Weekend ini Cilla berjanji akan jalan bareng Arvin.
Ini bener gak si Arvin ngajak gue jalan? Bener kan ya? Semoga aja hari ini gue gak bikin malu. Pikir Cilla.
Ini masih jam tujuh pagi, tapi Cilla sudah bangun dan menyiapkan bajunya untuk pergi jam sepuluh nanti.
Tok.. tok.. tok...
"Masuk Bang!" Balas Cilla dari dalam kamar.
"Ini Mama sayang, turun yuk!" Cilla tersenyum lebar lalu berlari kearah pintu, membuka pintu lalu berhambur ke pelukan sang Ibu sambil terus tersenyum.
"Grace kangen Mama, kangen banget!" Ucap Cilla lalu melepas pelukannya.
"Turun yuk!" Ucap Mama Cilla. Cilla mengangguk lalu turun bersama sang Ibu di sebelahnya.
Cilla melihat papanya yang sedang baca koran di samping Aldo. Dengan senyum mengembang
segera saja Cilla berlari lalu memeluk papanya."Papaa! Grace kangen tau. Papa mah, pulangnya lama bangeet." Rengek Cilla dalam pelukan sang papa.
Papanya mengelus punggung Cilla dengan sayang, "Papa juga kangen sama Grace, sarapan yuk udah siap tuh." Papanya melepas pelukan Cilla lalu menggiring anak bungsunya ke meja makan.
Keluarga bahagia dan penuh kehangatan itu sarapan bersama, dengan berbagai gelak tawa kebersamaan.
Sementara keluarga lain, tepatnya di rumah keluarga Wirasena.
Arvin terbangun karena ketukan pintu dari Ara yang amat menggangu tidur paginya yang damai.
Arvin membuka pintu dengan wajah datar, "Apa?" Tanyanya datar pula.
"Jam sepuluh lo temenin Papa ketemu rekan Papa, Papa harus bawa keluarga. Lo yang ikut." Kata Ara jutek.
Arvin menggeleng, "Gue nggak bisa." Katanya lalu menutup pintu dengan kasar.
"Sialan lo, dasar gak tau diri!" Teriak Ara sambil menggedor pintu kamar Arvin dengan brutal.
"BERISIK! Gue gak mau! Lo aja sono temenin Papa lo!" Balas Arvin sambil menendang pintu membuat Ara terlonjak.
"Gue gak mau tau, lo yang harus ikut!" Tegasnya lalu pergi dari kamar Arvin.
Terdengar oleh Arvin suara papanya yang datang mengetuk pintu Ara, dia juga mendengar Ara mulai mengadukan kejadian tadi.
"Gapapa, Papa bisa ko sendiri," Itu suara papanya yang terdengar sangat lembut saat bersama kakak nya.
Berbeda saat berbicara kepadanya. Selalu tegas, kasar, dan terkadang galak.
Arvin mengguyur badannya di bawah terpaan shower di kamar mandi, ia butuh penyegaran untuk dirinya pagi ini.
Gue cuman mau bahagia doang ya Tuhan. Batin Arvin sambil tertawa getir, menertawai nasibnya sendiri.
* * *
Jam sembilan Arvin memberi pesan ke Cilla bahwa Arvin sudah otw ke rumah Cilla. Dengan semangat 45 Cilla turun ke lantai dasar untuk menunggu Arvin menjemputnya.
"Mamaaa! Grace izin ya!" Teriaknya heboh saat sampai di ruang keluarga.
Semuanya menoleh, menatap Cilla bingung.
Cilla menggaruk tengkuknya sambil nyengir kuda, "Hehe maaf-maaf berisik ya?"
Aldo mendengus. "Banget." Jawabnya datar lalu kembali berkutat pada video games di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gracella [ON EDITING]
Teen FictionIni cerita gue sama dia. Tentang gue, dia, dan nggak akan ada orang lain yang ganggu. Dia adalah cewek bodoh karena selalu remed. cewek ceroboh yang gila, nggak tau malu, malu-maluin, dan manis secara bersamaan. Dan lo tau? Itu semua bisa bikin gue...