Mall

430 21 0
                                    

"Mengapa rasa penasaran itu tiba-tiba timbul di dalam diriku, dan kenapa harus kamu yang menjadi objeknya."

"Kes, pulang yuk, Nanti nyokap lo nyariin, ini udah jam 9," kata Robert ketika sudah selesai makan.

"Seriusan ini sudah jam 9?" tanyaku tak yakin dengan ucapan Robert tadi.

"Dua rius, yuklah," ajak Robert, "Kita duluan ya."

"Hey nyuk, Makanannya gimana?" cegah William ketika Robert ingin pergi.

"Lo aja yang bayar, okay," kata Robert dan segera berlalu pergi meninggalkan Monic dan William.

"Sialan lo nyuk!" geram William yang masih bisa Robert dan aku dengar.

***

"Gue nggak nyangka, ternyata lo nggak merasa jijik ketika diajak makan di pinggir jalan kayak gitu," kata Robert yang kini sudah berada di atas motornya.

"Ngapain juga jijik, itu kan makanan halal, semua orang berhak makan di sana, aku nggak suka membanding- bandingkan makanan di pinggir jalan sama makanan di restoran bintang lima," tuturku, jujur.

Robert tersenyum, "Haha, gak salah gue bisa suka sama lo," kata Robert tanpa sadar.

"Sebenarnya aku sudah pernah ke Indonesia," kataku sambil menatap lurus ke arah depan.

"Udah pernah? Kapan? Jadi lo bukan orang asli Australia?" tanya Robert memastikan.

"Egh, Ya begitulah, btw, kamu tadi bilang apa? Maksudnya, kamu suka sama aku?" tanyaku mengalihkan topik pembicaraan.

"Gak kok, lupain aja, intinya lo itu beda dari semua cewek luaran sana, lo itu spesial," kata Robert.

"Hahah, gak usah nge gombal, aku gak mempan dengan gombalan."

"Siapa juga yang gombali lo? Ciee pengen."

"Ih, gak kok... Eh, berhenti disini aja Rob soalnya sepeda aku masih ada di taman ini," kataku sembari turun dari jok motor Robert.

"Serius nggak mau gue anter sampai rumah?" tanyanya.

Aku menggeleng, "Lagipula rumah aku dekat kok dari sini."

"Yaudah hati-hati ya cemut," kata Robert lalu segera menge-gas motornya menembus jalanan pada malam hari.

"Apa katanya tadi, cemut?" kataku terkekeh kecil sembari mengayuh sepeda menuju perumahan besar milik orang tuaku.

***

"Mi, hujan ya?" tanyaku yang lagi berada di depan televisi sambil menikmati susu coklat panas yang dibuat oleh Mami.

"Iya sayang, kenapa? Mau pergi?" tanyanya.

Aku mengangguk, "I am bored Mom."

"Kamu kan ada mobil," kata Mami.

Aku terkekeh kecil, "Tapi aku bingung mau kemana Mi," kataku sambil menghembuskan nafas kasar lalu menyesap susu panas lagi.

Kemudian, bayangan Lavenderia muncul di otakku, karena selama di Indonesia ini, teman dekatku hanya Ria.

Aku segera mengambil handphone dan membuka aplikasi line lalu mencari nama Robert, dapat.

The First and Last Love [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang