"Negara baru, berarti harus membuka lembaran baru. Good bye Australian and I'm coming Indonesian."
Tring tring tring
Alarm handphone berbunyi. Aku segera mematikannya, dan terduduk di atas kasur, sambil menetralkan kesadaranku yang masih setengah ini. "Whoam. . . nggak terasa udah jam 04.00 pagi." Aku berbicara sendiri ketika melihat jam di atas nakas.
"Apa yang harus aku lakuin di waktu sepagi ini?" tanyaku. Kebingungan sendiri. Karena di Australie, aku nggak pernah, dan pastinya mustahil, bakal bangun di waktu sepagi ini.
(Terdengar bunyi piring dari arah dapur)
"Kayaknya Mami lagi ada di dapur deh, aku harus bantuin," kataku dan langsung turun dari tempat tidur.
Sesampainya di dapur aku melihat Mami yang sedang memoleti roti tawar menggunakan selai kacang dan aku segera memeluknya dari belakang. "Pagi, Mi, sarapan apa nih?" tanyaku. Menaruh daguku di atas bahu Mami lalu mencium pipinya.
"Kamu bikin kaget Mami aja, pagi juga sayang," balas Mami. Mencium pipiku. "Kamu kenapa belum mandi? sana mandi dulu." Mami melepas kedua tanganku yang melingkari pinggangnya.
"Nanti Mi, Kesha masih kangen sama Mami," kataku manja. Dan mencoba mencium pipi Mami lagi, tetapi beliau mengelak.
"Lho. . . Mami nggak sayang sama Kesha?" tanyaku cemberut. Mami terkekeh geli ketika mendengar perkataanku.
"Tau nggak, kenapa tadi Mami ngelak saat kamu mau cium?" tanyanya. Aku menggeleng.
Kemudian, Mami mendekati telingaku dan berbisik, "Kamu bau, makanya mandi sana." Aku malu.
"Ih, Mami kalo becanda jangan gitu." Aku cemberut, "Aku nggak pernah bau," sergahku dan aku segera mencium badanku, "Yaudah deh, aku mau mandi dulu," sambungku cepat, mengambil handuk dan segera pergi ke kamar mandi.
Sementara Mami, aku melihat ia terkekeh di sana, dan aku tak sadar telah memajukan bibirku satu senti menghadapnya, dan alhasil beliau terkekeh lagi.
"Dasar Mami, nggak bisa liat anaknya susah, di ledekin mulu," gerutuku dan segera menuju kamar mandi lalu menguncinya.
***
"Pokoknya, aku harus tampil mengesankan di hadapan teman-teman baruku nanti," kataku berbicara sendiri di hadapan cermin sambil menyisir rambut coklatku dan membiarkan rambut itu bergelombang di bagian bawah.
Aku segera menaruh sisir di atas meja rias dan menghadap cermin lagi untuk melihat pantulan diriku di cermin. "Kamu udah perfect banget Kes," pujiku pada diri sendiri. Lalu berdiri. Mengambil tas. Mengikat tali sepatu. Dan turun ke lantai dasar untuk melakukan ritual pagi.
Breakfast.
Aku mendekati Papi yang sedang membaca koran pagi dan segera menciumnya. "Pagi, Papi belum berangkat kerja?" tanyaku dan langsung beralih ke meja makan lalu mengambil sehelai roti dan memakannya.
"Pagi juga sayang, masih ada waktu luang, Papi berangkat kerja pukul 08.00," katanya dan sekarang beralih lagi ke korannya.
"Kesha, makannya kenapa berdiri?" tegur Mami.
"Eh, iya deh," kekehku dan langsung duduk di kursi.
"Mi, gimana rasanya kalau punya teman baru?" tanyaku. Aku tau, itu pertanyaan yang benar-benar tolol tapi aku mau mendengar apa jawaban Mami.
"Kok kamu tiba-tiba menanyakan pertanyaan yang seperti itu." Mami menghentikan aktivitasnya dan mencoba duduk di kursi tepat berhadapan denganku. "Yang pastinya senang lah nak punya teman baru itu, kamu juga nanti bisa dapat pengalaman baru disana," kata Mami.
Aku mengangguk. Mengambil segelas susu putih lalu meminumnya. "Yaudah, ini udah pukul 06.00 pagi, aku mau berangkat," kataku lalu beranjak dari duduk. Bersujud dan mencium kedua pipi kedua orang tuaku. Setelah itu mengambil kunci mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The First and Last Love [PROSES REVISI]
Teen Fiction"Masih proses revisi" Aku, Kesha Apriliza Maltar. Terkadang, apa yang ingin kita miliki tidak semudah untuk kita raih. Tapi, bila kita terus berusaha, semua yang ingin kita miliki pasti akan segera kita dapatkan. Aku termasuk anak yang dimanja oleh...