidam dari kandungan 4 bulan sampai mau lahiran.
Seperti saat kandungan Vio berumur 7 bulan. Vio nyidam setiap hari harus Miftha yang masak. Tak mau pindah kerumah bunda. Sedangkan Miftha merawat bunda sendirian. Akhirnya mamah yang mengalah. Ia mengijinkan Nana untuk tinggal dirumahnya selama yang Vio mau.
Hal ini berdampak baik bagi hubungan keduanya. Dan kemarin Davi kena getahnya, ia harus menyuapi Vio seharian penuh. Sedangkan Gina yang hamil muda menjadi lebih sensitif. Ia bahkan cemburu berat dengan Vio karena harus membagi Davi dengannya.
Tak sampai setengah jam Binta telah sampai dirumah dengan kue puthu yang ada ditangannya. Namun jantungnya berdetak cepat saat ia melihat Vio duduk ditangga terakhir dengan air ketuban yang sudah pecah.
"Ayaaaahhh malah bengong ini adiknya minta keluar, moma udah nggak sabar nahan sakitnya. Buruan anter moma...!!!!!". Teriak Vio keras, dan membuat Binta tersadar.
"Kak Natan bantuin Binta, Vio mau lahiraaaannnn kaaaakkkkk!!!". Kini giliran Binta yang berteriak. Bukannya ia tak mau menggendong Vio. Ia hanya tak kuat. Berat Vio sekarang bertambah 12 kg dari berat sebelumnya.
Terdengar langkah terburu buru dari lantai atas. Dan tanpa banyak kata Natan membantu mengangkat Vio kemobil. "Duh makannya jadi bumil jangan ndut ndut, liat tuh suami kamu sampai nggak kuat angkat kamu yang segedhe gajah". Dumel Natan yang lumayan sempoyongan menggotong Vio. Setelah sampai di mobil Vio langung menyentil dahi Natan.
"Dapat bini gendut baru tahu rasa kau kak". Sumpah Vio dan mendapatkan tatapan horor dari Natan. Binta sebenarnya menahan diri untuk tidak tertawa. Yang terpenting sekarang mereka sampai rumah sakit dengan selamat.
Baru setengah perjalanan Vio sudah berteriak histeris. "Kak buruan kak dedeknya udah mau nonggol...". Teriak Vio yang membuat Binta dan Natan kebingungan dan panik.
"Pakek variasi sirine yang kemarin kak Davi pasang Bin cepeett". Kata Natan heboh. Binta sepertinya kebingungan karena ia tak ikut memodifikasi mobil itu kemarin. Dengan gemas Natan mencondongkan badannya kedepan dan memencet tombol biru.
"Telolet... Telolet... Telolet". Terdengar suara nyaring dari mobil Binta yang membuat Vio spontan tertawa sambil mengatur nafas.
"Yang merah Bin...". Perintah Natan dan Binta sedikit ragu untuk melakukannya. Pasalnya ia agak malu dengan yang pertama tadi. Dan dengan setengah yakin ia memencet tombol merah. Dan suara sirine ambulan mengaung kencang."Kak Natan nggeeee tolong kak huh huh huh uh huh". Vio sudah mulai mengatur nafas. "Kakak harus ngapain Vii???". Teriak Natan panik. "Tangan kakak taruh disiinii cepeettt". Vio menarik tangan Natan dan membuat Natan terkejut saat ia menyentuh sesuatu yang hangat. Yang ia yakini sebagai kepala keponakannya.
"Jangan dilepas kak,.. Bi.,, aar Vio yang., huu hhu berjuang.., ka...kak.., tang... Kap..". Natan pun hanya menangguk pasrah sambil memejamkan mata. Sumpah baru kali ini seumur hidup ia membantu orang melahirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
me and my brothers
RomanceBanyak typo banyak kesalahan tp ini asli buah dr otak saya walaupun harus diperes dulu. Untuk reader setia Terimakasih untuk vote nya dan kesetiaannya untuk mengikuti cerita ini. Untuk yang baru mau baca silahkan tanpa vote tak masalah asal ngga di...