Chapter 5 - Suka?

417 24 4
                                    

Pagi yang cerah, semoga bokap belom balik, Batin Arvin.

Jam tujuh lewat lima belas, Arvin turun ke bawah dan mendapati Mamanya tengah menyiapkan sarapan untuknya dan untuk..

"Papa?"

"Pagi Arvin, duduk sayang, kita sarapan bareng." Ucap Reno, yang tak lain adalah papa Arvin.

Arvin tidak mengacuhkan perhatian Reno, ia melangkahkan kaki menuju meja makan lalu meminum susunya hingga tandas, tanpa duduk.

"Arvin, Papa baru pulang semalam, ayo duduk dulu." Ucap Stella dengan senyum manisnya yang selalu Arvin suka.

Arvin mengecup pipi Stella. "Arvin berangkat, Ma." pamit nya.

Ia melangkahkan kaki ke arah teras, namun baru beberapa langkah ia harus terhenti karena panggilan Ara, kakak tiri Arvin. "Arvin! Sopan dikit sama bokap gue!" Ucapnya tegas.

Arvin tidak membalikkan tubuhnya. "Gue mau sekolah, mau belajar." Ucapnya dingin lalu pergi, ia tak peduli dengan bentakkan yang terdengar sampai luar, dari mulut kakaknya, yang berusaha direndam oleh papanya.

* * *

Bel istirahat berdering nyaring membuat seluruh siswa Trimadya bersorak.

Arvin, Alvan dan Vino berjalan dengan gaya khas mereka menuju tahta mereka di kantin.

"Ada apa Vin? Jelek banget muka lo. Kan, di bukain tadi pagi," cibir Vino.

"Berisik lo ah!" Ketus Arvin.

"Santai Vin, kenapa sih? Cerita- cerita!" Todong Alvan membuat Arvin mendelik.

"Lasagna sama coke." Pesan Arvin kepada kedua temannya, mengalihkan pembicaraan.

Alvan berteriak ke warung Pak Won untuk memesan pesanan.

"Sekarang cerita, Vin!" Desak Alvan, lagi.

Arvin mendengus melihat ke dua temannha menatapnya dengan penasaran, "Bokap balik," ucapnya lirih.

Semuanya langsung melotot kaget.

Vino berdecak. "Serius?! Lo nginep rumah gue aja, atau apartnya si Alvan tuh. Atau-atau lo pindah ke apart, lo."

"Jangan komen sebelum selesai!" Semua mengangguk patuh.

"Oke, terus tadi pagi dia sok akrab gitu, gue yakin supaya gue mau. Tapi gue nggak setolol yang dia kira, so gue langsung cabut aja, selesai."

Semua mengangguk paham. "Kenapa sih, lo nggak nyoba buat akur aja?" Alvan menyarankan, namun Arvin menggeleng, "Gue pernah nyoba dan dia nggak mau atas persyaratan yang gue buat. Gue nggak suka dikekang, terutama sama dia!" Balas Arvin tegas.

"Vin, Vin, lo batu banget ya dibilangin." Vino menggeleng- gelengkan kepalanya.

"Terserah. Gue cape di jadiin boneka, gue manusia, punya hati dan akal." Arvin keukeuh dengan pendapatnya.

"Terserah lo deh, gue nasi goreng sama jus alpukat Van." Ucap Vino menyerah.

* * *

Walaupun masih agak pening, Cilla tetap masuk sekolah, ia berangkat bersama Aldo.

"Cil? Lo nggak ke kantin?" Tanya Marsha.

Cilla menggeleng, "Lo sama Angel atau Abel aja deh." jawabnya.

Marsha mengangguk, "Eh, si Arvin, Alvan, sama Vino udah keluar kelas ya?"

Gracella [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang