part 30

90 3 4
                                    

Fino terus saja mengikuti langkah Anif dari belakang. Ia ingin memastikan agar Anif tidak kenapa-kenapa. Tapi saat ia lihat bahwa Anif tidak berjalan menuju arah rumahnya, Fino sangat terkejut. "Mau kemana dia" pikirannya. Tapi Fino tidak ingin mengganggu Anif dengan kehadirannya seperti tadi. Akhirnya ia memutuskan untuk tetap terus mengikuti Anif dari belakang.
Terlihat dari kejauhan Anif yang berjalan sempoyongan dan sesekali mengusap perutnya. Mungkin ia sedang menahan laparnya, tapi apa sebenarnya yang terjadi padanya.

Saat itu Fino telah mengikuti Anif hingga bejalan di pinggiran kota. Masih dengan langkah yang sama, Anif masih terlihat berjalan dengan sempoyongan. Hingga akhirnya Fino tersandung oleh batu karna terlalu fokus pada Anif dan akhirnya ia tidak melihat bahwa ada batu yang membuatnya akhirnya tersandung. Baru saja ingin memperbaiki bajunya dari kotoran tiba-tiba sebuah suara tambrakan yang mengagetkan dirinya.
Sebuah kecelakan terjadi dengan sekejam mata. Spontan Fino langsung berlari sekencang mungkin dengan perasaan yang berdebar-debar. Tidak sempat ia berfikir lagi karna sesuatu yang ia tidak inginkan terjadi. Seseorang itu adalah Anif, perempuan yang sangat ia sayang. Ia menopang tubuh Anif dengan tidak dapat berkata-kata. Darah segar yang keluar dari benerapa bagian tubuh Anif membuat lelaki itu ingin meneteskan air mata.

Seseorang dari mobil tersebut keluar dari mobilnya dan melihat seseorang yang baru saja ia tabrak. Betapa terkejutnya ia melihat orang yang habis ia tabrak itu, melihat darah yang berserakan di jalanan. Spontan semua mobil berhenti dan para warga megrumuni mereka. Seorang pria yang menabrak itu langsung menyeruh Anif untuk di masukkan ke dalam mobilnya. Finopun langsung bergerak mengangkat Anif tanpa peduli dengan darah yang telah berserakan di tangan dan di baju miliknya.
Sepanjang perjalanan Fino hanya dapat memandang wajah Anif yang tertidur lemas itu. Sempat dirinya untuk menyelahkan dirinya sendiri karena kesalahannya yang tidak terlalu fokus saat berjalan.

Tuhan aku mohon untuk kali ini saja, biarlah Anif ia engkau sembuhkan. Jangan biarkan dirinya kenapa-kenapa, aku sangat menyanyangi dirinya entah sebagai apapun itu.

Dirinya terus meminta dan berdoa di dalam hati agar Anif tidak kenapa-kenapa.

Akhirnya tidak beberapa lama mereka sampai di sebuah rumah sakit Eka, Anif dibawa oleh petugas yang ada dirumah sakit saat itu. Darah Anif yang kini semakin berserakan dan tak mau berhenti. Ia di masukkan kedalam ruang ICU. Sempat pikirannya hancur melihat apa yang telah ia saksikan itu.
Akhirnya setelah sekian lama ia memutuskan untuk datang kerumah Anif dan memberitahukannya kepada ibunya.

-
-
-

Setelah sampai di rumah milik orangtua Anif dengan menggunakan taksi karena sepeda motornya masih tinggal di tempat kejadian tadi. Fino mengedor-gedor rumah itu dan terus berteriak menyuarakan tante.. tante..
Tak beberapa akhirnya pemilik rumah itu membukan pintunya dengan kerut di keningnya karena merasa terganggu.

"Tante.. saya Fino. Saya teman 1 kelasnya. Anif tante.. Anif"  Fino tidak mampu lagi mengatur nafasnya.
Tak beberapa lama adik Anif keluar menyusul.

"Kamu itu bicara apa? Ngomong tuh yang jelas!" Cetus ibunya. Sambil mengatur nafasnya akhirnya ia memulai bicara.

" Anif kecelakaan. Sekarang ia di rawat di rumah sakit." Singkat Fino.

"Kak Anif di rumah sakit?" Adiknya terkejut mendengar berita tersebut.

"Hmm... kamu bercanda kan. Kamu jangan membohongi saya" kesal ibunya.

"Untuk apa saja bercanda pada anda, sekarang apa anda tahu sedari tadi Anif berada di mana?" Tanya Fino yang tampak mulai merasa kesal.

"Buk?" Tampak Ody juga ingin menanyakan hal yang sama.

"Sekarang anda lihat ini, ini akibat kecelakaan dari Anif. Sekarang Anif berada di rumah sakit Eka" sambil menunjukkan bekas darah yang masih segar menempel di baju milik Fino.

MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang