Kejadian di ruang musik

315 15 0
                                    

"Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Karena kita belum tau kebenarannya seperti apa."

"Sepi," gumamku, "Kebetulan banget Ria sudah datang."

Dengan santai aku segera menduduki bangkuku. Tepatnya duduk di sebelah Ria.

Suasana hening kini mulai mencekam yang membuat aku canggung sendiri untuk memulai obrolan apa.

Dengan cekatan aku mengambil buku dan pena lalu mencoret-coret sesuatu di atas sana. Setelah dirasa sudah cukup memuaskan, aku segera merobek kertas itu lalu kugeserkan tepat di depan meja Ria.

Ria menoleh ke arahku yang kubalas dengan senyuman kecil.

"Aku minta maaf udah ber-sikap kekanak-kanakan."

"Seharusnya gue yang minta maaf," kata Ria.

Aku menggeleng, "Aku egois banget ya, marah duluan sebelum mendengar penjelasan dari kamu."

"Makanya lain kali dengar dulu penjelasan orang lain sebelum mengambil keputusan," kata Ria.

"Iya Ri, lalu sekarang kamu mau jelasin?"

"Gak sekarang Kes, gimana saat istirahat."

Aku mengangguk, "Oke."

"Ngomong-ngomong tumben datang pagi," kata Ria.

"Iya nih, lagi semangatnya datang pagi," kataku yang dibalas Ria dengan senyuman kecil.

Diam-diam aku melihat Ria mengutak-atik ponselnya.

"Ada yang asik ya di handphone kamu," kataku melirik ponsel Ria.

"Iya."

"Permainan? Chat? Berarti lebih asik dari aku dong."

"Iya. Eh, gak lah. Nih udahan gue main hp nya."

"Nah, gitu dong. Ini baru Ria yang aku kenal," kataku sambil mengacungkan jempol.

"Pagi Kes," kata seseorang, "Eh, hai,pagi Ri." Robert dengan santainya berjalan ke arah bangku yang berada tepat di belakang meja aku dan Ria.

Aku dan Ria menoleh secara bersamaan lalu aku mengangguk dan tersenyum tipis ke arah Robert.

Setelah itu aku mengalihkan pandangan ke layar ponsel. "Kayak ada yang kurang," gumamku.

"Cie nyariin William ya."

"Eh, enggak lah."

"Ketahuan banget bohongnya," kata Ria tersenyum jahil.

"Itu, anak yang lo cari baru datang," sambung Ria yang menggerakkan kepalaku ke arah pintu kelas.

"Panjang umur, barusan juga dicariin.
Eh, gak, aku gak pernah nyariin dia kok. Yaudahlah masa bodoh," gerutuku dalam hati.

Saat jarak aku dan William berdekatan, tak sengaja mata kami bertatapan. Melihat itu, aku tersenyum kaku lalu segera memalingkan muka.

"Hey, kenapa tiba-tiba narik tangan aku. Lepasi nggak!" teriakku saat tiba-tiba saja William menarik tanganku keluar dari kelas.

"Ikut bentar, ada yang mau gue omongin," katanya.

"Enggak," tolakku.

Melihat reaksiku, William tiba-tiba berhenti dan sejenak matanya menatap lekat iris mataku yang membuat aku mau tak mau mengikuti langkahnya hingga berhenti di ruang musik.

"Ngapain sih ngajak ke sini," tanyaku saat kami berada di dalam ruang itu.

"Aku lagi gak mau nyanyi," sambungku lagi.

The First and Last Love [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang