Reflection - Dua Puluh Sembilan

2.2K 204 13
                                    

29. Hujan

"Gue masih merasa aneh kalo harus manggil lo Hujan, Mil."

Milo yang tengah menyeruput teh tarik dinginnya menyunggingkan senyuman lebar. Kali ini ia berhasil menceritakan keseluruhan kisah hidupnya. Semuanya. Tanpa ada yang terlewat. Milo menjabarkan dengan detail hingga kelima kawannya terpaku mendengarkan. Ini jarang terjadi. Bahkan Gege yang selalu bergurau jika ada yang bercerita sampai terbungkam.

Pada akhirnya mereka semua tahu apa yang telah terjadi.

Selama ini tanpa sepengetahuan Milo, mereka mencari informasi. Terlebih lagi setelah kejadian Milo yang dibentak sedemikian rupa oleh Rara⸺atau yang pada saat itu adalah Jane⸺di kediamannya. Galih saat itu mulai bungkam hingga kecelakaan Milo terjadi, akhirnya cowok itu menjabarkan.

Saat itu Dirga marah besar. Dia bahkan nyaris menyerang bila saja Reza dan Gege tidak menahannya. Jared saat itu diam seribu bahasa. Mereka sempat perang dingin, tapi kembali hangat saat menjumpai Milo yang mengenaskan.

"Lo tau, Mil?" Jared mulai angkat suara setelah Reza berucap tadi. Cowok berambut cepak itu memandang Milo dengan manik hangatnya. "Mungkin aneh kalo cowok ngomong gini, tapi lo harus tahu. Kita selalu peduli sama lo dan toloooong banget nih, jangan nyembunyiin apa-apa lagi dari kita, terlebih lagi hal membahayakan kayak kemarin."

Galih mengangguk setuju. "Lo nggak tau betapa khawatirnya kita, Mil. Bahkan gue nyaris adu jotos sama Dirga cuman gara-gara khawatir sama lo doang."

"Coba Mama bayangin," Gege mulai bersuara. "Kalo Galih nggak ada, ntar yang nyelamatin Mama secepat itu siapa? Bisa aja Mama udah lewat duluan sebelum ambulan datang."

"Lo itu emang kuat, Mil, gue mengaukinya. Pengaruh lo sangat besar di sekolah ini, tapi nggak ada salahnya meminta tolong sama kita. Lo itu manusia bukan robot, lo nggak mungkin bekerja sendiri."

"Setuju sama Dirga." Reza meraih kebabnya yang kedua. "Lihat, gue aja sekarang bisa nge-handle urusan pensi yang harusnya kerjaan lo," celetuknya sambil mengacungkan kebab ke hidung Milo.

Milo menyomot sedikit yang dihadiahi tatapan ganas Reza. "Dikit doang elah," elaknya cuek. Reza manyun.

"Intinya," Milo melanjutkan. "Iya, gue ngaku salah. Gue cuman takut aja kalo ceritain ini ke kalian justru bikin gue nggak bakal sembuh. Gue juga sedikit malu cerita kayak gini soalnya jadi kayak cewek lagi curhat galau diputusin. Lagipula melupakan masa lalu gue udah jadi hal yang gue tulis di time capsule kita."

"Mams, masa lalu itu bukan untuk dilupakan, tapi untuk dikenang dan dipelajari," ujar Gege lalu berseru nyaring. "WOOOOH, Gege Golden Ways is comeback, bitchas!"

"Temen lo halu."

"Bukan temen gue."

"Anak gue tuh, jangan main-main."

Jared melotot. Dirga melongo. Reza tersedak kebabnya. Galih menjatuhkan rahang, jus jeruknya mengalir ke luar. Gege memandang Milo dengan tatapan pujaan.

"GUE DIANGGEP ANAK SAMA MAMA MILOOONGGG!"

"Milo pasti ada kelainan otak gara-gara kecelakaan kemarin."

"Mil, balik RS lagi yuk?"

Milo terpingkal sendiri. Ia menikmati hari pertama masuknya.

***

Hadirnya kembali Milo di sekolah membuat gebrakan besar. Banyak sekali siswa yang menyambutnya. Mereka menyapa, memberinya ucapan, menyerahkan beberapa makanan, dan bahkan membantunya. Guru-guru yang mengenalnya bahkan memberinya bingkisan. Milo menerima semuanya dengan senyuman lebar.

TCP [2] : "Reflection"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang