Part 16 - You and Me

818 31 13
                                    

setelah sekian lama ga update, aku datang kembali :) mudah-mudahan kalian gak bosen ya liat aku.. selamat membaca :)) vote dan komennya ditunggu. love you all :*

###

Vannya menghentikan langkahnya saat melihat Dimas keluar dari gedung perawatan anak. Sebelum cowok itu menyadari keberadaannya, Vannya berniat untuk membalikan badan dan bersembunyi di manapun itu.

“Vannya?” seru seseorang yang sudah pasti Vannya ketahui siapa itu. Seketika Vannya berhenti, ditariknya napas dan dihembuskannya perlahan, lalu dia berbalik untuk menghadapi Dimas.

“Hai, Dim..” sapanya sambil tersenyum.

“Gue tahu tadi lo mau ngindarin gue kan?” tanya Dimas langsung pada inti permasalahan.

Vannya langsung kehilangan kata-katanya. “Sorry Dim,” kata Vannya akhirnya.

“Gue tahu itu emang salah gue, tapi please jangan ngehindar dari gue.”

“Gue gak maksud Dim, serius. Cuma gue gak enak sama elo. Sorry..”

“Iya gue ngerti, gue juga yang salah...” sesaat keduanya terdiam, sebelum Dimas kembali melanjutkan,“Lo masih inget kan tentang dua permintaan gue yang masih sisa satu?”

Vannya ingat itu, dua permintaan yang Vannya berikan sebagai imbalan Dimas telah menemukan Andre yang hilang di taman dan membantunya saat terpeleset karena hujan.

“Sekarang gue mau pake permintaan ke dua itu,” lanjutnya tanpa menunggu jawaban Vannya. “Gue minta, lo jangan ngindarin gue. Anggap gue kakak elo, gue selalu siap buat nampung keluh kesah elo. Dan gue janji gak bakalan libatin perasaan yang lebih dalam hal ini. Lo mau kan?”

Vannya hanya mengangguk. Sebenarnya ia tidak tahu akan bisa bersikap seperti biasa lagi atau tidak kepada Dimas setelah kejadian kemarin itu, tapi dia beneran merasa tidak enak hati jika harus menolak permintaan itu.

Semoga semua berjalan sesuai dengan harapannya.

###

Telepon di apotek rawat jalan berdering saat Vannya sedang sibuk-sibuknya menyiapkan obat cito*.

Heran deh, kenapa rabu ini pasien banyak sekali. Memang sih tidak sebanyak hari senin, kamis atau sabtu, tapi tetap saja pasien-pasien itu mampu membuat para pegawai apotek kelimpungan melayani mereka.

“Van, telepon..” Teriak bu Lisa yang kebetulan mengangkat telpon.

“Aku bu?” Tanya Vannya heran, tumben dapet telepon. Bu Lisa mengangguk kemudian kembali ke kegiatannya tadi.

“Hallo?” Sapa Vannya sesopan mungkin takut yang menelponnya itu Bu Assyfa.

“Hallo Vannya..”Suara Putra terdengar, membuat Vannya menjadi malas seketika.

“Iya, kenapa kak?”

“Tolong bawain quisioner yang bulan januari dong?”

“Iya, gue ke sana sekarang juga.”

“Sama yang rawat inap juga yah?”

“Iya, gue ke inap dulu baru ke sana!” Jawab Vannya entah kenapa merasa sebal.

Lima belas menit kemudian Vannya sampai di tempat Putra berada. Dia menaruh kardus-kardus yang tadi di titip bu Lisa di meja Putra. Tangannya sudah sakit karena mengangkat kardus itu dengan jarak yang cukup jauh.

“Nih!” Vannya menyerahkan lembaran kertas yang di butuhkan Putra.

Putra melirik kardus-kardus yang ada di mejanya dengan heran, “Apaan nih?”

Senandung Masa PKLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang