"Siapa tuh?" Teriak salah satu polisi.
"Kucing!" Jawab Cilla spontan, dan Arvin pun langsung melotot.
Polisi itu mendekat, semakin mendekat dan,
"Eh Bapak, ngapain Pak?" Tanya Arvin dengan muka sok polos saat polisi menemukannya dan Cilla di balik pohon besar.
"Ayo. Ikut saya!" Tegasnya dan langsung di angguki oleh keduanya lesu.
Sial lagi ni gue, sedih amat. Cilla menertawai dirinya sendiri.
Mampus kegep! Arvin mengacak rambutnya yang sudah berantakan. Ia melirik cewek di sebelahnya yang terlihat panik.
Sesampainya di kantor polisi, mereka di tanyai lalu di nasehati panjang lebar oleh Pak polisi.
"Itu mobil kamu?" Tanya Pak polisi kepada keduanya, dan Arvin pun mengangguk.
"Kamu ikut balapan?!"
Arvin menggeleng tegas. "Nggak Pak saya nggak ikut balapan."
"Terus kamu ngapain tadi, hah?!" Teriak Pak polisi tak sabaran.
"Pak, tadi saya mau ngelamar pacar saya ini. Anti mainstream ngelamar di belakang pohon gede, eh Bapak ngerecokin. Terus itu mobilkan saya parkir, Bapak." jelas Arvin panjang lebar membuat Cilla melongo atas kebohongan Arvin.
Arvin menyenggol lengan Cilla, "Iya Pak, tadi saya teriak gara-gara dia romantis banget deh Pak. Anti mainstream gitu." Cilla ikut ikutan berbohong.
Setelah mendengar penjelasan amburadul ala-ala Cilla dan Arvin, polisi kembali berceramah tentang bahayanya pergaulan bebas.
"Iya Pak makasih, saya harus nganter pacar saya pulang boleh, Pak?" Arvin tersenyum manis kepada Pak polisi.
Pak polisi mengangguk dan menjawab, "Boleh, silahkan. Hati- hati."
"Makasih, Pak," Cilla mengangguk sopan kepada Pak polisi.
Keduanya keluar dari kantor polisi, menaiki mobil, lalu menghela nafas lega bersamaan.
"Tau nggak?"
"Apa?"
"SIM gue kan SIM Kidzania."
"Loh, kok?"
"Iya, yang ada di Kidzania. Lo tau?" Arvin menggoyangkan SIM yang tadi baru saja ia berikan kepada polisi.
"Gue nggak bawa SIM asli. Ini SIM Kidzania. Sama kan? Cuma belakangnya aja yang beda. Untungnya, polisi itu liatnya dari dalem dompet gue, nggak langsung. Kalo langsung kita, mampus, Cel." Ia terkekeh kecil sambil membalikkan SIM Kidzanianya. Dan benar, belakangnya berlambang Kidzania.
Cilla terkekeh, "Untung selamat. Bego lo emang."
Arvin mengantar Cilla pulang. Sesampai nya di rumah terlihatlah Aldo yang sedang mondar-mandir di teras rumah dengan cemas.
Saat melihat Cilla turun dari mobil Aldo langsung menghampiri Arvin dan langsung mengangkat kerah baju cowok itu dengan tenaga penuh.
"Eh, Bang, Bang Aldo!" Teriak Cilla melerai, "Arvin nggak salah, justru Arvin nyelametin Grace dari polisi!" Jelas Cilla membuat Aldo menyipitkan matanya ke arah Arvin.
"Bener Vin?" Arvin mengangguk dan menjawab, "Mangkanya santai dikit Do. Sensi amat lo sama gue,"
"Thanks," ia mengusap-usap kepala Arvin. "Ngomong-ngomong di kemanain Adek gue tadi?"
Arvin tersenyum ke arah Cilla. "Gue ajak ke belakang pohon gede."
Aldo tertawa ngakak, sementara Cilla hanya tersenyum. Aldo menoyor kepala Arvin. "Ada-ada aja lo. Yaudah sana balik, makasi ya udah mau jagain Adek gue."
Arvin mengangguk lalu menjawab dengan mantap, "Itu udah kewajiban gue kayanya Do sekarang buat jagain Celle."
Arvin melangkah menuju mobilnya dengan senyum mengembang lebar.
Celle, makasih buat hari ini. Batinnya dan langsung pergi dari rumah Cilla.Sementara Cilla langsung masuk ke kamarnya sambil senyum-senyum. Ia mengganti baju lalu tiduran di kasur sambil cekikikan memikirkan kejadian memalukan beberapa jam yang lalu.
Sekarang sudah jam dua pagi, namun Cilla tak kunjung tidur. Setiap ia memejamkan matanya pasti bayangan Arvin yang sedang tersenyum terlintas jelas di kepalanya.
Cilla terduduk. "Gue baru nyadar kalo Arvin lagi senyum cakep juga, ah gue setahun ini terlalu sibuk marah-marah sama dia kayanya." Ucapnya sambil terduduk di atas kasur dan membuka handphonenya yang bergetar.
Arvin
tidur ya Celle, udah malem. jangan lupa besok gue jemput :)Sebaris pesan dari Arvin, ah Cilla juga baru sadar kalau Arvin juga perhatian.
"Kayanya gue suka sama Arvin, semoga perasaan gue terbalas ya tuhan, " Cilla mulai membaringkan tubuhnya, kali ini ia sudah mengantuk.
Tok.. tok.. tok..
"Grace, lo udah tidur?" Aldo mengetuk pintu kamar Adiknya memastikan dia sudah tidur.
Tidak ada balasan dari dalam kamar, sepi. Mungkin Gracella sudah tertidur.
Aldo masuk ke dalam kamarnya, ia melihat bahwa Arvin memang ingin serius dengan Gracella, tapi Aldo masih takut, apakah Arvin memang orang yang tepat atau tidak untuk adiknya.
Kemarin malam, saat sparing futsal, Arvin menghampiri Aldo, Arvin terang-terangan meminta izin kepada Aldo untuk mendekati adiknya.
Aldo sih terserah kepada Gracella, tapi Arvin bilang lagi, bahwa dia masih bingung dengan perasaannya sendiri, Arvin bilang bahwa dia takut hanya penasaran saja dengan Gracella.
Ya walaupun Arvin dan Gracella sudah dekat sejak kelas satu SMA, tetap saja, Aldo harus tetap mengawasi adik semata wayangnya.
* * *
T B C
Dipublish pada:
SELASA-09-02-2016
4/29
KAMU SEDANG MEMBACA
Gracella [ON EDITING]
Fiksi RemajaIni cerita gue sama dia. Tentang gue, dia, dan nggak akan ada orang lain yang ganggu. Dia adalah cewek bodoh karena selalu remed. cewek ceroboh yang gila, nggak tau malu, malu-maluin, dan manis secara bersamaan. Dan lo tau? Itu semua bisa bikin gue...