part 29

48 2 1
                                    

Hatiku tenang saat mendengar bahwa bu Santa tidak memberitahukannya pada ibuku. Namun jika bukan itu masalahnya, lalu apa yang telah membuat perasaanku tidak tenang?
Apa mungkin akan ada yang memberitahukannya pada ibuku selain bu Santa. Lalu siapa? Apa mungkin Ody? Tapi tidak mungkin Ody, ia telah berjanji padaku. Dia juga pasti tahu apa yang akan terjadi padaku jika ibuku tahu soal itu. Lalu apa hal yang mungkin terjadi? Apa ada dari teman ku yang berusaha memberitahukan pada ibuku?
Tidak mungkin Fino, untuk apa ia melakukan itu? Justru ialah yang sangat mendukungku melakukan ini semua. Nita? Apalagi dia, dia bahkan banyak membantuku agar rencana ini berjalan. Apa mungkin hanya perasaanku saja. Karena perasaan tidak tenang ini kembali. Akhirnya aku memutuskan untuk menelfon kembali Nita.

Telfon tersambung, namun belum diangkat juga. Aku menunggu dengan perasaan yang berdebar-debar. Tersambung.
"Baru juga tadi jumpa udah langsung nelfon aja"

"Hmm... ada yang ingin gue tanyakan banget sama lo Nit"

"Apaan?"

"Entah lah Nit, tapi sepulang dari angkut tadi aku merasa tidak tenang sekali. Entah hal buruk apa yang akan menggangguku."

" maksudnya?"

"Aku merasa bakal ada hal yang buruk terjadi Nit. Tapi aku enggak tahu itu apa. Aku fikir bahwa ibuku akan memarahiku jika ia tahu aku mengikuti festival itu. Tapi tadi aku sudah bertelfonan dengan bu Santa. Tapi ia tidak memberitahukan ibuku soal aku menegikuti festival itu."

"Ntar perasaan lo aja kali Nif"

"Mungkin juga. Tapi aku khawatir jika ibuku tahu."

"Bagaimana ibumu akan tahu. Kan tidak ada siapa siapa yang akan memberitahukan pada ibumu Nif."

" aku juga sempat berfikiran seperti itu, tapi emm entahlah."

"Nif, tenang gue yakin itu hanya perasaan lo aka. Kan lo sendiri udah bilang kalau bu Santa tidak memberitahukannya pada ibumu. Jadi apa lagi yang lo khawatirkan? Udah tenang ajah."

" hmm.. okeh. Makasih yah"

"Ya.. ya.. ya.. udah yah gue sibuk. Udah lo tenang aja dan gak usah terlalu di pikirin. Bye bye. Muach"

Tet..tet.. Mati.

Aku legah setelah bertelfonan dengannya. Aku lansung menghempaskan tubuhku diatas kasur dan menatap langit langit kamarku sebelum akhirnya aku memberesakan rumahku dan mandi.

Setelah aku merapikan semua rumah dan sekarang juga aku baru selesai mandi, terdengar suara pintu yang sedang di buka dan kembali di tutup. Sepertinya itu adalah Ody adikku. Akupun berjalan keluar kamar untuk memastikannya.
Saat hendak membuka pintu kamarku, ternyata ku lihat ibuku yang baru saja pulang. Herannya mengapa ibuku cepat sekali pulang. Biasanya ia selalu pulang kesorean. Akupun berjalan mendekati ibuku yang hendak membantunya.
Tapi, terlihat ibu yang selalu menolak permintaanku yang ingin menbantunya. Akupun hendak berniat membuatkan ibu minuman seperti biasa. Namun saat aku hendak berjalan menuju dapur, ibu berusaha menahan tanganku yang membuatku terdiam. Belum sempat aku melihat kearah belakang, pikiranku langsung bertanya-tanya tentang apa yang terjadi.

Saat aku memalingkan kepalaku kebelang, tamparan yang tidak pernah ku duga mendarat di pipi kananku.
Belum sempat aku memikir panjang, hanya hitungan detik air mataku mengalir. Tamparan yang masih terasa hangat di pipiku, membuat aku tidak kuat melihat ibuku sendiri.
Ibuku langsung menlepaskan tanganku membuat air mataku semakin tidak dapat ku kontrol.

"Harus bagaimana lagi caraku mengatakan samamu?
Atau harus ku marahi dulu atau ku jambak rambutmu? Atau ku tampar kau terus baru kau sadar?"

Kata kata yang sangat membuatku terluka terlontar begitu saja, dan ini sudah yang kesekian kalinya aku meneteskan air mata. Kepalaku yang masih terus menunduk karena tidak sanggup menatap ibuku.
Dalam hatiku hanya dapat berkata, "Tuhan cobaan apa lagi ini?" Yang membuat air mataku mengalir sangat deras.

MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang