"Gue, gak bisa Lang maaf. Honestly gue emang nyaman banget sama lo, tapi sebagai teman. Gue baru kenal sama lo Gil, maaf bangett, gue udah nganggep lo kaya Marsha, temen deket gue." Jawab Cilla berusaha memberi penjelasan.
Gilang tampak kecewa sementara Cilla tampak tak enak.
"Apa karena Arvin?" Tanya Gilang.
"Bukan. Karena, karena ya emang gue gak bisa Lang, sorry." Ucap Cilla.
Gilang tersenyum tipis, mengelus rambut Cilla halus, lalu izin pergi.
"Sorry Gil, sorry banget." Ucapnya dengan nada tak enak. Gilang mengangguk maklum lalu berbalik pergi, memunggungi Cilla.
Cilla menatap punggung Gilang yang menjauh.
"Sorry banget Gil, temen lebih baik!" Seru Cilla.
Tanpa menoleh, Gilang mengangkat tangannya untuk mengacungkan jempolya.
Cilla melihat punggung Gilang dengan miris. Bahkan, Gilang tidak mau menoleh barang sedikitpun. Bukannya berharap Gilang menoleh, tapi, Cilla tau itu menyakitkan.
Cilla menghembuskan nafasnya gusar, segera ia kembali ke dalam dengan muka tidak enak.
Arvin yang melihat Cilla duduk di ruang tamu dengan muka tidak enak langsung menghampirinya.
"Celle, lo kenapa? Tadi ngapain lo keluar?" Tanya Arvin sambil duduk di sebelah Cilla.
Cilla menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, lalu menutup wajahnya dengan bantal sofa.
Arvin yang melihat Cilla tambah bingung, sebenarnya ada apa dengan perempuan ini.
"Gracella, lo kenapa? Cerita sama gue," kata Arvin.
"Ah jahat banget gue!" Kata Cilla sambil menyibakan bantal sofa dari wajahnya.
"Kenapa sih? Lo jahat kenapa?" Tanya Arvin makin penasaran.
Cilla menatap Arvin dengan muka memelas. "Gilang nembak gue," kata Cilla pelan.
Diam. Arvin terdiam, dia tidak tau harus berbicara apa lagi. Arvin merasa terdahului, Arvin merasa semua kesempatannya hilang begitu saja.
Kok gue lemes si dengernya. Batin Arvin.
"Terus, bagus dong, lo sekarang gak jomblo lagi." Kata Arvin berusaha sok bahagia, padahal aslinya nggak.
"Gue gak terima Arvin! Gue nolak dia! Astaga jahat gak si?
Seketika Arvin terdiam, jujur dalam hatinya ia senang Cilla menolak Gilang, tapi di sisi lain Arvin kasihan kepada Gilang.
"Serius lo tolak Gilang?"
Cilla mengangguk.
Arvin tersenyum tipis. "Gapapa Cel, emang hati gak bisa dipaksa." Kata Arvin sambil mengelus rambut Cilla pelan.
"Pulang yuk Vin, gue jadi gak mood."
Arvin mengangguk lalu bersiap pulang, izin kepada bunda baru mereka berjalan ke apart Arvin, karena memang tidak terlalu jauh.
Tetesan hujan perlahan turun, dan tiba-tiba menjadi deras. Arvin dan Cilla langsung meneduh ke halte yang ada, agar tidak terlalu basah.
"Yah Cel, hujan. Gimana ni?" Tanya Arvin.
Senyum Cilla mengembang. Ia membalikan tububnya kearah Arvin.
"Tembus aja yuk. Pasti lama kalo hujan kaya gini," jawab Cilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gracella [ON EDITING]
Teen FictionIni cerita gue sama dia. Tentang gue, dia, dan nggak akan ada orang lain yang ganggu. Dia adalah cewek bodoh karena selalu remed. cewek ceroboh yang gila, nggak tau malu, malu-maluin, dan manis secara bersamaan. Dan lo tau? Itu semua bisa bikin gue...