Prolog

15.2K 988 52
                                    

check the trailer on multimedia, it's finally out! x

If you watch it on youtube, pls don't forget to give me a thumb and comment(s)! ^^

--¤--

Prolog

        Aku meluruh dari langit menuju daratan. Kegiatan ini tergolong biasa untukku yang sudah melakukan hal ini berulang-ulang kali seumur hidup. Dan kini, siklus meluruhnya tubuhku berada di sebuah bangunan besar dengan dominasi warna putih tulang. Aku pernah jatuh di sini sebelumnya, dua kali. Pertama, saat tanah ini masih kosong, sekitar sepuluh tahun yang lalu dan yang kedua, saat empat tahun yang lalu, ketika bangunan ini pada akhirnya berdiri megah di antara bangunan lainnya.

        Siklus jatuhnya aku bisa dimana saja, ini semua tergantung kendaraan pengangkut kami. Tugasku hanya jatuh meluruh hingga bisa membasahi objek-objek di bawah sana. Jika aku sudah mencapai bawah, aku akan melakukan perjalanan panjang kembali. Bisa dengan banyak cara tapi yang terpanjang adalah melewati saluran air hingga sampai ke laut.

        Memang tak mudah menjadi bulir air hujan. Walaupun begitu, ada sisi menarik dalam pekerjaan ini. Selama kejatuhanku, aku bisa melihat ke sekeliling. Tersemat tatapan mendamba beberapa orang yang menatap kami semua jatuh dengan indah ke daratan. Mereka menyukai kami meskipun ada pula yang membenci. Namun, itu bukan masalah besar. Selama aku menyukai pekerjaanku, aku akan tetap terus melaksanakannya.

        Pada akhirnya, aku jatuh di pangkal jendela dan berhenti di sana. Aku ingin melihat seseorang yang selalu dibicarakan oleh temanku. Bahkan untuk melihatnya, aku harus berpindah angkutan awan. Temanku berkata orang itu sama dengan kami. Namun sayang, dia sedang sakit dan terpaksa dirawat di dalam bangunan megah putih tulang yang aku datangi ini.

        Pandangan kualihkan ke arah dalam dan betapa beruntungnya aku langsung melihatnya di dalam ruangan tersebut. Beberapa teman yang berada di dekatku pun turut menoleh ke dalam, saling melihat sosok anak kecil dengan rambut coklat gelap berponi. Umurnya sekitar delapan atau sembilan tahun, itu pembicaraan yang pernah kudengar. Anak kecil itu duduk di depan sebuah meja dokter di sebuah ruangan cukup besar. Semuanya tampak putih dan steril.

        "Jadi suara apa yang kamu dengar sekarang?" Dokter itu bertanya. Jemarinya saling menaut di atas meja kerjanya. Mata dokter itu fokus dan tajam, menatap lurus-lurus satu titik, mata anak kecil di seberangnya.

        Anak kecil itu tak langsung menjawab. Dia memejamkan mata cukup lama sebelum pada akhirnya membuka kembali dan berkata pelan. "Pergi. Pergilah ke Neraka."

TCP [2] : "Reflection"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang