part 17

58 5 0
                                    

***

Motor besarnya itu berhenti di hadapan kami, dan membuat aku dan Nita menjadi terpaksa berhenti. Sesorang di dalamnya kini sedang berusaha untuk membuka helm miliknya.

"Hey Nit? Hey Nif?" Sapa Fino.

"Hey Fin" balas Nita padanya dengan semangat.
Sedangkan aku hanya membalas sapanya dengan melempaskan senyum tipis padanya.

"Kok kalian lama banget pulangnya?"

"Eh, ia tadi nungguin Anif" jawab Nita singkat.

"Ohh.. oh iya Anif bareng gue ajah!" Suruhnya.

Aku yang sedari tadi diam saja yang hanya mendengarkan pembicaraan mereka menjadi terkejut karena ajakan Fino, aku melihat wajah Fino dengan tajam, namuj Fino memasang wajah yang berseri-seri menatapku, sekarang aku melihat wajah Nita yang tampak meleparkan senyum jahilnya padaku.

"Eh.. apa-apan sih lo. Jadi Nita lo mau gimanain?" Tanyaku dengan nada yang marah.

Tapi belum sempat Fino menjawab, Nita langsung memotong pembicaraan.
"Hahaha.. udah ah. Lu bareng dia ajah, kalau gue mah santai ajah. Gue bisa suru supir jemput gue, gue tadi cuman ingin pulang bareng aja sama lo. Kalau enggak yah gue bisa-bisa ajah suruh supir atau adik gue jemput gue" .

"Ahh.. lo apa-apaan sih udah deh, gue juga mau pulang bareng sama lo" paksaku sakaligus berusaha untuk menolak ajakan dari Fino.

"Ehh.. ya udah-udah, gakpapa kok Nit gue pulang sendiri ajah. Tapi Nif, boleh gak besok aku jemput kamu. Biar kita besok pergi ke sekolah bareng" Fino yang memotong pembicaraan ku pada Nita.
Sekali lagi Fino membuat aku terkejut dengan ucapannya.

"Apah?" Tanyaku dengan nada suara yang kebingungan.

"Hemm.. gue gak bermaksud apa-apa kok. Lagian rumah kita kan sebenarnya searah" jelasnya dengan wajah polosnya.

"Udah Nif, barengan ajah kenapa sih. Lo tuh hambur-haburin duit tau gak." kata Dinda mendukung.

Keadaan ini membuat aku harus berfikir panjang, agar masalah ini cepat selesai. Lebih baik aku mengatakan ia lalu besok pagi-pagi sekali aku dan adikku berangkat agar tidak sempat bertemu Fino. Ide busukku mulai keluar.

" oh.. hmmm ia deh" jawabku singkat dan memastikan agar mereka percaya pada ucapanku.

"Ha gitu dong" balas Nita.

" okeh deh. Gue cabut luan yah, lo berdua hati-hati" ucap Fino permisi pada kami.

"Iyah" balas Nita dengan penuh semangat.

"Iyah.." jawabku dengan suara yang sangat kecil, dan mungkin saja tak dapat di dengar oleh siapapun selain aku. Ck..

" is.. Nif apa-apaan sih lo balas dong" Dinda menyenggol bahuku dengan bahunya.

"Eh udah. Lu ajah yang gak denger"

Fino menutup kembali helm miliknya, dan menekan mengengkol motornya lalu menggas pelan-pelan, serta menekan tombol klaksonnya pada motornya.

"Iyah" balas Nita yang melemparkan senyum begitupun dengan aku.
Kini ia menggas kencang motornya dan meninggalkan kami berdua, dan pada saat tikungan ia menghilang begitu saja.

"Elo, enggak boleh gitu sana dia, maksud dia kan baik" kata Nita membuka percakapan dan kami melanjutkan perjalanan kami. Aku tidak mengucapkan satu katapun, aku hanya melihatnya dengan sidikit menyipitkan mataku dan mendengarnya dengan seksama.

"Elo harusnya bersyukur, ada orang yang baik hati sama lo. Ini enggak malah lu cuekin. Sok jual mahal" ucapnya meledekku.

Sekarang kami sudah berada di ujung gang sekolah, dan kami menunggu angkutan umum yang menuju ke arah rumah kami. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya angkutan umum tersebut menghampiri kami, dan kami sekarang menaikinya.

Di angkutan tersebut, Nita kembali mengoceh memberi penilayan terhadap aku dan Fino. Tapi aku hanya membalasnya dengan malas.

Begitu sampai di depan gang rumahku.
"Kiri pak.." teriakku setelah angkutan itu mendekati gang rumahku.

"Udah! lu ngocehnya sekarang sama diri lo sendiri ajah ya.. gue mau turun. Bye.. bye" kataku di sambung dengan tawaku.
Kemudian aku menyodorkan uangnya kepada bapak supir, dan melambai-lambaikan tanganku pada Nita sambil tertawa. Nitanya membalasku dengan tawanya dan kami sama-sama tertawa.

Aku membalikkan badanku setelah melihat Nita yang sudah mulai jauh. Aku berjalan melewati gang menuju rumahku. Setelah sampai dirumahku, aku mengetuk-ngetuk pintu rumahku, dan ternyata tidak ada siapa-siapa dirumah. Aku mencari kunci rumahku di atas fentilasi rumahku, setelah ketemu aku segera membuka pintu rumahku. Aku langsung berjalan menuju kamarku, dan meletakkan semua peralatanku di tempatnya seperti biasa.

Selepas itu aku keluar dari kamar dan mulai membersihkan rumahku.

"Melody dimana yah? Kok jam segini belum pulang" tanyaku pada diriku sendiri. Ketika itu sedang asik-asiknya memasak aku mengambil hpku memutar lagu. Tidak berapa lama terdengar suara dorongan pintu.

"Kak, Odi pulang" katanya dari kejauhan. Aku mencoba melihatnya dia berjalan menuju dapur. Ia langsung menghampiriku, dan menyalam tanganku.

"Kok kamu lama pulangnya?" Kusambut tangan mungilnya itu.

"Ia tadi ada seleksi ikut olimpiade matematika" jelasnya sambil mencolek ikan yang sudah selesai ku angkat.

"Olimpiade matematika?" Tanyaku menyakinkan.

"Ia kak, aku dipilih olimpiade matematika"

" wihh.. hebat. Hmm tapi kamu kan masih kelas 4 sd, emang ada olimpiade kelas 4 SDP" tanyaku.

"Ihh kakak, emang kelas 4 SD gak bisa ikut olimpiade?" Balasnya yang kelihatan jengkel karena aku meremehkannya.

"Bukan. Maksud kakak, emang 4 SD sudah bisa buat ajang olimpiade? Setahu kakak anak kelas 5 atau 6 yang bisa" jelasku panjang lebar padanya.

"Itulah kak, tapi aku terpilih. Teman-temanku yang ikut saja anak-anak kelas 5 dan 6" aku sedikit terkejut dengan kata-katanya terakhir. Temannya adalah kelas 5 dan kelas 6, namun aku memperlihatkan wajah santai padanya.

"Oh.. yah udah baguslah kalau begitu. Yah udah, sekarang kamu ganti baju gih! Kakak mau lanjut masaknya"

"Iyah" jawabnya sambil berjalan menuju kamarnya.

------------------------------&---------------------------

Sori kalau ceritanya gaje
Dan ini aku akan refisi lagi ceritanya.
Jadi buat yang ngerasa ceritanya banyak typo, bisa bantuin aku dong untuk Komen di mana letak kesalahannya.

Oh yah guys, jangan lupa di Vote dan Command kalau sudah di baca yah. Pliss!!!😉

MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang