Menunggu. Itulah yang kini yang tengah dilakukan oleh Cilla. Menunggu pesannya dibalas oleh Vino.
Sudah setengah jam yang lalu Cilla mengirimkan pesannya, tapi belum ada balasan sama sekali dari Vino, entah itu disengaja, atau memang tidak disengaja. Cilla akan tetap menunggu.
Cilla meluruskan kaki nya di sofa, lalu memejamkan mata.
Arvin gue minta maaf. Entah kenapa tiba-tiba kalimat itu muncul di otak Cilla.
Saat tengah memejamkan matanya, ponsel Cilla berdering, ada orang yang menghubunginya.
Dilihatnya layar ponselnya. Vino. Laki-laki itu menghubunginya. Dengan semangat Cilla menekan tombol hijau dan menggesernya.
"Halo! Arvin dimana, No?" Tanya Cilla langsung saat mengangkat teleponnya.
Tidak ada jawaban dari sebrang sana.
"Vino. Lo denger kan? Kenapa lo gak jawab sms gue? Vino!" Teriak Cilla geram sendiri.
"Arvin," itulah jawaban Vino, dengan suara yang seperti menahan tangis.
Cilla yang mendengar nama Arvin langsung terdiam. Menunggu Vino melanjutkan kalimatnya.
"Arvin, Arvin kecelakaan Cil." Lanjut orang lain, yang Cilla yakin itu suara Alvan.
"Van? Lo? Lo gak bercanda kan? Nggak, pasti lo bercanda kan, gak lucu Van bercandaan lo," jawab Cilla berusaha berfikir positif. Mereka mau ngerjain gue, kan? Pikir Cilla.
Alvan di sebrang sana dengan susah payah membuang nafas, lalu menjawab, "gue serius, Arvin kecelakaan, sekarang masih ada di UGD, gue, Vino, terutama Arvin nunggu lo di sini,"
Cilla dengan segera menutup panggilan teleponnya, lalu menutup mulutnya, menahan air mata yang tetus mendesak untuk turun.
Dadanya bergemuruh menahan sesuatu, bibirnya bergetar menahan isakan, nafasnya tersenggal.
Satu fakta yang membuat Cilla seperti ini, mereka tidak bercanda.
Tapi apa daya, Cilla tidak bisa menahan nya, dengan mudah air matanya meluncur mulus ke pipinya, mengikuti lekuk wajah Cilla, lalu jatuh dari dagu. Makin lama air matanya menderas, pikirannya tidak jernih.
Dengan cepat Cilla mengambil jaketnya yang terletak di dekat televisi lalu mengambil kunci mobilnya, dan keluar rumah tanpa pamit.
Setelah mendapat SMS dari Alvan, Cilla menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh, masa bodoh dengan omelan ibu-ibu yang dari tadi terdengar mengomelinya karena hampir menyerempet.
Tujuan Cilla hanya satu, Arvin.
Air matanya pun tidak henti-hentinya menetes. Yang Cilla rasakan sekarang hanyalah menyesal, dan bersalah.
"Vin, gue mohon lo bertahan." Ucapnya lirih di sela tangisnya.
* * *
Sesampainya di rumah sakit, Cilla segera memakirkan mobilnya dan langsung berlari secepat mungkin kearah UGD. Masa bodoh juga dengan orang-orang yang memandangnya aneh, kasihan, dan lainnya.
Sesampainya di depan UGD, Cilla mengatur nafasnya yang tidak karuan karena habis berlari, juga mengatur air matanya agar tidak banyak keluar lagi.
Vino yang melihat kehadiran Cilla pun langsung berdiri dari duduknya, dan langsung memeluk Cilla dengan erat.
"Makasih, makasih lo udah mau dateng buat Arvin," Vino memeluk Cilla lebih erat lagi.
Cilla menjawab dengan mengelus punggung Vino dan berucap, "sebenernya gue gak pantes buat ada di sini No, karena gue, Arvin ada di dalam sana," jawab Cilla menahan tangisnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gracella [ON EDITING]
Teen FictionIni cerita gue sama dia. Tentang gue, dia, dan nggak akan ada orang lain yang ganggu. Dia adalah cewek bodoh karena selalu remed. cewek ceroboh yang gila, nggak tau malu, malu-maluin, dan manis secara bersamaan. Dan lo tau? Itu semua bisa bikin gue...