part 26

58 3 1
                                    

Kring... kring... kring...

Bel pulang sekolah berbunyi, Fino menunggu Anif di parkiran seperti biasanya. Rencananya kini telah selesai ia susun, dan sekarang hanya akan menunggu kepastiannya saja. Karena ini semua tidak akan berjalan dengan baik, kalau Anif tidak menyetujui pendapatnya.

Fino menjatuhkan pandangannya yang melihat Anif berjalan pulang. Saat mulai dekat Fino menghentikan langkah Anif.

Pov: Anif

"Nif?" Ucap Fino yang berhenti tepat di depanku. Kini anak itu menghalangi langkahku.

Terlalu malas membahas masalah tadi, aku memilih untuk mengambil jalan lain untuk meninggalkannya. Tapi Fino terus menahanku dengan memilih langkah yang sama denganku. Aku tidak tahu dia sengaja atau tidak, yang jelas dia sangat membuatku muak. Entah apa yang dia mau. Pikiranku.

"Nif, gue tahu gue sudah keterlaluan tadi. Gue gak seharusnya ngomong seperti itu dengan kamu. Gue minta maaf yah!" Ucap laki-laki itu memohon.

Aku tidak menggubrisnya, aku bahkan lebih memilih untuk diam. Tapi, Fino justru meraih tanganku dengan kedua tangannya.
Spontan membuat aku membrontak.

"Fino" aku berusaha melepaskan tanganku yang ia genggam kuat di dadanya.

"Gue ingin minta maaf Nif, dan tolong lo maaf kan gue" ucap Fino. Matanya menatap penuh harapan padaku, dan benar saja itu sangat menghipnotis keadaanku. Belum lagi pandangan orang-orang tentangku. Yah, tempat parkiran tidak jauh dari gerbang sekolah. Anak-anak bahkan keluar masuk lewat gerbang sekolah, dan pasti tujuan mata mereka ke kami.

Merasa malu menjadi tontonan,
" okeh.. gue maafin lo kok Fin, tapi sekarang gue harus pulang!" Ucapku pasrah padanya.

" tunggu, gue tahu cara agar lo tetap bisa ikut Lomba itu!" Ucap Fino yang menatapku dengan penuh harapan.

Apa maunya pria ini, kenapa dia sangat ingin sekali kalau aku bisa pergi mengikuti lomba itu. Memang sesungguhnya aku sangat berharap dapat mengikuti lomba itu, tapi mengapa pria ini menelebihi caraku. Kini aku benar benar tidak tahu apa yang akan di rencanakannya.

Aku menghelakan napas, "bagaimana?" ucapku menutup perkataan.

"Begini, lo bisa mengikuti lomba itu tapi lo tidak bisa hadir sekarang, lo bisa hadir besok saat kita sepulang sekolah. Besok pulang kita akan di percepat, gue dan teman teman gue akan menghantarkan lo ke festival itu. Setelah tampilan lo siap, gue dan teman teman akan ngantarin lo balik sebelum ibu lo sampai di rumah. Tapi itu semua akan berjalan lancar kalau ibu lo pulangnya kesorean." Jelas Fino menyakinkanku. Aku menatap matanya, dan terlihat keseriusan di sudut matanya.

Tapi apakah aku harus melakukan itu semua? Bagaimanana jika semua tidak berjalan baik. Mungkin itu akan menjadi masalah terbesar di hidupku.

Aku menatapnya sekali lagi, ia pun masih setia menunggu jawabanku.
" tapi, bagaimana kalau ..." belum sempat aku menyelesaikan kalimatku. Ia langsung memotong pembicaraanku.

" tenang ajah Nif, gue janji akan membawa lo tepat waktu sampai rumah." Jelasnya.

Aku mengigit bibir bawahku, yang terus membuatku tidak bisa berfikir jernih.

" bagaimana dengan Ody adikku?" Tanyaku.

"Ody. Ody akan bersama Nita, Nita akan dirumah lo sampai lo pulang, dan segala keperluan adik lo biar Nita yang mengerjakan. Soalnya tadi aku sudah sampaikan dengannya." Jelasnya.

Kepalaku kini berdenyut memikirkan itu semua, aku bukan tidak menginginkannya bahkan aku sangat sangat menginginkannya. Tapi apakah aku harus melakukan itu semua?

MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang