Chapter 23 - Gilang?

205 14 4
                                    

Vote.

Vote.

* *

"Hidup lo tuh gak guna!"

Plakk!

Tamparan keras kembali dirasakan Arvin. Menyakitkan.

"Astaga! Mimpi itu lagi." Arvin mengacak rambutnya gusar. Gelisah kembali menggerogoti hati dan fikirannya.

Kini, ia terduduk di kasurnya, tubuhnya bergetar bahkan sampai ia tak sadar bahwa ia sudah kelewat batas.

Tok.. tok.. tok..

Seseorang mengetuk pintu apartement Arvin. "Arvin?" Panggilnya. Panggilan itu Arvin hiraukan.

Perempuan yang berada di luar apartement Arvin merasa cemas. Pasalnya, ini sudah jam delapan pagi, pesannya tak dibalas, dan ketukan pintunya tak dibukakan oleh si pemilik.

Cilla mencoba mengingat-ngingat password kamar Arvin. "Gue tau!" Dengan semangat 45 Cilla mengetikkan password kamar Arvin lalu membukanya.

Cilla berjalan ke dalam dengan mengendap-ngendap layaknya seorang maling, sambil terus berbisik memanggil nama Arvin. Cilla berhenti di pintu kamar Arvin, menimang sebentar. Setelah yakin, ia membukanya perlahan-lahan.

"Arvin!" Pekik Cilla refleks saat melihat Arvin seperti orang kacau.

Cilla memegang tangan Arvin. Tubuhnya perlahan relaks dan tidak tegang seperti tadi lagi.

"Cel? Gue lemah ya?" Tanya Arvin parau.

Cilla menggeleng, ia tersenyum sejuk. "Lo nggak lemah, cuman ini cara Tuhan buat ngasih tau kalo Tuhan sayang sama lo, dengan cara lo dikasih cobaan kaya sekarang."

Cilla termenung. Apa benar Tuhan mempertumakannya dengan Arvin untuk tujuan yang baik juga? Atau malah sebaliknya? Cilla tidak tau.

Setelah mengatur nafas, Arvin tersenyum hangat kearah Cilla.

"Makasih, karena lo yang dateng ke sini. Makasih, karena lo yang dateng disaat seperti ini. Makasih, lo selalu ada. Makasih, lo selalu ngertiin gue. Makasih Cel karena," Arvin menggantungkan kalimatnya membuat jantung Cilla berdebar kencang.

Cilla berharap Arvin akan menyatakan perasaannya walau kemungkinan kecil terjadi

"Makasih karena gue bisa nunjukin sisi lemah gue cuma sama lo, cuma di depan lo." Lanjut Arvin.

Setengah hati Cilla senang karena Arvin tampak terbuka, namun setengah hati Cilla kecewa karena ia terlalu berharap lebih.

Cilla mengangguk. "Makasih juga, karena lo mau nunjukin sisi lemah lo, sama gue." Ucap Cilla akhirnya.

Arvin tersenyum.

Dalam diam, Cilla ikut tersenyum, bersyukur kepada Tuhan bahwa Arvin telah ada di dunia, bahwa Arvin ada untuknya, walau semua akan datang di kemudian hari.

* * *

Tok.. tok.. tok..

"Eh? Nak Arvin, ini barang-barang kamu." Kata si bapak.

Arvin mengangguk sopan seraya membarikan kunci Vespa kepada sang bapak. "Makasih, Pak,"

Cilla terdiam memperhatikan pemandangan ini. Di sekolah, Arvin selalu membuat onar dan tidak menurut pada guru.

Tapi sekarang, ia sangat sopan bahkan tampak malu-malu gimana gitu. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi sedari tadi sang bapak selalu menoleh ke arah Cilla dan Arvin terlihat salah tingkah?

Gracella [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang