Cinta itu satu kata berjuta rasa.
bukan. Yang di rasa bukan hanya kebahagiaan, tapi juga kepedihan. Bagai pelangi, berwarna-warni menghiasi.***
Seminggu berlalu semenjak kejadian itu. Cilla kini kembali duduk bersama Marsha, dan Arvin kembali di sebelah Vino.
Hubungan keduanya juga lumayan merenggang. Arvin selalu berusaha mendekati Cilla, tapi hasilnya sama, Cilla selalu menjauh.
Arvin sudah menanyakannya pada Marsha, tapi sepertinya Marsha tidak ingin memberi tau Arvin.
Arvin masuk ke dalam kelas, pagi ini terasa begitu sepi, mungkin karena hujan yang mengguyur Ibu Kota Jakarta pagi ini.
"Ah, dua monyet belum dateng," gumamnya lalu duduk di bangkunya, dan menyumpalkan earphone ke telinganya.
Sekitar setengah jam kelas masih sepi juga, hanya baru ada sepuluh siswa. Tak beberapa lama, Arvin melihat Cilla masuk ke dalam kelas, sendirian.
Kesempatan gue buat baikan sama Celle. Ya walaupun gue gak tau dia menjauh dari gue gara-gara apa. Gumam Arvin lalu berdiri dari bangkunya.
Rambut dan jaket yang dipakai Cilla tampak agak sedikit basah, bibir Cilla pun pucat. Dia sakit? Pikir Arvin.
Cilla jalan melewati Arvin tanpa melirik sedikitpun kearah Arvin.
Sebelum Cilla duduk di bangkunya, Arvin dengan sengaja menarik pergelengan tangan Cilla, sehingga perempuan itu berbalik kearahnya.
"Gue mau ngomong," gumam Arvin yang sepertinya Cilla mendengarnya.
Cilla hanya diam tidak menanggapi.
Arvin berdecak. "Lo semua keluar dulu dong," kata Arvin kepada seluruh penghuni yang ada di kelas.
Anak-anak kelas yang tadinya memperhatikan keduanya bersorak ke Arvin, lalu keluar kelas meninggalkan Arvin dan Cilla.
"Gracella, lo kenapa si? Lo ngejauh dari gue, kenapa? Ada yang salah sama gue?" Tanya Arvin beruntun.
"Kenapa?" Cilla berbalik nanya.
"Iya, lo kenapa?"
"Gue gapapa,"
"Gak! Pasti lo ada apa-apa, jangan bikin gue bingung Gracella." Jawab Arvin menarik Cilla lebih dekat dengan dirinya.
Cilla melepas pegangan Arvin, lalu duduk di tempatnya. Tidak menjawab pertanyaan Arvin.
"Cel! Jawab gue!" Arvin sedikit membentak.
Cilla menunduk, tidak berani menatap Arvin. Bisa-bisa Cilla akan menangis lagi. Cilla akhir-akhir ini sangat senstif dan sedikit lebay.
"Gue khawatir Cel," gumam Arvin, yang masih terdengar oleh Cilla.
Dua-duanya diam, Cilla yang diam sambil duduk di bangku, dan Arvin yang masih senantiasa berdiri di samping Cilla, menunggu jawaban dari perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gracella [ON EDITING]
Teen FictionIni cerita gue sama dia. Tentang gue, dia, dan nggak akan ada orang lain yang ganggu. Dia adalah cewek bodoh karena selalu remed. cewek ceroboh yang gila, nggak tau malu, malu-maluin, dan manis secara bersamaan. Dan lo tau? Itu semua bisa bikin gue...