"Ketika melihat sahabat sendiri bersama dengan orang yang kita sukai."
"Lavenderia," kataku setengah teriak.
Melihat mereka menoleh kearahku, aku segera mengumpat di pilar yang ada di belakangku.
Aku menunduk dan tanganku mengempal keras di samping badan, menahan sesuatu yang hampir keluar.
"Kes," panggil Ria yang sekarang tepat berada di depanku.
Dengan cepat aku mendongak dan menghapus kasar setetes air mata yang jatuh akibat aku menunduk tadi.
Aku tersenyum dipaksakan, "Oh, sorry aku ganggu waktu kalian berdua," kataku.
Sebelum pergi dari sana aku menatap mata William tidak percaya tetapi melihat itu William tidak bereaksi apapun yang membuat aku makin geram.
"Kes, lo kenapa? Jangan salah paham dulu," kata Ria tapi tidak ku hiraukan.
"Kes, nih bubble tea lo, sorry lama," kata Robert.
Melihat itu aku segera menarik tangan Robert menjauh dari sana.
"Lo kenapa Kes?" tanya Robert khawatir.
"Diam! Jangan khawatiri aku sekarang."
"Lo kenapa nangis?" tanya Robert hati-hati.
"Sudah, aku gak kenapa-napa."
"Tapi--"
"Kalau kamu masih berisik, aku pulang sendiri," kataku dan ingin meninggalkan Robert.
"Iya gue diam." Robert pun mengajakku untuk masuk ke mobilnya.
"Kita makan dulu ya."
Aku mengangguk.
***
"Kes," panggil Robert tapi aku tidak menghiraukannya.
"Kesha," panggil Robert lagi.
"Kesha Apriliza?!" kata Robert dengan suara yang keras dan mampu membuat aku tersadar dari lamunan.
"Makanan kok digituin?" katanya dan aku balas hanya dengan gumaman.
"Lo kalau ada masalah cerita ke gue."
"Udahlah aku males bahas beginian, aku mau pergi dari sini," kataku dan langung beranjak dari kursi lalu menaiki taksi yang kebetulan lewat di sekitar sini.
Aku benar-benar tidak menghiraukan panggilan Robert yang dari tadi memanggilku.
Aku hanya butuh waktu untuk sendiri.
***"Assalamualaikum," salamku dan langsung memasuki kamar.
"Dik, baru pulang, sama siapa? Makan dulu," kata Mami.
"Gak, makasih Mi, Kesha ngantuk," kataku dan langsung menaiki anak tangga menuju kamar atas.
Lalu setelah sampai, aku langsung membaringkan badan di kasur yang empuk.
"Bodoh-bodoh ngapain aku harus mikirin dia, gak ada gunanya, emang dia mikirin aku juga apa?" suara hatiku berkata.
"Apa aku tadi sudah bersikap egois, kayak anak kecil ya. Tapi memangnya salah? Wajar dong aku kayak gitu ketika melihat sahabat sendiri dekat dengan laki-laki yang aku suka, siapa coba yang gak sakit hati," kataku.
Tok tok
"Sayang, makan dulu. Mami buka ya."
"Buka aja Mi."
"Dik, kamu kenapa?"
Aku hanya diam .
"Kalau kamu belum mau cerita yaudah gapapa tapi makanannya di makan. Kalau nggak nanti kamu sakit," kata Mami sembari menaruh nampan makanan dan minuman di meja kecil di samping kasurku.
Aku mengangguk.
"Yaudah, Mami tinggal dulu, jangan lupa makan," pesan Mami lalu turun ke bawah
"Iya," kataku.
Aku hanya menatap isi nampan itu. Aku sebenarnya ingin memakan makanan itu, hanya saja mood ku benar-benar sudah rusak hari ini.
Pikiranku benar-benar kacau sekarang. Dan aku lebih memilih untuk tidur di kasur.
"Kruyuk." Gila. Ini perut nggak bisa diajak kerja sama, dan akhirnya dengan terpaksa aku memakan makanan yang ada di nampan setelah itu mandi agar pikiranku menjadi lebih jernih kembali.
***
Dua hari setelah kejadian di Mall.
Ting ting
Dengan kesadaranku yang masih setengah ini aku berusaha mencari alarm.
Setelah dapat, segera aku mematikan bunyi alarm yang telah membangunkanku dari tidur.
Aku segera berganti posisi menjadi duduk di atas kasur. Mataku yang masih belum menemukan kesadarannya, terkadang terbuka dan terkadang tertutup.
Dengan paksa akhirnya aku membuka mata besar mungkin hampir seperti melotot dan segera melihat jam di atas nakas.
Jam 05.00
"Hoam. . . Rasanya aku ingin tidur kembali," kataku memejamkan mata sedikit, "Eh, jangan, nanti telat ke sekolah."
Dengan gontai aku berjalan memasuki kamar mandi.
"Segar juga," kataku ketika keluar dari kamar mandi lalu segera berjalan menuju meja rias. Memoleti cream dan bedak pada wajah dengan tipis. Menguncir asal. Menyemprotkan parfum ke seragam. Memakai kaos kaki. Mengikat sepatu.
Setelah selesai, aku segera mengambil ponsel dari meja kecil dan melihat notifikasi.
Aku cemberut ketika melihat pesan masuk kosong, chat bbm hanya sekedar brodcast, chat line hanya promosi para olshop, "Sepi gak ada yang ngehubungi."
"Oh iya juga, sudah dua hari aku tidak seteguran dengan Ria, William, dan Robert. Apa mereka masih marah."
"Sebenarnya salah aku juga sih pakai marah selama itu, yaudahlah pagi ini aku bakal minta maaf. Eh, tapi kan bukan sepenuhnya salah aku juga."
"Yaudah deh, mengalah lebih baik daripada begini terus," kataku lalu segera turun ke bawah tepatnya ke meja makan.
"Good Morning Mom," kataku sambil mencium pipi Mami.
"Udah bangun? Akhirnya pagi ini udah semangat lagi ya, nggak kayak dua hari kemarin," kata Mami.
"Iya dong Mi, bangun pagi itu harus diawali dengan semangat," kataku yang membuat Mami terkekeh.
"Sudah, ayo, sarapan dulu."
Aku mengangguk lalu duduk di meja makan dan memakan makanan yang telah disiapkan oleh Mami.
"Bubur ini Mami bikin sendiri?" tanyaku.
Mami mengangguk, "Gimana, enak kan."
Aku mengacungkan 2 jempol untuk bubur buatan Mami yang membuat beliau malah terkekeh kecil.
"Papi kenapa nggak dibanguni?" tanyaku.
"Jam segini kepagian buat dia," kata Mami yang membuat aku mengangguk.
Setelah selesai, aku segera meletakkan sendok di mangkok. "Mi, aku pergi sekarang ya," kataku.
"Masih jam 6 Kes, kepagian banget," kata Mami.
"Lagipula ada yang harus ku selesaikan Mi, yaudah aku berangkat. Assalamualaikum."
"Hati-hati bawa mobilnya, belajar yang benar. Waalaikumsalam."
***
Thanks for reading
Jessica_jr02💕
KAMU SEDANG MEMBACA
The First and Last Love [PROSES REVISI]
Jugendliteratur"Masih proses revisi" Aku, Kesha Apriliza Maltar. Terkadang, apa yang ingin kita miliki tidak semudah untuk kita raih. Tapi, bila kita terus berusaha, semua yang ingin kita miliki pasti akan segera kita dapatkan. Aku termasuk anak yang dimanja oleh...