Pagi ini Arvin sudah siap dengan seragam SMA Trimadya kebanggaannya.
Pagi yang cerah dengan sejuta kehangatan dari sang mentari yang tak pernah lelah memancarkan sinar cerahnya.
"Hai Mbok," sapa Arvin hangat kepada pembantu yang telah empat tahun mengurusnya. "Hai Mama,"
Stella, Ibu dari Arvin menoleh ke arah anak semata wayangnya yang sedang meneguk susu coklatnya pagi ini. "Arvin? Kamu nggak lupa kan?"
Arvin menaruh gelasnya, "Lupa apa, Ma?"
Stella mendengus. "Nggak boleh balap liar Arvin! Kamu kan, tau kamu itu penerus perusahaan Papa, jadi anak baik-baik di sekolah ya. Ingatkan kata Papa?"
"Sampai kapanpun Arvin nggak bakalan nurutin kata Papa, Ma." Arvin mengecup pipi wanita yang melahirkannya itu, "Arvin berangkat Ma." Pamit Arvin lalu beranjak keluar.
* * *
"Eh, nanti malem jadi kan?" Tanya Vino kepada temannya, Arvin.
Arvin nyengir. "Jadilah.""Woy kampret!" Keduanya menoleh, didapati oleh mereka Alvan yang tengah berlari kecil.
Nafas Alvan terengah-engah. "Gila lo, gue ngejar lo berdua anjir. Ke kelas nyok." Alvan merangkul kedua temannya itu lalu menggiringnya ke kelas.
* * *
Bel masuk sudah berdering dari setengah jam yang lalu, namun ketiga cowok ini malah berada di rooftop sekolah mereka. Ngapain lagi kalau bukan untuk merokok dan bersenda gurau.
Alvan menghentikan tawanya, ia menjentikkan jari telunjuk, ingat akan sesuatu. "Eh iya, nanti malem tempatnya lain."
Kedua temannya itu—Arvin dan Vino—langsung memasang tampang bertanya.
"Muka lo pada kayak monyet kalo kayak gitu." Ucap Alvan garing, ia menatap datar teman-temannya.
"Et deh, seriusan nyet." Kesal Arvin, Alvan terkekeh.
"Sensi amat." Alvan mencibir.
"Tempatnya di tempat dua." Lanjutnya yang langsung diangguki keduanya.
"Yes, deket rumahnya Gracella!" Seru Arvin girang.
"Gila lo, Cilla mulu pikiran lo!" Ucap Vino sambil menoyor Arvin.
"Yeuu elah lo! Dasar iri dengki!" Arvin balas memiting kepala Vino, membuat ketiganya di penuhi gelak tawa dan sumpah serapah dari Arvin dan Vino.
Kriiing....
Arvin menghentikan aksi memitingnya, cowok itu menepuk bahu Vino. "Eh gue kantin duluan ya!" Ucapnya lalu berlalu menuju kantin, tanpa menunggu jawaban kedua sohibnya.
Arvin celingukan mencari seorang Garcella atau yang biasa disebut Cilla. Setelah kedua matanya menemukan sosok yang dicari, ia langsung berlari kecil menuju meja yang Cilla tempati bersama temannya, Marsha.
Langsung saja Arvin duduk dan merangkul Cilla dengan cepat, seperti biasa, ia selalu mendapat pelototan dari Cilla.
"Hai Celle, apa kabar hari ini?" ucap Arvin sambil mengedip-ngedipkan matanya.
"Celle, Celle. Nama gue Cilla!" Cewek itu memutar bola matanya, menghempaskan tangan Arvin, lalu berdiri dan meningalkan Arvin.
Tak mau kalah, Arvin membuntuti Cilla, meninggalkan Marsha yang terkikik melihat aksi keduanya yang sudah menjadi pandangan rutinnya setiap istirahat.
Arvin agak berlari untuk mengejar Cilla. "Eh, Celle tunggu dong, Cel!" Seru Arvin.
Cilla membalikkan tubuhnya menghadap Arvin. "Astaga, Vin! Ngapain sih?" Berkacak pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gracella [ON EDITING]
Teen FictionIni cerita gue sama dia. Tentang gue, dia, dan nggak akan ada orang lain yang ganggu. Dia adalah cewek bodoh karena selalu remed. cewek ceroboh yang gila, nggak tau malu, malu-maluin, dan manis secara bersamaan. Dan lo tau? Itu semua bisa bikin gue...