part 11

86 6 3
                                    

"astaga.." kataku terbangun dari tidurku.

Aku terkejut dan mataku segera melihat celah dan mendapatkan cahaya yang  terlihat mulai menguning. Ku lihat kearah jam dinding, 13.00 WIB.

Aku ketiduran dua jam, aku bergegas mandi, tapi rasanya perutku terasa lapar sekali. Aku keluar kamar sebentar dan melihat beberapa makanan yang aku siapkan tadi. Akupun segera mencari posisi untuk makan, setelah selesai makan aku langsung bergegas mandi. Siaplah aku mandi sekitar jam 4 sore.

"kak..?" Tanya adikku yang mengetuk pintu kamarku.

"iyah, masuk aja di.. enggak kakak kunci kok!" balasku.

Iya pun segera masuk, dan berjalan mendekatiku sambil membawa buku tebal miliknya.

"kenapa di?" Tanya ku. Ia pun duduk disampingku sambil membuka bukunya.

"ini kak, odi ada tugas. Tapi odi gak ngerti gimana maksudnya, coba deh kakak baca!" suruhnya.

Aku langsung mengambil bukunya dan membaca perintahnya. Ternyata buku matematika, astaga otakku sudah tidak ingat lagi pelajaran kelas 4 Sd. Tapi, aku tidak menurunkan niat, aku terus membolak-balik bukunya dan melihat beberapa contoh pengerjaannya. Hampir 5 menit aku membaca dan menyoret-nyoret sebagian halaman buku miliknya, akhirnya aku tahu caranya.

"huh.. akhirnya. Kayak gini caranya.."

Aku terus menjelaskan sampai akhirnya dia paham. Tidak terlalu susah mengajari adikku ody, karena memang ia langsung tangkap semua apa yang aku bilang. Ia pun dengan mudah mengerjakan nomor selanjutnya.

Aku terus memperhatikan cara ia mengerjakan, tiba-tiba dia tertawa. Aku heran, namun dia terus tertawa.

"Ody, kamu kenapa tertawa? Ada yang lucu?" Tanyaku keheranan.

"huh.. sebenarnya kakak itu pintar kalau kakak mau belajar. Aku sebenarnya tahu bagaimana cara mengerjakannya, aku hanya ingin mengetest kakak ajah, bagaimana kalau aku tanyakan soal anak kelas 4 SD." Katanya yang masih melanjutkan tawanya.

Sejenak aku berfikir dengan apa yang adikku katakana, ternyata adikku juga bisa lebih dewasa dariku. Tapi, aku tidak menganggapnya terlalu serius.

Aku menatapnya serius yang masih terus meledekku, kemudian aku menangkap tangannya dan mulai menggelitikkan di daerah pinggangnya.
Tawanya pun semakin bertambah, sampai akhirnya dia kabur membawa bukunya keluar dari kamarku.
Aku membiarkannya kabur melarikan diri dariku, aku masih kepikiran dengan kata-kata anak SD yang membuat aku terdiam sesaat. Kemudian, aku membanding-bandingkan soal pelajaran kelas 3 SMP dengan anak kelas 4 SD.

Jelas berbedalah, dan jelas sangat susah, jadi wajar ajah kalau rengkingku banding jauh dari adikku. Ahh..
Tapi sesaat aku membandingkannya juga saat aku duduk di kelas 4 sd, dan tidak ada bedanya rengkingku dari yang sekarang. Dulu aku mendapat rengking 26 dari 31 siswa. Astaga, kapan aku bisa seperti adikku.


-----------------------------&-----------------------------

Sori kalau ceritanya gaje
Dan ini aku akan refisi lagi ceritanya.
Jadi buat yang ngerasa ceritanya banyak typo, bisa bantuin aku dong untuk Komen di mana letak kesalahannya.

Oh iya jangan lupa habis dibaca
di Vote dan di Command yah!!! 😉

MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang