Jealous?

344 21 1
                                    

"Kau bagaikan awan yang dapat berubah bentuk dalam hitungan menit maupun detik."

"Kesha pergi Mi, assalamualaikum," salamku ke Mami sambil mencium punggung tangan dan pipinya, begitu pula William tersenyum ramah kepada Mami.

Di mobil.

"Kenapa tiba-tiba jemput?" tanyaku, to the point.

William menoleh, "Kenapa? Nggak boleh?" tanya William yang membuatku menggaruk tengkuk yang tak gatal.

"Bukan gitu, tapi bilang dulu kalau mau jemput, kalau kayak gini kan akunya yang repot, kamu enak sudah siap dari pagi."

"Kalo itu mau lo, oke, gua minta maaf, lain kali gua jamin nggak bakal kayak gini lagi," kata William sambil tersenyum manis ke arahku.

Aku mengangguk dan balik membalas dengan senyuman.

Tanpa sadar aku memegang dada sambil menghadap ke jendela mobil, "Ada apa dengan jantung ini? Kenapa bisa mendadak cepat. Gak mungkin banget kan aku suka sama William," batinku berkata dan entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu merasa nyaman berada dekat dengannya.

Hening seketika dan tidak sadar sudah berada di lingkungan sekolah.

Seluruh murid cewek tampak histeris ketika melihat William membukakan pintu mobil untukku.

"Ih, gila, romantis banget."
"Gue mau dong jadi cewek dia."
"Enggak kayak biasanya lho si William dekat sama cewek."
"Benar juga sih, yang aku tau dia baru kali ini dekat sama cewek."
"Seharusnya William lebih milih gue dong daripada dia."

Aku meringis mendengar komentar dari para cewek-cewek itu.

"Mimpi lo ketinggian, kalo jatuh sakit lho."
"Keluarga Maltar dan Listhon memang sudah ditakdirkan bersama ya."
"Siapa bilang, lihat aja nanti."

Tiba-tiba langkahanku terhenti ketika mendengar komentar mereka yang paling terakhir.

Aku menoleh ke arah samping kiri tepatnya mataku bertatapan dengan mata cewek yang melihatku dengan tatapan tajam.

Monic?

Sampai dikelas

"Eh Kes, lo kok---"

"Ceritanya panjang," potongku seakan tau apa yang akan ditanyakan Ria.

"Ok, lo udah belum tugas fisika?" tanya Ria.

Aku segera menaruh tas di samping kursi Ria dan menggeleng, "Belum, tinggal sedikit lagi."

"Liat dong Kes, gue sama sekali belum ngerjain, gue beneran gak tau kalau ada tugas, plis," mohon Ria yang membuat aku segera mengambil buku fisika dari dalam tas.

"Nih," kataku sambil menyodorkan buku fisika ke meja Ria.

"Thanks."

"Will," panggil Ria.

William menoleh ketika ingin beranjak keluar kelas.

"Lihat tugas fisika dong," mohon Ria.

"Ambil aja di tas, gue mau ke ruang musik," kata William dan beranjak keluar dari kelas.

"Thanks Will," teriak Ria lalu mengambil buku fisika dari dalam tas William.

"Ngapain dia ke ruang musik?" tanyaku, penasaran.

Ria menggeleng, "Ntah, lo liat aja sendiri, gue mau ngerjain tugas."

"Aku mau nyusul. Sekiranya di bukuku masih ada soal yang belum dijawab, tolong isiin ya," kataku yang dibalas anggukan oleh Ria.

The First and Last Love [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang