Reflection - Dua Puluh Enam

2.4K 241 9
                                    

26. Hari Baru


"Kamu takut bising?"

Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir mungil seorang anak perempuan. Sudah genap satu tahun mereka berkenalan dan kebersamaan terus hadir di antaranya.

Anak laki-laki yang ditanya itu sedikit menengok, ia menelan seluruh es krim yang berada di dalam mulutnya terlebih dahulu sebelum berbicara. "Iya. Kata Om Arya, kalo takut sama sesuatu harus dilawan dengan cara disembuhin. Makanya aku ke sini."

"Emang kenapa kalau bising? Bukannya rame ya? 'Kan asyik, jadi nggak sendirian."

"Aku suka denger hal aneh," jawabnya datar, ia memejam sejenak lalu menghembuskan napas perlahan. "Serem."

"Hal aneh?"

"Iya."

"Kayak gimana?"

"Pokoknya nggak pantes didenger deh. Kamu anak kecil, nggak usah pengen tau!"

Anak perempuan itu mendecak sebal. Tangannya dilipat di depan dada dengan alis menyatu. "Kamu juga anak kecil, Hujan!"

Hujan terkekeh kecil lalu kembali menyuapkan sesendok es krimnya. Iris cokelat terangnya mengarah menuju Arya yang tampak sedang berbincang dengan dokter yang menanganinya, Dokter Via. Raut wajah mereka tampak amat serius. Bahu Arya yang biasanya tegak tampak menurun, ekspresinya sedih, membuat Hujan ingin tahu ada hal apa lagi yang disembunyikan dua orang dewasa itu.

"Kamu keganggu nggak sama suara bising?"

Hujan kembali memusatkan perhatian ke Ara di sebelahnya. Cewek itu telah menghabiskan seluruh es krim yang menjadi jatahnya hari ini. Setiap mereka bertemu, selalu diawali dengan makan cemilan bersama. "Iya."

"Kalo lagi di pasar, di mall, atau di tempat rame, susah juga dong."

"Tapi ... ada satu momen yang bikin aku nggak ngerasa keganggu meski itu bising banget."

"Oh, ya?"

Hujan mengangguk, senyuman sedikit tersungging di wajahnya.

"Pas kapan?" tanya Ara, ingin tahu.

"Pas denger suara kamu."

***

Suasana ramai untuk pertama kalinya membuat Milo justru merasakan kenyamanan serta kehangatan memeluk tubuhnya.

Cowok itu menatap riang ke sepenjuru ruang keluarganya yang ramai. Teman satu kelasnya ditambah enam sahabatnya dan adiknya berkumpul di satu ruangan. Suara bising yang biasanya selalu menjadi musuh mendadak dalam satu hari berubah makna.

Segala kebisingan yang diukir hari ini menjadi pemikat hari. Sebuah kebutuhan.

"Eh, beresin tau ini makanannya!" Adel yang masih menjabat ketua kelas untuk sementara berseru kencang. Banyak rempah makanan berserakan di lantai. Beberapa barang yang biasanya tertata rapi pun sudah tak lagi di tempatnya. Tapi, untuk pertama kalinya, bukannya mengomel, Milo justru merasa senang.

"EHHH! Tahu isi sumedang-nya mana?! Kok abis?" Kali ini Reza yang terpekik heboh, dia baru saja kembali dari kamar mandi. Memenuhi hajat. Beberapa anak sontak menoleh, kemudian kembali tak acuh. Reza dan makanannya tak akan pernah selesai.

"Tahu isi Sumedang, emang muat?" Gege bertanya dengan wajah polos, hal yang dilakukan jika sedang melawak atau benar-benar tak tahu. Reza mendengus kesal. "Bodo amat, Ge. Gue nggak nanya lo juga."

TCP [2] : "Reflection"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang