Chapter 18 - Last day (Cemburu)

284 24 10
                                    

V O T E .

Istirahat pertama ini Cilla sedang berada di kantin bersama Marsha yang sedari tadi menceritakan kejadiannya di tembak Aldo sebulan lalu, atau so sweet nya Aldo saat PDKT, atau tingkah-tingkah dan berbagai macam tentang Aldo yang Cilla sudah tau sebelum Marsha.

Singkatnya, sahabatnya ini nostalgia karena kangen sama Aldo yang sudah seminggu tidak bertemu dengannya.

"Lo tau nggak Cil? Masa Aldo bilang, kalo gue itu the one and the last, nggak perduli dengan gue yang keberapa, tapi guelah yang terakhir buat dia! Gila! Seneng gak tuh gue nya. Lo kapan di gituin sama Arvin? Deket doang ah." Tutur Marsha panjang lebar.

Cilla mendengus lalu memotong baksonya dengan kasar. "Kok jadi Arvin sih?" Cilla terdiam sesaat lalu teringat akan suatu hal.

"Sha, Arvin pernah bilang ke gue kalo dia tuh sayang gitu sama gue, khawatir sama gue, tapi gue nggak yakin soalnya dia bilang pas gue lagi pingsan, dia ngiranya gue masih pingsan, padahal mah nggak. Jadi gue denger." Curhat Cilla.

Marsha berfikir sejenak lalu tersenyum cerah menatap sahabat di depannya itu.

"Cil, cowok itu punya cara tersendiri untuk ngungkapin perasaannya. Banyak caranya. Mungkin dia belom yakin bahwa dirinya bakal bisa bahagiain lo, tapi dia bener-bener sayang lo, jadi dia ngungkapinnya kayak gitu. Tapi lo juga harus yakin, kalo dia tulus sama lo Cil,"

Cilla diam, terhenyak. Banyak yang pertanyaan memenuhi otaknya sekarang.

Masa iya si Arvin suka sama gue? Padahal banyak cewek di sini yang deketin Arvin yang melibihi gue, masa iya si? Terus Cilla bertanya pada dirinya sendiri tanpa ada yang bisa ia jawab.

"Cil? Makan tuh, nanti anyep bakso lo." Ucap Marsha yang seketika mengembalikan Cilla ke bumi.

"Hai Celle," Arvin yang datang, tiba-tiba langsung merangkul Cilla sambil menunjukan wajah sumringahnya.

Sontak, para siswi misuh-misuh melihat adegan itu.

"Lo udah mendingan? Panas lo udah turun?" Tanya Cilla sambil memegang kening Arvin, terlihat bahwa perempuan satu ini masih khawatir.

Marsha yang melihatnya hanya bisa tersenyum, sahabatnya ini malu-malu mengakui bahwa dirinya memang menyayangi Arvin.

"Udah mendingan kok," jawab Arvin sambil mengambil tangan Cilla.

"Jadian aja si lo berdua, gemes gue liatnya." Celetuk Marsha membuat Cilla melotot.

"Apansi Sha, ngelantur aja kalo ngomong." Kata Cilla.

Beda halnya dengan Arvin, laki-laki itu malah kelihatan senang. "Ya gue si mau nya gitu, tapi gue masih belum dapet juga, kayanya usaha gue masih kurang Sha." Jawab Arvin.

Marsha bertepuk tangan sambil tertawa heboh. "Gue dukung lo Vin!"

Arvin ikut tertawa lalu memberikan satu acungan jempol untuk Marsha.

Cilla memberikan tatapan mautnya. "Lo berdua kenapa si? Btw, handphone gue ada lo kan pasti. Semalem ketinggalan di kamar lo." Semprot Cilla, Arvin terkekeh.

Brak!

"Semalem?!" Teriak Marsha heboh, membuat beberapa orang menoleh penasaran. "Kalian ngapain sem—"

"HUSH!" Cilla melotot.

"Nggak lah gila! Dia disuruh Bokap buat jagain gue doang! Terus semalem dia sakit, gue harus rawat dia, dari pada dia mati di rumah gue!" Jelas Cilla sedikit bercanda.

Gracella [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang